Pengalaman Menggunakan Headphone Sony WH-CH510

21 minutes 1,875 4

Beberapa pekan ini saya sudah kembali masuk ke kantor karena kasus penyebaran Covid-19 di Jerman sudah sangat terkendali.

pemandangan Fernsehturm (Menara TV Berlin) setiap berangkat dan pulang kantor

Tentu saja protokol kesehatan seperti menjaga jarak, berkumpul tak boleh lebih dari 5 orang, dan harus melapor saat datang ke kantor, tetap dilakukan.

Meski begitu, ada saja orang-orang yang tidak sepakat penerapan protokol kesehatan ini dan menganggap Covid-19 hanyalah konspirasi dan melakukan demonstrasi besar-besaran di Berlin.

Kantor sebenarnya membolehkan karyawan untuk tetap bekerja dari rumah, namun buat saya, bekerja dari kantor rasanya berbeda dengan bekerja dari rumah.

Apalagi saya merindukan rutinitas berangkat dan pulang kantor serta dua monitor besar di meja kantor saya yang memudahkan pekerjaan saya.

Maklum saja, ruang dan meja kerja saya di rumah kecil, sehingga saya tidak bisa menambah layar monitor tambahan untuk bekerja dari rumah.

Karena itu saya pun mengemasi MacBook Pro 2017 kantor ke dalam tas kerja saya, serta memasukkan beberapa perangkat pendukung seperti charger dan earphone JBL Tune 110 by Harman yang biasa saya gunakan untuk rapat jarak jauh menggunakan Google Meet.

meja kantor dengan dua monitor

Saya lalu mengeluarkan kembali MacBook Pro Mid-2012 saya yang masih awet untuk saya gunakan untuk keperluan pribadi, seperti menulis blog, dan mengerjakan pet project.

Biasanya saya mendengarkan musik melalui earphone JBL Tune 110 by Harman, namun karena earphone tersebut sudah saya masukkan ke tas kerja, saya malas mengeluarkannya lagi untuk di rumah.

Sebenarnya ada juga earphone Audio Technica Sonic Fuel ATH-CLR100iS milik istri saya yang bisa saya pinjam, namun karena earphone tersebut sering ia gunakan, saya enggan tidak ingin mengganggunya.

Akhirnya, pada hari Sabtu, 25 Juli 2020, saya meluncur ke toko elektronik kesayangan saya, Media Markt untuk mencari earphone untuk keperluan di rumah.

Saya menganggarkan sekitar 10€ hingga 20€ untuk membeli earphone murah-murah saja, karena toh saya bukan seorang audiophile.

rak obral Sony WH-CH510 di MediaMarkt

Namun memang, Media Markt ini toko yang tuyul-nya cukup banyak, di mana godaannya begitu besar apalagi hampir setiap pekan ada diskon.

Benar saja, begitu masuk, saya langsung disuguhi papan bertuliskan diskon yang menggiurkan, yang celakanya beberapa produk yang didiskon adalah headphone dan earphone.

Kepala saya langsung pening, karena harga diskonnya cukup menggiurkan dan membuat saya tergoda untuk merogoh kocek lebih dari anggaran awal saya.

Dari beberapa pilihan di rak diskon, saya akhirnya memutuskan untuk memboyong headphone Sony WH-CH510 berwarna biru.

Harga aslinya menurut situs Sony adalah 49,90€ sudah termasuk pajak.

headphone Sony WH-CH510 berwarna biru

Media Markt membandrol headphone ini menjadi 35,92€, dan jumlah stok yang ada di keranjang tinggal dua buah berwarna hitam dan sebuah berwarna biru.

Karena tertarik dengan warna biru, yang saat itu hanya tinggal satu selain barang pajangan, saya pun segera menentengnya ke kasir.

Rupanya saya kurang teliti, karena harga sebesar 35,92€ itu hanya berlaku untuk produk berwarna hitam, sementara headphone berwarna biru harganya 38,02€.

Entah siapa yang iseng menaruh produk yang bukan pada tempatnya ini, mungkin calon pembeli yang batal membeli lalu menaruhnya begitu saja tanpa mengembalikan ke tempat semula.

Tapi tidak apa-apa, karena produknya juga terbatas dan warna birunya saya suka.

memboyong Sony WH-CH510

Pertimbangan lainnya karena headphone bluetooth dengan merek cukup bagus dan harga di bawah 50€ cukup langka.

Selaih hitam dan biru, ada pilihan warna putih yang tak kalah cantik, tapi harga yang putih ini paling mahal dibanding yang hitam dan biru.

Di Amazon, harga headphone berwarna biru 36,47€ namun saya harus menunggu selama sekitar 3 hari dengan pengiriman standar bebas biaya.

Menurut situs Sony Indonesia, headphone Sony WH-CH510 ini harga normalnya Rp 699.000, sementara di Tokopedia, Shopee, atau Bukalapak, harganya sekitar Rp 500.000 tergantung si penjual.

Atau jika ingin membeli langsung ke toko, bisa mengunjungi lokasi toko dari situs Sony Indonesia.

Fisik dan Kemasan

kemasan Sony WH-C510

Kemasannya berupa kardus berdimensi 19,5 cm × 17 cm × 4 cm dengan desain yang sederhana namun terkesan mewah dengan latar belakang putih dan menonjolkan si produk.

Di kemasan, logo Sony dan klaim daya tahan baterai hingga 35 jam serta tulisan Bluetooth dan wireless begitu menonjol.

Bagian samping kardus berwarna biru, senada dengan warna produknya.

Informasi dan spesifikasi produk berada di bagian belakang, dengan keterangan dalam 3 bahasa utama, Inggris, Prancis, dan Italia.

Saya memilih headphone ini juga karena membaca spesifikasi produk ini mempunyai microphone.

Tentu saja microphone menjadi nilai lebih, karena tidak semua headphone menyediakan fasilitas ini yang bisa digunakan untuk menjawab telepon atau digunakan untuk rapat jarak jauh.

informasi produk di bagian belakang kardus

Masih menurut informasi dari bagian belakang produk, headphone Sony WH-C510 ini mampu bertahan hingga 90 menit hanya dengan mengisi daya selama 10 menit.

Fitur memberi perintah melalui aplikasi asisten seperti Google App dan Siri juga didukung oleh perangkat ini.

Media Markt menambah sebuah pita untuk mencegah pengunjung membuka dan melihat isi kemasan.

Selain itu ada alat pengaman tambahan untuk mendeteksi pencurian berupa sticker antena RFID yang ditempel di bagian belakang kardus.

Dari kemasannya pula, saya tahu bahwa produk ini dibuat di Vietnam dan diimpor oleh Sony Europe B.V., Belgia.

Isi Kardus

membuka kemasan Sony WH-CH510

Kardus dibuka dengan membuka lidah di bagian atas, lalu menariknya, setelah saya merobek plastik tipis pembungkus dan memotong pita pengaman dari Media Markt.

Unit headphone dikemas dalam sebuah kardus lagi berwarna coklat.

Buku panduan, lembar penggunaan singkat, dan lembar berisi pusat garansi juga disertakan ke dalam kardus ini.

Lembar penggunaan singkat ini sangat berguna karena saya bisa dengan cepat mengoperasikan headphone ini.

Fungsi dasar seperti menyalakan, mematikan, menghubungkan (pairing), memilih lagu, mengatur volume, loncat ke lagu berikutnya, hingga mengaktifkan panggilan telepon, tertera di lembar panduan singkat.

Jika ingin membaca lebih lengkap cara penggunaan, peringatan, dan spesifikasi lengkapnya, bisa membuka buku panduannya.

isi kemasan Sony WH-CH510

Buku panduan di sini berupa kertas lebar yang dilipat sedemikian rupa, dalam berbagai bahasa, yaitu Inggris, Prancis, Jerman, Spanyol, Italia, Belanda, Portugis, Denmark, Finlandia, Norwegia, Swedia, Polandia, Hungaria, Ceko, Slovakia, Bulgaria, Romania, Slovenia, dan Yunani.

Karena saking banyaknya bahasa yang dimuat, buku panduan ini pun dipecah jadi dua, masing-masing buku berisi 10 bahasa dan sisanya 9 bahasa.

Sebuah kabel USB-C dengan kepala USB-A sepanjang 20 centimeter disertakan ke dalam plastik berisi panduan ini.

Tidak ada pengisi daya yang disertakan, sehingga untuk mengisi headphone ini bisa menggunakan pengisi daya ponsel dengan minimal arus 500 mA atau dengan menggunakan colokan USB pada komputer.

Baterai yang digunakan headphone Sony WH-CH510 ini bertipe lithium-ion yang kompatibel dengan berbagai pengisi daya ponsel yang beredar.

Unit headphone Sony WH-CH510 sendiri tidak terbungkus apa pun lagi, hanya lembaran gabus tipis di dalam kardus dan produk langsung terlihat.

Spesifikasi Headphone Sony WH-CH510

headphone Sony WH-CH510 terbuat dari plastik

Seluruh unit headphone Sony WH-CH510 terbuat dari plastik, sehingga sangat ringan, dengan bobot hanya 132 gram.

Tidak ada bantalan di bagian lengkung kepala, di mana untungnya karena bobotnya ringan, tidak ada tekanan di bagian atas kepala.

Bagian pengeras suaranya bisa diputar 90° yang memudahkan headphone ini untuk disimpan dan dibawa ke mana-mana.

Namun tentu saja, menyimpan headphone ini harus hati-hati, karena terbuat dari plastik, hingga riskan patah, terutama saat bepergian dan menyimpannya di dalam tas.

Headphone Sony WH-CH510 ini menggunakan konsep on-ear, sehingga speaker-nya tidak menutupi seluruh telinga, namun berada di atas telinga.

bantalan headphone Sony WH-CH510

Tidak ada ANC (Active Noise Cancelling) untuk perangkat ini, namun menurut saya, bantalan speaker-nya cukup empuk dan nyaman di telinga, serta mampu meredam suara dari luar.

Bantalan ini mampu memberikan ruang bertekanan di dalam telinga dan membuat sedikit kedap, karena lengkungan rangkanya cukup kuat untuk mencengkeram kepala, namun tanpa memberikan rasa sakit.

Lapisan semacam kulit imitasi pada bantalannya juga membuat bantalan ini mudah dibersihkan.

Driver-nya berdiameter 30 milimeter, namun mampu memberikan suara dengan rentang suara 20 Hz – 20.000 Hz (sampling 44,1 kHz).

Speaker kanan dan kiri dibedakan dengan label huruf L berwarna putih di sebelah kiri dan R berwarna merah di sebelah kanan yang tercetak di bagian dalam.

label R untuk speaker sebelah kanan

Informasi unit seperti nama importir dan lokasi pembuatan dicetak timbul di bagian dalam rangka dan tidak terlihat kecuali lengkung rangka diperpanjang.

Otak headphone ada di speaker sebelah kanan, mulai dari tombol, microphone, colokan USB-C untuk mengisi daya, lampu indikator, hingga antena Bluetooth.

Protokol Bluetooth yang digunakan oleh Sony WH-CH510 adalah Bluetooth versi 5.0 dengan rentang energi kelas 2 dan mampu menjangkau jarak hingga 10 meter.

Dengan Bluetooth 5.0, headphone Sony WH-CH510 bisa irit daya dan kompatibel dengan perangkat Bluetooth lama yang kebanyakan masih menggunakan Bluetooth versi 4.2.

Sayangnya, Sony WH-CH510 belum mendukung fungsi dual audio yang bisa terhubung ke banyak perangkat dalam satu koneksi, meski Bluetooth 5.0 sudah mendukung fitur ini.

tombol-tombol di headphone Sony WH-CH510

Penggunaan daya pun menjadi lebih irit, karena Bluetooth 5.0 mengonsumsi daya lebih rendah, namun mampu mengirim data dengan kapasitas lebih tinggi, 2 Mbps sehingga sinkronisasi suara bisa lebih akurat.

Namun tentu saja, keunggulan ini akan optimal jika perangkat yang terhubung juga sama-sama menggunakan Bluetooth 5.0.

Tiga buah tombol kontrol berada di speaker sebelah kanan berada di bagian belakang sebelah bawah saat headphone dipakai, yang bisa dijangkau dengan ibu jari.

Yang menyenangkan, ada tonjolan yang membuat tombol ini bisa dengan mudah diraba dan langsung dikenali, yaitu sebuah tonjolan titik untuk tombol + untuk volume up atau lagu selanjutnya, lalu tombolan besar untuk power, dan tanpa tonjolan untuk tombol – untuk volume down atau lagu sebelumnya.

Sebuah LED akan menyala biru saat mencoba terhubung dan berwarna merah saat mengisi daya tepat berada di bawah speaker kanan.

LED, colokan USB-C, dan lubang microphone di Sony WH-CH510

Colokan USB-C berada di bawah kanan depan diapit oleh LED dan lubang kecil microphone.

Saat diisi daya, headphone Sony WH-CH510 tidak dapat digunakan, dengan waktu pengisian tergantung oleh pengisi daya yang digunakan.

USB-C ini hanya berfungsi untuk mengisi daya, dan headphone Sony WH-CH510 tidak mendukung koneksi audio dengan menggunakan kabel.

Meski di spesifikasi tertulis pengisian daya maksimal selama 4,5 jam, namun karena saya menggunakan pengisi daya Xiaomi Mi 8 Lite yang mampu mengirim daya 2 ampere, pengisian baterai headphone Sony WH-CH510 ini pun hanya memakan waktu sekitar 2 jam dari daya lemah hingga penuh.

Sony WH-CH510 mendukung profil standar perangkat audio seperti A2DP, AVRCP, HFP, dan HSP.

Untuk codec yang dipakai, Sony WH-CH510 mendukung codec standar SBC serta codec AAC yang digunakan oleh Apple.

Headphone Sony WH-CH510 juga mendukung protokol perlindungan konten digital SCMS-T yang dikembangkan oleh Sony dan Philips.

Menggunakan Headphone Sony WH-CH510

menggunakan headphone Sony WH-CH510

Setelah lebih dari seminggu saya menggunakan headphone Sony WH-CH510, saya merasa performanya cukup bagus, walau secara fisik tidak terlalu istimewa.

Untuk sebuah headphone Bluetooth seharga kurang dari 50€, kualitas suara yang dihasilkan oleh headphone ini cukup baik menurut saya yang bukan seorang audiophile ini.

Secara desain tampilan, saya tidak kecewa, dan bisa dibilang cukup keren untuk dipakai saat berada di perjalanan.

Namun badannya yang terbuat dari plastik, agak sedikit rentan patah jika tidak disimpan dengan baik saat dibawa di dalam tas.

Di satu sisi, karena terbuat dari plastik, headphone ini sangat ringan dan saat dipakai, saya merasa seperti tidak menggunakan headphone.

daun telinga sebagian masih terlihat saat menggunakan headphone Sony WH-CH510

Cengkeraman rangkanya juga cukup, tidak terlalu kuat, namun bisa membantu bantalan speaker meredam suara-suara dari luar.

Meski begitu, suara dari speaker pun kadang masih bocor keluar, terutama saat mendengar musik dengan volume yang cukup lantang, meski bocornya hanya samar-samar.

Kebetulan daun telinga saya cukup besar, sehingga beberapa bagian daun telinga saya terasa menonjol keluar, namun tetap tidak mengurangi kualitas peredaman suaranya, toh memang konsep headphone ini adalah on-ear.

Lengkung rangkanya juga sangat mudah disesuaikan, membuat headphone ini bisa dengan mudah diatur saat headphone ini dipinjam oleh istri saya.

speaker headphone Sony WH-CH510 terlipat dikalungkan

Saya sendiri menggunakan headset ini saat melakukan pekerjaan rumah tangga selain saat mengerjakan sesuatu di depan komputer atau menonton Youtube di layar ponsel.

Meski saya tidak pernah menggunakan headset ini untuk aktivitas olah raga, namun saya cukup yakin headphone ini juga nyaman saat digunakan untuk berolahraga di pusat kebugaran.

Satu hal yang saya suka, speaker ini bisa diputar 90° sehingga saat headphone ini dikalungkan saat tidak dipakai sementara, speaker akan terlipat dan logo Sony-nya bisa terlihat.

Speaker yang terlipat ini juga sangat memudahkan dalam menyimpan, karena headphone bisa tergeletak datar tanpa ada bagian yang menyembul.

Koneksi Bluetooth

pengaturan codec AAC Bluetooth di ponsel Xiaomi Mi 8 Lite

Koneksi Bluetooth-nya stabil, meski di MacBook Pro mid-2012 saya yang menggunakan Bluetooth versi 4.0,koneksinya agak patah-patah terutama saat berada pada jarak yang agak jauh atau terhalang sesuatu.

Dugaan saya karena Bluetooth 4.0 tidak mampu mengirim data sejauh dan sekuat Bluetooth 4.2 atau 5.0.

Saat terhubung ke MacBook Pro 2017 dari kantor yang menggunakan Bluetooth versi 4.2, atau di ponsel Xiaomi Mi 8 Lite dan Google Pixel 3a milik istri yang sudah mengunakan Bluetooth 5.0, koneksi ini sangat stabil.

Meski stabil, ada delay beberapa detik saat saya menekan tombol pada headphone untuk memerintahkan sesuatu ke perangkat, misal menghentikan sementara suatu lagu, atau memilih lagu berikutnya.

Saat terhubung ke ponsel, akan muncul indikator status baterai dan beberapa pengaturan lainnya, terutama memilih codec yang digunakan.

Secara default, Sony WH-CH510 akan menggunakan codec SBC karena ini adalah codec standar, namun jika perangkat mendukung, sebaiknya mengaktifkan codec AAC untuk kualitas suara lebih baik.

Namun yang agak mengganggu adalah saat pertama kali terhubung ke ponsel, headphone Sony WH-CH510 meminta akses ke daftar kontak telepon.

Tentu saja saya tidak memberi izin karena menurut saya selain tidak berguna juga untuk menjaga agar daftar kontak tidak sengaja tersebar melalui perangkat ini.

Kualitas Audio

Dentuman bas cukup terdengar menghentak dan lengkingan suara gitar cukup terasa kaya saat memainkan lagu Enter Sandman dari Metalica atau DEUTSCHLAND dari Rammstein.

Untuk memainkan musik-musik EDM dan Eurodance dari Robin Schulz misalnya, headphone Sony WH-CH510 cukup membuat badan saya bergoyang.

Namun saya merasa rentang suara bas dan trebel-nya agak sedikit kurang, mungkin karena saya menggunakan equalizer datar dan apa adanya dari Spotify.

Saya menduga jika saya bisa mengatur equalizer ini, suara yang headphone Sony WH-CH510 ini akan makin mantap.

Lagu saya dengarkan dengan mengatur volume suara pada headset hingga mentok lalu mengatur volume suara dari Macbook Pro atau dari ponsel.

Saya suka dengan notifikasi dari headset misal saat menyala atau terhubung dengan perangkat Bluetooth.

Suara perempuan mengucapkan, “power on, battery 70%“, saat menyalakan perangkat sangat berguna mengetahui dengan cepat kapasitas baterai headset.

Untuk menghubungkan perangkat baru pun cukup tricky, yaitu dengan menekan tombol power selama 7 detik, yang seringkali tidak sengaja justru mematikan atau menyalakan perangkat.

Jika headset dipakai bersama, saya harus memastikan headset sudah tidak terhubung dengan perangkat sebelumnya, karena nanti saat dinyalakan, ia akan otomatis terhubung ke perangkat terakhir.

Misalnya saat istri saya meminjam headphone, lalu setelah ia selesai, ia harus memutuskan hubungan Bluetooth di ponselnya sebelum saya bisa menggunakan.

Microphone-nya pun cukup bisa diandalkan dan kualitas suaranya lumayan jernih terutama saat melakukan panggilan telepon atau rapat jarak jauh.

Jika headphone tidak digunakan dalam waktu lama, headphone akan mati sendiri untuk menghemat daya listrik.

9 responses
  1. Gravatar of Daeng Ipul
    Daeng Ipul

    Lumayan ya, dengan harga di bawah sejuta rupiah kualitasnya kayaknya cukup mumpuni
    tapi emang sih, saya punya 2 headphone Sony juga dan memang kualitasnya tidak mengecewakan
    cuma belum pernah saya bandingkan dengan headphone seharga 7jtan sih hahaha

  2. Gravatar of morishige
    morishige

    Kayaknya kalau mau pakai perangkat yang terkoneksi lewat bluetooth, mesti dipastikan bener-bener cocok ya, Kang? Delay-nya itu nggak enak banget. Kalau dengerin musik sih nggak masalah. Tapi nonton film jadi persoalan karena mulut sama suara pemain filmnya jadi nggak sinkron. 😀

  3. Gravatar of Zizy Damanik
    Zizy Damanik

    Boleh juga nih, ada Sony dengan harga 600rb-an.
    Kayaknya kalau saya mampir ke toko Sony yang dipajang yang dua jutaan semua. Duh gak berani beli.

  4. Gravatar of iKurniawan
    iKurniawan

    Review om Matriphe selalu lengkap.
    Kalau untuk denger musik masih betah pakai ‘bluetooth’ gini. Tapi pas main game jenis perang2an khususnya atau nonton film, kadang suka merasa ada delay antara gerakan di layar sama suara di telinga ya. Tetep wired headphone for best experience.