Pada masa peralihan tahun 2019 ke 2020 kemarin, saya sempat menulis kilas balik 2019 dan harapan di 2020.
Kita semua tahu, tahun 2020 ini adalah tahun yang berat karena pandemi virus SARS-Coronavirus-2 alias Covid-19.
Banyak rencana dan resolusi yang tertunda, atau bahkan batal karena pandemi yang melanda.
Termasuk saya, yang akhirnya terpaksa membatalkan atau menunda beberapa rencana entah sampai kapan.
Namun di sisi lain, saya bisa melakukan hal lain untuk mengompensasi rencana awal yang tertunda tersebut.
Hidup harus terus berjalan, dan saya mencoba melakukan retropeksi dan instropeksi, apa yang telah dicapai dan apa yang perlu direncanakan ke depan.
Tentunya saya berharap di tahun 2021 akan lebih baik, namun saya perlu mempersiapkan diri jika ternyata yang terjadi tidak sesuai harapan.
Tentang Pandemi
Saat saya menulis tulisan ini, di Jerman sedang diterapkan lockdown atau PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) kedua, yang berlaku sejak 16 Desember 2020 hingga 10 Januari 2021 menyusul lockdown ringan yang diterapkan selama sebulan penuh pada November 2020 lalu.
Penerapan lockdown ringan sebulan penuh di bulan November itu rupanya tidak mampu menurunkan angka penularan virus per hari yang bisa mencapai puluhan ribu dan angka kematian tertinggi 950 jiwa per hari.
Ibu Kanselir, Angela Merkel, sempat terlihat begitu emosional saat menyampaikan pidato di depan parlemen saat rapat membahas anggaran penanganan pandemi.
Beliau juga memohon maaf kepada warga Jerman karena menerapkan pembatasan yang akan mengganggu perayaan hari raya natal.
Ibu Kanselir juga memohon agar warga juga patuh demi menekan angka penyebaran, agar infrastruktur kesehatan tidak kewalahan, meski di Eropa, infrastruktur kesehatan di Jerman adalah yang terbaik.
Saya bersyukur karena berada di Jerman yang pemerintahnya merespon pandemi ini dengan sangat serius.
Sejak Maret, pemerintah Jerman menerapkan PSBB yang kemudian melonggar dan masuk ke kehidupan normal baru karena target angka penyebaran menurun, sekaligus memberi kesempatan warga menikmati liburan musim semi hingga musim panas.
Namun sayangnya, mulai Agustus hingga Oktober, angka penyebaran kembali naik, yang merupakan dampak dari pelonggaran serta liburan musim panas.
Puncaknya pada akhir tahun, pemerintah Jerman menerapkan kembali pembatasan sehingga perayaan natal terasa sangat berbeda, terasa sepi.
Pemerintah Jerman juga masih terus menerus melakukan tes dan melakukan pelacakan kontak hingga saat ini untuk mendapatkan data terkini.
Pandemi juga mengubah gaya dan pola hidup saya, mulai dari kebiasaan kesehatan semacam sering mencuci tangan dan pakai masker, hingga akhirnya kembali bekerja secara remote dari rumah.
Bekerja di rumah memang tidak untuk semua orang, dan saya bisa mengerti betapa repotnya orangtua yang bekerja dari rumah sekaligus harus mengurus anak-anaknya bersekolah di rumah.
Sebelum pindah ke Berlin, saya memang selama 5 tahun terbiasa bekerja secara remote, dan setelah pindah ke Berlin, saya menikmati bekerja kantoran.
Bisa dibilang pada masa pandemi ini, saya cukup rindu dengan rutinitas berangkat ke kantor dengan naik kendaraan umum, bertatap muka dengan rekan-rekan kantor dari berbagai bangsa, dan mengikuti berbagai kegiatan seru yang dilakukan di kantor.
Saya juga bersyukur masih bisa bekerja di kala pandemi ini, meski kantor saya, HelloFresh, juga terkena imbas yang cukup menantang oleh pandemi.
Sebagai perusahaan yang menyediakan jasa penyediaan makanan, permintaan meningkat sangat drastis apalagi saat penerapan PSBB.
Walau sedikit kewalahan, namun HelloFresh tetap bisa melayani permintaan, meski sedikit terkendala oleh penerapan PSBB yang berimbas pada operasional dan distribusi.
Sebagai unit usaha yang dianggap penting, HelloFresh tetap diperbolehkan beroperasi saat perusahaan lain diminta tutup saat lockdown.
Karyawan yang bekerja di distribution center tetap diperbolehkan bekerja dan datang ke pabrik.
Dari 14 negara di mana HelloFresh beroperasi, semua permintaan tetap bisa terlayani semua, dan HelloFresh bisa membantu orang-orang memenuhi kebutuhan makanan mereka saat pandemi.
Pemerintah Jerman dengan fair tetap memberikan bantuan dana pandemi kepada perusahaan, termasuk HelloFresh.
Kami karyawan juga mendapat bonus bantuan kompensasi pandemi bebas pajak dari pemerintah Jerman secara tunai yang besarnya lumayan.
Tentang vaksin, meski vaksin sudah ditemukan dan pemerintah Jerman telah melakukan vaksinasi pertama menggunakan vaksin dari BioNTech/Pfizer pada 27 Desember 2020, menurut saya pandemi tidak serta merta berakhir.
Para ahli kesehatan di Jerman memperkirakan kehidupan akan kembali normal dalam waktu dua tahun setelah vaksinasi, tergantung pada seberapa cepat vaksin didistribusikan ke seluruh dunia.
Jika ada kesempatan tahun depan, saya bersedia menerima suntikan vaksin yang oleh pemerintah Jerman, vaksin Covid-19 sifatnya tidak wajib.
Saya tetap berharap di tahun 2021, setidaknya penyebaran virus bisa terkendali, beberapa pembatasan dicabut, vaksinasi berjalan lancar, dan situasi bisa berangsur normal meski terbatas.
Tentang Blog
Blog merupakan salah satu target dari harapan saya di tahun 2020 yang bisa dibilang cukup sukses.
Saya berhasil cukup konsisten mengisi blog ini dengan tulisan minimal sepekan sekali, dan terbukti menuliskan sekitar 87 postingan di blog ini (tidak termasuk tulisan ini), jauh meningkat dari 37 tulisan di 2019 dan melebihi jumlah 73 tulisan di 2018.
Saya juga berhasil mewujudkan keinginan saya sejak 2019, yaitu mengganti tema blog ini dengan merilis tema VXN dengan palet warna Classic Blue (Pantone 19-4052) yang ditetapkan menjadi warna 2020 oleh Pantone.
Tema VXN terus saya perbarui dan tambah fiturnya, di mana belum lama saya menambah fitur Cerita Foto untuk menyalurkan kegemaran saya mengambil foto dan bercerita tentang kisah di balik foto tersebut.
Saya juga menambah fitur sematan (embed) yang sebenarnya bukan fitur baru, namun saya baru menggunakannya karena ingin bisa mengatur banyak hal pada fitur tersebut.
Saat ini blog ini telah mendukung fitur sematan Twitter, Youtube, Instagram, Spotify, dan Anchor.
Jumlah Kunjungan dan Pendapatan
Di 2020, blog ini mengalami penurunan jumlah kunjungan yang cukup signifikan, hingga 67%, di mana biasanya saya mendapat rata-rata 2.000 kunjungan per hari, kini hanya bertahan di angka 400.
Saya sendiri tidak mengerti kenapa bisa terjadi, yang mana anehnya pada tahun 2019 di mana saya jarang menulis, justru traffic kunjungannya cukup banyak.
Secara tidak langsung, ini juga mempengaruhi pendapatan saya dari Google Adsense yang saya pasang untuk iseng-iseng saja.
Dari laporan pembayaran, di tahun 2020, saya hanya menerima pembayaran sekali, pada bulan Februari 2020, yang mana sebenarnya merupakan jumlah dari pendapatan sejak pembayaran terakhir di bulan Oktober 2019.
Tahun 2019 bisa dibilang tahun saya terbanyak menerima pendapatan dari Google Adsense, di mana saya mendapat pembayaran dari menampilkan iklan di blog ini sebanyak 4 kali.
Tentu saja jumlahnya tidak seberapa, cukup untuk membiayai server atau membayar nama domain, karena mendapatkan uang dari iklan di blog bukan tujuan utama saya.
Pendapatan lain dari tulisan berbayar juga tidak sebanyak yang saya dapatkan di tahun 2019.
Di tahun 2020, saya hanya menerima 7 tulisan berbayar, sementara pada tahun 2019 saya menerima 13 tulisan berbayar.
Meski begitu, saya tetap bersyukur, di mana artinya beberapa brand masih percaya dengan blog dan masih bisa membelanjakan anggaran marketing-nya di blog, yang bila melihat situasi sekarang, berarti brand atau usaha itu masih bisa bertahan.
Saya tentu tetap membuka kesempatan untuk bekerja sama, namun sekali lagi, hal ini bukan tujuan utama saya menulis blog.
Sejak mengganti tema VXN, saya juga mengurangi tampilan iklan di blog ini, karena saya merasa cukup terganggu dengan penampilan iklan tersebut.
Saya juga yakin, banyak pembaca yang memasang aplikasi ad-blocker, baik yang sengaja memasang atau terpasang secara default, termasuk saya, yang tentunya berdampak ke pendapatan iklan.
Sebagai pengganti, saya memasang banner tautan referal ke beberapa layanan yang memang saya pakai dan saya puas menggunakannya.
Walau awalnya saya tidak terlalu memikirkan soal SEO (Search Engine Optimization) blog ini, menurunnya kunjungan ke blog ini membuat saya penasaran, dan ingin mengulik lagi pengetahuan saya soal ini yang kemungkinan besar sudah jauh berbeda dari apa yang saya ketahui dulu.
Rencana Berikutnya
Saya sudah punya rencana untuk blog ini, antara lain memperbarui warna tema blog agar sesuai dengan warna 2021 dari Pantone yaitu kuning (illuminating) dan abu-abu (ultimate gray).
Ini pertama kalinya Pantone merilis dua warna sebagai color of the year.
Selain tema, saya juga berencana untuk aktif kembali membuat vlog (video blog).
Saat pindah ke Berlin, banyak teman-teman yang meminta saya untuk membuat vlog tentang Berlin.
Sayangnya saat itu saya cukup sibuk mengurusi berbagai hal terkait pindahan, termasuk beradaptasi, bahkan saya tidak sempat ngeblog.
Saya sebenarnya sempat membuat 20 episode vlog yang saya beri nama matrivlog pada tahun 2017, serta beberapa video ulasan dan unboxing, yang semuanya saya buat menggunakan ponsel.
Mulai dari mengambil video hingga menyunting video, saya lakukan dengan ponsel.
Seperti foto, saya berusaha menggunakan ponsel yang terbatas namun tetap bisa menghasilkan karya yang berkualitas.
Apalagi kini kualitas video di ponsel bisa diadu, minimal beresolusi 1080p (full-HD), yang sudah cukup baik untuk dinikmati.
Saya merasa belum perlu menggunakan video berkualitas 4K, karena selain kendala jaringan internet, penonton video (terutama di Youtube) banyak yang menonton di ponsel dan menggunakan resolusi 1080p.
Untuk menyunting video di ponsel, saya menggunakan aplikasi Quik yang merupakan produk dari GoPro, karena kemudahan penggunaannya yang serba otomatis.
Keinginan lainnya adalah saya ingin mencoba membuat podcast, yang akhir-akhir ini trennya cukup melejit.
Bukan, bukan model video podcast seperti konsep yang diusung beberapa selebritis, namun hanya suara saja.
Akhir-akhir ini kebetulan saya cukup menikmati beberapa podcast yang berupa obrolan atau wawancara, yang mengangkat tema sehari-hari.
Suarane, sebuah podcast dari Rane Hafied, seseorang yang dulunya adalah blogger aktif dan senior, menyita perhatian saya.
Melalui podcast-nya, ia mendorong orang-orang untul membuat podcast, yang auranya seperti saat dulu rame-rame orang mendorong untuk membuat blog.
Om Rane juga mengasuh podcast Kepobuku, yang cocok buat penggemar buku dan ingin bercerita soal buku yang ia baca, dalam bentuk podcast.
Selain Suarane, saya juga mengikuti beberapa podcast yang terkait dengan bidang saya, teknologi informasi seperti Ceritanya Developer Podcast, Kartini Teknologi, dan Ujung ke Ujung.
Saya juga sempat diwawancara Ujung ke Ujung, tentang bagaimana saya bisa mendapat pekerjaan sebagai software engineer di Berlin.
Menurut saya, podcast ini menarik untuk yang ingin bercerita tapi terkendala dalam menulis.
Entah tidak punya waktu, atau bingung dalam mencari kalimat, atau seringkali terdistraksi saat hendak memulai menulis.
Mendengar podcast juga menarik karena kegiatan ini bisa dilakukan dengan disambi, di mana saat saya membaca blog, saya tidak bisa melakukan hal lain, misal mencuci piring atau melakukan olah raga ringan.
Saya sempat membuat sebuah podcast setahun lalu, saat merayakan malam pergantian tahun 2019 di Berlin, dan itu sepertinya menjadi podcast pertama saya.
Tapi lagi-lagi, entah apakah saya bisa konsisten antara menulis blog, membuat vlog, dan membuat podcast.
Tentang Media Sosial
Menurut analitik Twitter, sepanjang 2020, saya sudah mencuitkan sekitar 5.300 cuitan dengan rata-rata 445 cuitan per bulan.
Jika dibandingkan dengan tahun lalu, sepertinya aktivitas saya di Twitter tidak banyak berubah, di mana bisa dibilang saya juga cukup jarang ngetwit dan lebih sering memantau.
Bisa dibilang saya juga cukup konsisten menahan diri untuk ngetwit yang tidak bermanfaat, dan lebih sering berbagi keadaan di sini atau konten receh.
Pada 18 Oktober 2020, saya sempat kultwit alias merajut utas tentang pengalaman saya bagaimana bisa bekerja di Berlin, Jerman, atas permintaan akun @IndoWorkAbroad, sebuah akun Twitter yang mengumpulkan ekspatriat Indonesia yang bekerja di luar negeri.
Sementara di Instagram, sejak saya menghentikan kebiasaan satu hari satu foto, jumlah foto di feed Instagram dan Instagram Story saya cukup berkurang.
Apalagi sejak lebih banyak di rumah, saya tidak memiliki banyak hal menarik yang bisa saya bagikan, plus Instagram yang makin ke sini makin menyebalkan fitur-fiturnya.
Di tahun 2020 ini, saya hanya mengunggah 50-an konten ke feed Instagram saya dan 1.140-an konten Instagram Story.
Tentu ini jauh berbeda jika dibandingkan dengan tahun 2019, yang mana saya menghasilkan sekitar 1.900-an Instagam Story dan 335 feed Instagram.
Untuk masa peralihan, saya sempat membuat konten-konten IGTV yang secara singkat adalah semacam vlog namun diunggah di Instagram dengan durasi maksimal 10 menit.
Kenapa saya menggunakan IGTV, karena saya merasa tertantang untuk membuat video dari ponsel dengan proses penyuntingan yang minimal, bahkan sama sekali tidak disunting.
Konten IGTV yang saya buat bisa dilihat di Instagram saya, di mana saya bercerita tentang jalan-jalan singkat saya saat mengunjungi salah satu lokasi syuting serial Netflix, Dark, dan bercerita tentang transportasi kereta S-bahn.
Secara umum, saya ingin mengurangi penggunaan media sosial dan mengalihkan ke blog, podcast, atau vlog.
Jalan-Jalan
Sebenarnya tahun 2020 ini kami rencanakan sebagai tahun jalan-jalan ke beberapa tempat di Eropa.
Sayangnya karena pandemi, beberapa rencana jalan-jalan kami akhirnya batal.
Di tahun 2020 ini pula saya pertama kali menonton pertunjukan balet The Nutcracker secara langsung yang membuat saya ingin menonton pertunjukan opera atau pertunjukan musik klasik.
Istri saya memang menggemari balet dan sejak tinggal di Berlin, ia sudah beberapa kali menonton baik sendiri atau bersama teman-temannya.
Kami juga sempat berkunjung ke Lisbon, Portugal, pada Januari, yang tak dinyana kotanya begitu cantik dan menyenangkan.
Bangsa Portugis yang meninggalkan banyak benteng di Indonesia memang terlihat sekali kepiawaian mereka dalam membangun pertahanan, terutama di tepi laut.
Karena rempah, bangsa Portugis rela menjelajahi samudera hingga ke nusantara.
Sebut saja nama-nama besar penjelajah dunia, seperti Bartolomeu Dias, Vasco da Gama, dan Ferdinand Magelland, yang memenuhi buku-buku sejarah sekolah.
Brussel, Belgia, menjadi tujuan kami berikutnya di bulan Februari, di mana kami yang menggemari komik seperti merasakan surga dan istri seperti naik haji mengunjungi museum tokoh idolanya, Marcel Marlier, di Mouscron, Belgia.
Di Brussel pula, saya menemukan surga sebagai pecinta kereta api, saat berkunjung ke Train World.
Dari Belgia, kami mampir ke Amsterdam, Belanda, untuk menikmati banyak makanan Indonesia dan melakukan napak tilas ke lokasi syuting film Si Doel The Movie yaitu di Museum Tropen.
Rencana kami untuk mengunjungi Barcelona, Spanyol, pada musim panas, dan Disneyland Paris, Prancis, dan pada musim gugur (demi melihat parade senjanya), terpaksa batal karena pandemi.
Karena batal, anggaran jalan-jalan akhirnya kami alihkan ke hal lain, misal untuk membeli perlengkapan bekerja di rumah, membeliย headphone, membeli robot pembersih, dan beberapa kebutuhan lain untuk keluarga kami di Indonesia.
Selain jalan-jalan, kami merencanakan untuk mudik ke Indonesia pada tahun 2021, namun melihat situasi, sepertinya kami akan menunda rencana tersebut, entah sampai kapan.
Selamat Tahun Baru 2021!
Karena pandemi, acara pertunjukan Silvester alias malam penyambutan tahun baru yang biasa dilangsungkan di depan Brandenburger Tor, dilangsungkan dengan sedikit berbeda.
Panggung hiburan tetap ada, dan penampilan para artis di panggung yang biasanya dihadiri ribuan orang itu rencananya hanya disiarkan melalui streaming.
Kembang api yang biasanya dinyalakan di seputar area rencananya juga akan ditiadakan dan digantikan dengan kembang api dalam bentuk lain, yang hingga kini, saya tidak tahu seperti apa.
Acaraย Silvester ini adalah acara sakral yang sangat ikonik, di mana pada tahun 1989, David Hasselhoff tampil di acara tersebut setelah runtuhnya Tembok Berlin.
Saking ikoniknya, banyak yang mengira bintang film dan penyanyi asal Amerika Serikat itu ikut berperan dalam keruntuhan Tembok Berlin dan penyatuan Jerman.
Di awal tahun 2020, kami larut dalam acara Silvester di Brandenburger Tor yang tidak kami rencanakan sama sekali waktu itu.
Sepertinya itu adalah acara Silvester yang pertama dan terakhir bagi kami, karena kami kapok berdiri selama 8 jam dalam suhu yang cukup dingin dan berdesak-desakan dengan ribuan warga yang ikut berpesta.
Selain membatalkan acara Silvester, pemerintah Berlin juga melarang penjualan dan menyalakan petasan dan kembang api, yang diharapkan oleh sebagian warga sebagai malam pergantian tahun baru yang tenang.
Warga Berlin memang sangat brutal jika sudah menyalakan kembang api, di mana suasana seperti perang, karena ledakan terdengar di mana-mana dan asap serta bau serbuk petasan tercium di mana-mana.
Semoga tahun 2021 makin baik, kita semua diberi kesehatan dan keselamatan, serta pandemi ini segera berakhir.
Frohes Neues Jahr 2021!
Top nian ini dalam bikin konten. Ndak mampu saya. ๐๐๐