Kilas Balik Tahun 2019 dan Harapan di 2020

15 minutes 82 1

Buat sebagian orang, tahun 2019 merupakan tahun yang sulit, namun bagi sebagian yang lain, tahun 2019 merupakan tahun yang membahagiakan.

ringkasan foto kiriman Instagram terbaik 2019 menurut layanan bestnine

Dari beberapa orang yang saya ikuti di media sosial, banyak yang menuliskan tentang kesan-kesan, ringkasan, dan apa pun tentang tahun 2019.

Berikut ini tulisan terakhir saya di tahun 2019 sekaligus menjadi pengingat, bahan retroskpetif, dan harapan-harapan saya untuk tahun depan yang lebih baik.

Terdengar cliché, namun menurut saya ini salah satu cara untuk bersyukur dan mempersiapkan diri jadi lebih baik lagi, bukan?

Berikut ini ringkasan dan retrospektif saya di tahun 2019 dari berbagai hal, serta harapan-harapan saya di tahun 2020.

Tentang Blog

tema Meng 2018

Saya menutup tahun 2019 ini dengan postingan ini, di mana secara umum, jauh dari harapan saya untuk mengisi blog ini lebih banyak lagi dari tahun 2018.

Menurut halaman arsip blog ini, di tahun 2018 saya memiliki 73 tulisan, sementara di tahun 2019, saya hanya memiliki 36 tulisan, tidak termasuk tulisan ini.

Masih dari halaman arsip, tahun 2018 menjadi tahun dengan jumlah tulisan terbanyak.

Apalagi sejak saya pindah ke Berlin, ada banyak hal menarik yang ingin saya tuliskan, namun apa daya karena kesibukan, saya tidak sempat menuliskannya.

Beberapa tulisan sudah ada di daftar draft, namun akhirnya tidak terpublikasi karena banyak hal.

Postingan di blog ini juga banyak yang berupa hasil kerja sama demi membayar tagihan server blog ini.

Meski tidak sekencang dulu, saya masih menerima beberapa tawaran paid post dan backlink selama materinya tidak melanggar hukum dan informasinya cukup baru bagi saya.

Salah satu yang cukup sering menawarkan kerja sama adalah Traveloka dan Bukalapak, di mana dari kerja sama ini, saya jadi tahu beberapa fitur layanan mereka yang baru.

Saya juga mendapat pengetahuan baru tentang dunia investasi dan keuangan, karena beberapa layanan yang bergerak di bidang ini menawarkan kerja sama dengan menuliskan tentang produk mereka.

Apalagi banyak kasus investasi bodong dan penipuan, membuat saya lebih berhati-hati dalam memilih produk keuangan.

Tulisan-tulisan hasil kerja sama ini lah yang sebagian besar mengisi blog ini.

Oleh karena itu di tahun 2020 nanti saya berharap akan lebih banyak lagi kerja sama tulisan saya tentang Berlin dan hal-hal menarik yang saya temui sehari-hari.

Selain dari kerja sama, pendapatan iklan dari Google Adsense juga lumayan meningkat.

Saya mulai memasang iklan dari Google Adsense sejak lama, namun baru mulai mendapat penghasilan di 2014 karena saya memang tidak membuat blog untuk mendapatkan penghasilan.

Lagi-lagi pendapatan yang didapat dari iklan saya gunakan untuk membayar tagihan server di Linode.

Sebagai pelanggan yang puas, saya merekomendasikan Linode karena layanannya bagus dan bisa mendapatkan kredit gratis senilai US$20 untuk digunakan jika mendaftar menggunakan tautan berikut.

Saya juga berharap sempat mengganti tema blog ini (Meng), yang saya buat pada Januari 2018.

Membuat tema blog adalah salah satu cara saya untuk mempelajari hal baru, terutama di dunia pengembangan web, dengan mencoba framework baru agar tetap up to date.

Beberapa orang sempat meminta saya untuk membagikan tema blog ini, bahkan pernah ada yang tertarik membeli, namun karena tema ini sangat personal, saya pun menolak.

Tentang Media Sosial

bestnine 2019 Instagram

Dibanding di blog, saya jauh lebih aktif di Twitter dan Instagram.

Menurut data analitik Twitter, tahun 2019 (minus Januari 2019, karena data tidak tersedia) saya sudah mencuitkan 5.257 dengan rata-rata 477 cuitan per bulan.

Saya pribadi juga mulai banyak menahan diri dan mengurangi untuk mencuit hal-hal yang sekiranya tidak perlu, bernada provokatif, dan mencoba lebih banyak mencuitkan hal-hal remeh dan menyenangkan.

Walau kadang baca cuitan atau tautan berita yang ada di Twitter bikin gatal untuk berkomentar, tapi akhirnya saya lebih sering menulis untuk mengungkapkan kekesalan lalu berakhir dengan tombol hapus tanpa mengirimkannya.

Sementara di Instagram, saya sudah membuat sekitar 1.900-an story dan mempublikasikan 335 postingan ke feed.

Tidak setiap hari saya mengirim story, namun jika sedang jalan-jalan atau mengunjungi tempat menarik, saya mengirimkan story.

Saya juga membuat tantangan satu hari satu foto, di mana dari target saya 365 hari, rupanya hanya terpenuhi 91,7% saja.

Tantangan tersebut niatnya agar saya terus konsisten mengamati hal-hal sekitar yang saya anggap menarik, lalu mengabadikannya.

Namun rupanya sangat sulit untuk konsisten karena kadang saya lupa mem-posting dan kadang saya tidak ada bahan yang bisa saya unggah.

Sebisa mungkin saya mem-posting foto yang saya ambil di hari yang sama walau beberapa di antaranya merupakan foto yang saya ambil sebelumnya karena di hari tersebut ada foto yang lebih menarik dan sudah di-posting.

Tahun 2020 saya memutuskan untuk tidak melanjutkan kebiasaan satu hari satu foto yang sudah saya lakukan sejak tahun 2018.

Tentang Kehidupan di Berlin

TV Tower Berlin, lambang kebanggan Berlin

Selama setahun di Berlin, saya banyak berubah, terutama dalam ritme kegiatan.

Tiap hari saya ke kantor menggunakan angkutan umum, dengan waktu tempuh kurang lebih 30 menit.

Saya dan istri juga sering jalan kaki ke mana-mana karena Berlin dan di Eropa, pejalan kaki termasuk warga nomor satu yang harus diutamakan di jalanan.

Saat akan menyeberang jalan misalnya, kadang saya masih refleks untuk berhenti saat ada mobil lewat, namun seringkali malah mobil tersebut yang berhenti dan meminta saya untuk menyeberang terlebih dulu meski saya masih jauh.

Di akhir pekan, saya lebih banyak berkumpul dan menghabiskan waktu bersama istri, mulai dari keluar jalan-jalan ke taman, menemani belanja, atau bahkan tidak ke mana-mana.

Jerman memberikan waktu khusus agar orang-orang menghabiskan waktu bersama keluarga, di mana saat hari libur orang tidak boleh diganggu dengan pekerjaan.

Mal of Berlin, salahs atu pusat perbelanjaan di Berlin

Bahkan, pada hari Minggu, hampir seluruh toko dan layanan tutup agar orang bisa beristirahat dan menghabiskan waktu bersama keluarga.

Sebagai orang Asia, yang biasa cepat, hidup di Jerman kadang terasa sangat pelan dan tidak semaju Asia.

Untuk urusan pembayaran, jika di Indonesia sudah sangat dimanjakan dengan serba cashless, di Jerman justru uang tunai adalah segalanya.

Salah satu sebab kenapa Jerman tidak begitu banyak menggunakan teknologi dalam pembayaran adalah isu privasi yang sampai kini masih sangat sensitif.

Perbankan yang lambat merupakan hal di Jerman yang kadang bikin kami gemas dan agak frustasi.

Jika di Indonesia, transfer antarbank bisa dilakukan secara instan, tidak demikian dengan di Eropa.

N26, salah satu perbankan modern di Jerman

Butuh waktu minimal satu hari kerja untuk memproses transfer antar bank (transfer SEPA), meski dilakukan secara online.

Jika transaksi dilakukan di akhir pekan atau hari libur, silakan tunggu pekan depan untuk diproses.

Untungnya ada N26 yang merupakan salah satu bank modern di Jerman.

Namun saya lebih banyak bersyukur, meski banyak kemudahan dan kemewahan yang dulu saya dapatkan di Indonesia tidak saya temukan lagi di sini, saya mendapatkan kemudahan dan kemewahan pengganti lainnya.

Tingkat stres jauh berkurang, karena saya ke kantor tidak capek menghadapi macet di jalan dan waktu tempuh lebih terukur.

Pulang kantor pun saya tidak perlu memikirkan pekerjaan, atau membawa pulang pekerjaan, karena saya lebih disiplin bekerja di kantor mengikuti ritme kerja Jerman.

Kemewahan lainnya adalah nasib pekerja di Jerman sangat dilindungi, termasuk urusan cuti.

Meski jatah cuti saya termasuk sedikit bila dibandingkan dengan perusahaan lain, yaitu 24 hari cuti, saya bingung menghabiskan jatah cuti tersebut.

Pekerja di Jerman sangat dianjurkan untuk mengambil cuti, dan selama cuti tidak akan diganggu dengan pekerjaan.

Beradaptasi dengan lingkungan kerja yang sama sekali baru juga menjadi tantangan tersendiri, di mana ritme, budaya kerja, dan tekanan kerja di Asia berbeda sama sekali dengan di Eropa.

kantor HelloFresh

Beruntung, HelloFresh merupakan perusahaan yang menyenangkan dan sangat mendukung perkembangan karyawannya.

Apalagi bekerja dalam lingkungan multinasional yang mana orang dari berbagai negara, suku, bahasa, dan budaya, membuat saya lebih banyak menghormati perbedaan dan keberagaman.

Hal lain yang saya rasa jauh berkurang adalah pergi ke mal atau pusat perbelanjaan.

Jika dulu, mal dan pusat perbelanjaan adalah salah satu tujuan kami untuk mencari hiburan, di Berlin kami sangat jarang sekali ke mal.

Mal di Berlin menurut saya tidak seperti di Jakarta yang memang dibuat nyaman untuk nongkrong.

Kami juga jarang menonton film di bioskop, karena film yang tayang di Jerman termasuk lambat karena biasanya mengalami proses sulih suara ke Bahasa Jerman terlebih dahulu.

Selama tahun 2019, kami menonton bioskop sebanyak 5 kali, yaitu Spider-Man: A New Universe, Avengers Endgame, Wreck It Ralph 2, Captain Marvel, John Wick 3, dan terakhir Joker.

Seluruh film yang kami tonton merupakan versi orisinal, di mana bahasa film tidak disulihsuara ke Bahasa Jerman, yang hanya bisa ditonton di bioskop tertentu.

Istri juga jadi sering memasak macem-macem karena selain menghemat juga makanan di Jerman tidak semuanya cocok di lidah kami.

Hal mengesankan lain adalah mengalami pergantian waktu musim panas (Daylight Saving Time), menjalani puasa Ramadan selama hampir 21 jam karena pas musim panas, dan mengikuti Pemilu 2018 yang diadakan oleh Kedutaan Republik Indonesia di Berlin.

Jalan-Jalan

di depan Colloseum, Roma, Italia

Meski di Eropa, kami belum bisa banyak jalan-jalan, karena selain waktu, kami juga perlu mengatur anggaran untuk jalan-jalan dan bepergian.

Maklum, kami harus mengisi kembali keuangan yang sempat kami kuras karena urusan pindahan, menabung, dan mengirimkan uang ke orang tua di Indonesia.

Kami juga banyak mendatangi acara-acara dan tempat menarik di sekitar Berlin, yang sayangnya tidak sempat saya tulis di blog ini.

Selain di Berlin, kami sempat mengunjungi beberapa kota di Jerman, yaitu Potsdam yang masih bertetangga dengan Berlin, Hamburg, dan Düsseldorf.

Kami juga sempat ke Roma, Italia dan Vatikan untuk merayakan ulang tahun pernikahan kami yang keempat, Copenhagen, Denmark untuk merayakan ulang tahun istri, dan ke Praha, Republik Ceko saat ada sepupu dari istri datang berkunjung akhir November lalu.

Akhir tahun kami juga kedatangan teman-teman, yaitu sobat saya Diah yang mendapatkan tiket murah hasil promo serta penulis buku dan pejalan Famega yang mampir Berlin karena hendak berpetualang ke Padang Sahara, Mauritania.

Di tahun ini pula pertama kalinya kami naik maskapai murah Ryan Air dan Easy Jet, bus antarkota antarnegara FlixBus, serta kereta IC, FlixTrain, dan České dráhy.

Pertama kalinya pula saya nonton pertunjukan musikal Der König der Löwen (The Lion King) berbahasa Jerman di Hamburg yang sudah terkenal sejak puluhan tahun dan mengunjungi Miniatur Wunderland arena miniatur terbesar di Eropa.

Harapan kami tentu di tahun depan bisa lebih sering jalan-jalan dan mengunjungi tempat baru di Eropa, lalu menuliskannya di blog ini.

Selamat Tahun Baru 2020!

Mengingat pengalaman kami tahun lalu, di Silvester (malam perayaan tahun baru) tahun ini, kami berencana di rumah saja ternyata terjebak di perayaan di Brandenburger Tor.

Berada di jalanan menjelang tengah malam di Berlin begitu brutal.

Orang-orang melempar petasan dan menyalakan kembang api ke jalanan, karena selama malam tahun baru, larangan menyalakan kembang api dan petasan di Jerman dinonaktifkan.

Warga sepertinya memanfaatkan kesempatan ini dengan brutal.

Suasananya bisa dibilang seperti perang, di mana suara ledakan, asap, dan pecahan botol berserakan.

Meski begitu, saya tetap menyambut pergantian tahun ini dengan suka cita.

Semoga cita-cita dan keinginan di tahun depan bisa terwujud dan tiada hambatan berarti.

Frohes Neues Jahr!

3 responses
  1. Gravatar of Moch. Zamroni
    Moch. Zamroni

    Sukses dan sehat selalu Mas, terus semangat berbagi kebaikan 👍