Belgia mungkin tidak terlalu terdengar namanya untuk urusan perkeretaapian, bila dibandingkan dengan Jepang, Belanda, Jerman, atau Prancis, namun setelah berkunjung ke Train World pada 2 Februari 2020, pemikiran saya akan perkeretaapian berubah.
Museum kereta api yang terletak di pinggiran Brussel, tepatnya di Schaerbeek/Schaarbeek, menyimpan koleksi sejarah kereta api Belgia dan peran pentingnya dalam menghubungkan negara-negara di Eropa lainnya.
Awalnya kami tidak berekspektasi banyak karena istri mengajak ke tempat ini sembari menunggu waktu check-in hotel.
Namun karena istri tahu saya menyukai kereta api, dia mengajak saya ke tempat ini.
Untuk menuju ke tempat ini, kami menggunakan kereta regional yang dioperasikan oleh perusahaan kereta Belgia (NMBS/SNCB) dari Stasiun Brussel Central dengan harga 2,50€ per orang untuk tiket kelas 2 .
Perjalanan dari Stasiun Brussel Central ke Stasiun Schaerbeek/Schaarbeek memakan waktu sekitar 10 menit dengan satu kali berhenti di Stasiun Brussel Nord.
Rupanya museum ini berada persis di samping stasiun kereta Schaerbeek/Schaarbeek, bahkan di papan nama stasiun tertulis nama papan nama Train World.
Lengkap sekali, berkunjung ke museum kereta api dengan menggunakan kereta yang berhenti tepat di stasiun yang langsung menuju ke area museum.
Aula Stasiun dan Pameran
Dibangun pada tahun 1887 dan 1913, ruang stasiun ini selesai direstorasi dan akhirnya difungsikan sebagai museum Train World yang diresmikan pada 25 September 2015 oleh Raja Philippe.
Kami membeli tiket masuk di loket seharga 12€ per orang dan mendapat brosur tentang pameran seni Paul Delvaux, the man who loved trains, yang diadakan dari tanggal 22 Oktober 2019 hingga 19 April 2020.
Tiketnya pun lucu, berbentuk semacam tiket kereta Belgia zaman dulu yang sekilas mengingatkan saya akan ijasah.
Loket tiketnya pun menggunakan ruang asli loket dari stasiun, dengan lengkungan khas yang mengingatkan saya akan loket di stasiun-stasiun besar dan tua di Indonesia zaman dahulu.
Setelah membeli tiket, kami menuju ruang pamer pertama dengan melewati restoran RN Express yang dipagari dengan pajangan replika lokomotif uap dan kereta tua.
Saya menduga restoran ini dulunya juga ruang restoran dan bar yang memang sejak awal sudah ada di stasiun ini dan difungsikan sebagaimana mestinya.
Untuk masuk ke area pertama museum, yaitu ruang aula stasiun, kami masuk dengan menempelkan tiket kertas berantena RFID ke mesin, lalu pintu akan terbuka.
Di ruang ini yang merupakan aula, terdapat replika mini lokomotif uap, kereta, dan gerbong yang dipajang.
Terdapat sebuah ruang yang berisi benda-benda stasiun, mulai dari tiket yang terbuat dari kertas karton tebal, mesin-mesin jadwal, hingga seragam masinis, kondektur, petugas keamanan, dan pramugari kereta api.
Melihat koleksi tiket, saya teringat saat kecil naik kereta, memegang tiket kertas yang terbuat dari karton tebal yang dicap dengan alat press khusus itu.
Kini seluruh tiket telah digantikan dengan tiket elektronik dan digital dengan alasan kepraktisan dan kecepatan.
Di ruangan ini juga terdapat maket Stasiun Brussel Central yang rupanya jalur kereta di bawah tanah itu sudah ada sejak dulu.
Pameran seni Paul Delvaux, the man who loved trains berada di lantai atas aula stasiun ini, dengan naik menggunakan lift.
Paul Delvaux adalah pelukis surealis Belgia yang mencintai kereta api dan sering menuangkan kecintaannya ke dalam lukisan.
Setidaknya ada 50 karya Paul Delvaux yang dipinjamkan oleh Paul Delvaux Museum yang menampilkan karya-karya beliau dari awal di tahun 1920-an hingga masa keemasannya di 1950-an hingga 1970-an.
Puas melihat koleksi di aula, kami melanjutkan ke ruang pamer berikutnya, di mana kami harus keluar dari gedung ini dan berjalan kaki ke luar.
Di luar terdapat kereta uap pengangkut lokomotif yang terguling, La Juliette, yang dibuat pada tahun 1912 di Inggris yang mampu mengangkat beban seberat 35 ton.
La Juliette pernah digunakan di Liège sejak tahun 1925, dan akhirnya dipensiunkan pada tahun 1987.
Setelah puas menikmati La Juliette, kami berjalan menuju ke gedung lain yang berada di samping gedung stasiun tempat kami masuk.
Saat berjalan menuju ruang pamer kedua, kereta-kereta yang sedang aktif beroperasi di Stasiun Schaerbeek/Schaarbeek menambah kesan syahdu bagi pecinta kereta.
Apalagi pagar yang terbuat dari roda-roda besi kereta berbagai ukuran menambah magis suasana yang saat itu sedang gerimis tipis.
Untuk masuk gedung ini, kami harus menempelkan lagi tiket masuk yang telah kami beli tadi.
Di ruang kedua ini lah, saya terkagum-kagum dan hampir melonjak kegirangan saat melihat koleksi yang ada di gedung kedua ini.
Ruangan ini terbagi menjadi beberapa tema, di mana dengan mengikuti jalur yang disediakan, pengunjung bisa melihat seluruh koleksi yang dipamerkan di museum seluas delapan ribu meter persegi ini.
Ruang Lokomotif
Ruang pertama adalah ruang lokomotif, di mana di ruangan ini terdapat 12 koleksi lokomotif sesuai dengan perkembangan era dan teknologi.
Bagian pertama menampilkan 5 lokomotif uap yang ukurannya benar-benar besar!
Beberapa lokomotif dibuka untuk umum dan pengunjung bisa naik ke lokomotif dengan menggunakan tangga untuk masuk ke ruang kemudi serta merasakan sensari menjadi masinis kereta uap raksasa ini.
Salah satu koleksi kebanggan Train World adalah lokomotif uap tertua di Eropa, Pays de Ways yang dibuat pada tahun 1845.
Saya sendiri kagum dengan lokomotif uap tipe 10 bernomor 10018 yang ukurannya paling besar.
Lokomotif jenis ini dibuat pada tahun 1910 hingga 1914 dan digunakan oleh perusahaan kereta Belgia.
Desain ketel uap pendeknya yang unik namun bertenaga besar membuat lokomotif tipe 10 ini dianggap mampu melayani jalur berbukit Luksemburg yang terkenal sulit.
Ada 58 buah lokomotif yang diproduksi, namun kini hanya satu yang tersisa, yaitu lokomotif bernomor 10018 ini dan lokomotif yang lain telah dihancurkan.
Lokomotif tipe 10 mulai ditarik dari tugasnya pada tahun 1956 dan berhenti total pada tahun 1959 setelah kereta listrik di jalur Luksemburg mulai beroperasi.
Tipe lain yang membuat saya berdecak kagum adalah lokomotif tipe 12 bernomor 12004 berwarna hijau yang dipamerkan dengan efek uap di atas cerobongnya.
Lokomotif uap yang hanya berjumlah 6 buah ini dibuat pada tahun 1938 hingga 1939.
Desainnya yang unik, ramping, dan streamline dirancang oleh insinyur Raoul Notesse yang mengejar kecepatan.
Lokomotif ini dioperasikan untuk melayani rute Brussel ke Onstend, di mana kereta ini mampu mencapai kecepatan maksimal hingga 165 KM per jam.
Pada tahun 1962, lokomotif ini dipensiunkan, di mana 5 lokomotif lainnya dihancurkan dan sisanya disimpan di Train World.
Yang menarik, pada masa tugasnya, lokomotif ini dulunya sering diparkirkan di Stasiun Schaerbeek/Schaarbeek, maka lokomotif tipe 12 bernomor 12004 terakhir ini seperti dipulangkan ke rumah asalnya.
Beberapa koleksi lokomotif lain yang ada di ruang ini antara lain adalah lokomotif uap tipe 18 bernomor 18051, lokomotif uap tipe 51 bernomor 1152, lokomotif listrik kelas 15 bernomor 1503, dan replika lokomotif uap pertama di Belgia, Le Belge.
Sejarah Kereta Api Belgia
Selain menampilkan lokomotif, ruang ini juga menceritakan tentang sejarah kereta api di Belgia.
Rupanya Belgia merupakan negara di Eropa kedua setelah Inggris yang membangun jalur kereta dan membuat lokomotif.
Belgia juga negara pertama di daratan Eropa yang memiliki jalur nasional kereta api di bawah perusahaan kereta Belgia, Belgische Staatsspoorwegen (Bahasa Belanda) atau Chemins de fer de l’État Belge (Bahasa Prancis), pada tahun 1835.
Rute pertama mereka adalah Brussel ke Machelene menggunakan lokomotif Le Belge.
Tahun 1926, Belgia melakukan nasionalisasi jalur kereta api dan membentuk perusahaan Nationale Maatschappij der Belgische Spoorwegen (Bahasa Belanda) atau Société nationale des chemins de fer belges (Bahasa Prancis) dan dikenal dengan NMBS/SNCB.
Logo B dalam oval berwarna biru menjadi logo perusahaan ini dirancang oleh Henry van de Velde pada tahun1936.
Belgia rupanya memiliki peran sangat penting dalam sejaran perkeretaapian di Eropa.
Koleksi Lain
Selain lokomotif, Train World juga memamerkan berbagai perangkat, peralatan, dan hal-hal lain yang menunjang perjalanan kereta api.
Ada koleksi jam yang merupakan alat vital dalam perjalanan kereta, di mana alat ini dibuat sedemikian akurat untuk memenuhi jadwal perjalanan kereta.
Bahkan bisa dibilang, demi memenuhi ketepatan jadwal kereta, sistem sinkronisasi waktu dibuat dari Arlond hingga Ostend hingga menjadi mana sistem jam tersinkronisasi modern yang dikenal sekarang.
Kondektur atau pengawas perjalanan kereta yang ikut dalam perjalanan biasa membawa sepucuk kertas berisi tabel waktu lengkap dengan arloji saku yang saat itu begitu mahal dan hanya boleh dibawa saat bertugas.
Sistem sinyal dan rambu yang digunakan juga mirip dengan yang digunakan di Indonesia, bahkan beberapa di antaranya masih digunakan hingga sekarang.
Misalnya saat kereta akan berangkat, kondektur akan mengangkat sebuah rambu lingkaran berwarna hijau dan meniup peluit untuk sebelum kereta berangkat.
Di Indonesia, gerakan ini disebut dengan Semboyan 40, yang biasanya masinis akan membunyikan klakson sebagai Semboyan 35, lalu kondektur membalas dengan tiupan peluit Semboyan 41.
Sebuah ruangan menampilkan berbagai jenis rel yang digunakan dalam perkeretaapian Eropa dan khususnya Belgia, di mana setiap rel punya bentuk dan jenis yang berbeda sesuai dengan beban kereta yang bisa ditahannya.
Begitu juga dengan sistem pengunci, bantalan rel, serta kerikil balast yang digunakan, berbeda-beda mengikuti jenis tanah yang dilewati.
Memasuki area kereta listrik, saya melihat contoh sistem boogie pada kereta listrik juga bagaimana pantograf bekerja mengambil energi listrik dari kabel.
Bahkan Train World membangun jembatan besi yang melintang di atas dan bisa dilewati, di mana konstruksinya menggunakan konstruksi jembatan kereta asli.
Di beberapa tempat terdapat layar berisi video yang bisa dilihat, berisi sejarah kereta hingga peralatan yang dipajang.
Wahana Interaktif
Beberapa koleksi museum bisa dimasuki pengunjung atau dibuat interaktif, sehingga pengunjung bisa benar-benar merasakan pengalaman seolah-olah berada di masa tersebut.
Selain bisa naik ke dalam beberapa lokomotif uap, pengunjung juga bisa masuk ke dalam beberapa kereta dan menikmati suasana interior kereta zaman dulu yang mewah.
Contohnya kereta listrik AM 35 yang dibuat pada tahun 1935, di mana pengunjung bisa masuk dan duduk di dalam bangku-bangku kayu berformasi duduk 3-5, yang mengingatkan saya pada kereta ekonomi di Indonesia.
Kereta listrik AM 35 pernah melayani rute Brussel-Antwerp dan pada tahun 1950-an, kantor pos Belgia (Bpost) meminta beberapa unit kereta ini diubah menjadi kereta pos.
Menariknya, tak jauh dari lokasi kereta ini dipajang, terdapat kereta AM 35 versi pos yang juga bisa dimasuki.
Di dalam kereta versi pos ini, ternyata ada semacam kantor kecil untuk petugas menyortir dan mengatur surat-surat serta kargo.
Saya terhenyak saat melihat sebuah peti diletakkan di samping kereta pos ini, karena peti tersebut berisi kaleng-kaleng Crabe Extra yang muncul di komik Tintin dalam episode Kepiting Bercapit Emas.
Detail-detail seperti ini cukup menarik dan bisa menjadi gimmick menarik, terutama untuk yang jeli.
Ada juga replika rumah para petugas kereta yang kerap tinggal di sekitar stasiun atau jalur kereta.
Pengunjung bisa masuk dan melihat isi rumah yang umum ditemui pada masa itu.
Sebuah televisi tabung yang badannya terbuat dari kayu tampak menyiarkan siaran berita dengan gambar hitam putih, lengkap dengan noise karena gangguna sinyal khasnya.
Tak jauh dari replika rumah ini, terdapat sebuah kereta yang dulu digunakan untuk mengangkut korban kejahatan kemanusiaan pada masa Perang Dunia Kedua ke kamp konsentrasi.
Kereta yang pada Juli 1942 hingga September 1944 ini pernah digunakan untuk mengangkut 25.484 umat Yahudi dan 352 orang gypsi ke kamp konsentrasi di Auschwitz-Birkenau.
Saya saat melihat kereta, yang lebih mirip gerbong barang ini, langsung bergidik ngeri membayangkan ratusan orang dijejalkan ke dalam gerbong sempit ini untuk kemudian disiksa hingga dibunuh dengan keji.
Karena ngeri, saya sampai enggan memotret kereta yang kondisinya masih sangat bagus namun nampak sekali bekas-bekas kelamnya.
Train World juga menceritakan tentang kelamnya dunia perkeretaapian pada masa perang dunia, di mana pada masa ini banyak korban baik secara langsung atau tidak.
Masa Depan Kereta Api
Selain sejarah, Train World juga mengajak pengunjung untuk menuju ke masa depan kereta api.
Salah satu langkah yang dilakukan adalah penggunaan energi listrik yang lebih ramah lingkungan juga peningkatan efisiensi dan kecepatan.
Di salah satu ruang, pengunjung bisa merasakan duduk di bangku-bangku kereta tercepat di dunia, antara lain bangku dari kereta Shinkansen dari Jepang, kereta TGV dan Thalys milik Prancis, kereta ICE milik Jerman, dan Eurostar milik Inggris.
Tidak hanya interiornya, beberapa perusahaan pembuat kereta semacam Siemens, Alstom and Bombardier juga menampilkan desain kereta terbaik mereka demi mencapai kecepatan dan efisiensi tinggi.
Menarik banget nih museumnya, Mas Zam. Koleksinya dan pembagian ruangnya bener-bener bikin pengunjungnya belajar tentang sejarah kereta api. Aku baru pernah ke museum kereta api yang di Sawahlunto. Tapi kondisinya beda banget sama di Train World, gelap dan susunan koleksinya nggak terlalu menggugah selera. Nggak tau deh kalau di Ambarawa. (Bah! Jadi tertarik buat ke museum yang di Ambarawa abis baca postingan ini :D)
Btw, aku jadi tertarik sama lokomotif uap tipe 12 no 12004 itu. Tahun segitu kecepatan max-nya sudah sampai 165?! Edyan. Kereta ETS di Malaysia aja kecepatan rata-ratanya cuma 135 km/jam. 😀 Kalau nggak salah, aku pernah lihat lokomotif model ini di salah satu film tentang PDII, tapi lupa judulnya. Semula aku kira sutradaranya kecolongan pake loko model baru, soalnya futuristik banget bentuknya, ternyata memang model lama.