Menghadapi Covid-19 di Berlin, Jerman

6 minutes 90 9

Mengikuti perkembangan Novel Coronavirus, yang secara resmi dinamakan SARS-CoV-2 yang mengakibatkan penyakit pernafasan Covid-19 oleh badan kesehatan dunia WHO pada 11 Februari 2020 ini, memang membuat beberapa orang khawatir.

disinfektan tersedia di kantor HelloFresh

Virus yang mulai berkembang dari Wuhan, Cina, pada awal tahun 2020 lalu memang cukup mematikan dan belum ditemukan obat yang secara efektif untuk melawannya, meski beberapa laporan menyebutkan pasien yang menderita Covid-19 bisa sembuh.

Badan kesehatan dunia WHO akhirnya menyatakan Covid-19 sebagai pandemik pada 11 Maret 2020, setelah penderita Covid-19 mencapai angka 118.000 kasus di 114 negara dan telah merenggut nyawa 4.291 orang.

Beberapa negara pun melakukan pencegahan penyebaran dengan melakukan penguncian (lock down), seperti yang dilakukan Italia pada 9 Maret 2020 yang kemudian pada 13 Maret 2020, beberapa negara Eropa mulai menutup perbatasan dan membatasi aktivitas warganya.

Tidak terkecuali Jerman, di mana hingga saat saya menuliskan ini, penderita Covid-19 telah mencapai 3.062 kasus dan telah merenggut nyawa 5 orang, menurut data dari Robert Koch Institut.

stok tisu toilet kosong di Kaufland Schultheiss Quartier, Berlin

Saya dan istri yang tinggal di Berlin, tidak terlalu khawatir dengan Covid-19 ini selama mengikuti anjuran pemerintah Jerman dan menerapkan cara mencuci tangan dengan sabun yang dianjurkan WHO.

Kami percaya pemerintah Jerman melindungi warganya dan bekerja keras menanggulangi pandemik ini.

Informasi, protokol, dan anjuran diterbitkan secara rutin oleh pemerintah Jerman dan warga patuh mengikutinya.

Hingga saat ini, kami tidak melihat kepanikan di supermarket seperti yang terjadi di negara lain, seperti misalnya di Belanda.

Meski sempat kehabisan beras, stok tisu dan disinfektan menipis di supermarket pada awal Maret 2020, namun tak lama benda-benda ini tersedia kembali di supermarket dengan harga yang wajar.

Operator bus kota BVG menerapkan kebijakan untuk melindungi supir bus dari risiko tertular Covid-19 dari penumpang, dengan mengunci pintu depan yang biasa digunakan untuk naik dan memberi pembatas antara supir dan penumpang mulai 12 Maret 2020.

Kantor saya pun sudah melakukan tindakan pencegahan dengan menerapkan kebijakan menghentikan perjalanan bisnis, kunjungan ke kantor dan pusat distribusi, serta menganjurkan karyawan bekerja dari rumah jika diperlukan.

Di kantor pun tersedia disinfektan di beberapa tempat yang bisa dengan mudah digunakan.

pembatas di dalam bus di Berlin

Setiap pekan kantor juga menerbitkan update terkait situasi terkini seputar Covid-19 secara umum dan langkah yang perlu diambil dan hal-hal yang perlu diperhatikan.

Bahkan saat ada salah satu karyawan dari perusahaan yang berada dalam satu gedung dengan kantor saya dinyatakan positif mengidap Covid-19 pun, kantor saya dengan sigap memberikan informasi dan terus berkoordinasi dengan kantor layanan kesehatan publik Berlin.

Karyawan yang mengidap Covid-19 pada 5 Maret 2020 itu kemudian diisolasi dan dirawat khusus.

Seluruh karyawan kantor tersebut kemudian diminta bekerja dari rumah, dan kantor tersebut ditutup.

Meski berada dalam satu gedung, namun karena berbeda lantai, kemungkinan kami berinteraksi dengan karyawan kantor tersebut kecil, kantor saya tetap dibuka dan karyawan masuk seperti biasa.

informasi penguncian pintu di bus di Berlin

Kebijakan bekerja dari rumah juga sudah diterapkan oleh kantor sejak awal 2 Maret 2020, terutama bagi yang dalam 14 hari sebelumnya bepergian ke wilayah berisiko, berinteraksi dengan orang yang bepergian ke wilayah tersebut, atau merasa kurang sehat dan mendapati gejala Covid-19 yang mirip dengan gejala flu tersebut.

Saya sendiri tetap datang ke kantor karena merasa tidak masuk dalam kategori di atas, tentunya dengan tetap menjaga diri.

Hingga pada 13 Maret 2020, dengan meningkatnya risiko Covid-19, pemerintah Berlin mengeluarkan kebijakan menutup seluruh sekolah di Berlin mulai Selasa, 17 Maret 2020.

Atasan saya pun mulai menerapkan bekerja dari rumah mulai pada 12 Maret 2020, meski sebenarnya saya lebih suka bekerja di kantor daripada di rumah.

Kami termasuk beruntung, merasa aman dan percaya kepada pemerintah Jerman yang dengan sigap mengambil langkah penanganan.

Semoga kejadian luar biasa Covid-19 ini segera berakhir dan situasi menjadi normal kembali.

13 responses
  1. Gravatar of morishige
    morishige

    Semoga baik-baik di sana, Mas Zam. Di sini, UGM udah mulai menerapkan kuliah online, Atma dan UNY juga. Tadi pas mampir ke Mirota Jakal saya lihat sudah ada hand sanitizer di meja penitipan barang.

  2. Gravatar of swastika
    swastika

    Disuruh social distancing juga kan ya? Ini yg agak repot sih di jakarta, mengubah peri laku… hari ini MRT dan KRT dan transJak crowded 🙁

  3. Gravatar of deddyhuang.com
    deddyhuang.com

    barang-barang untuk menjaga kebersihan dan kesehatan seketika jadi sulit buat dicari ya.

  4. Gravatar of arenapublik
    arenapublik

    di eropa sana sangat tanggap ya, kyak kena serangan zombie saja hehe. dan panic buying nya weh terlalu.

  5. Gravatar of Dirman
    Dirman

    Alhamdulillaah, keep safe, mas. Semoga mas Zam dan keluarga terlindung dari segala marabahaya disana, aamiin.

    Disini (jogja), saya hampir 2 hari sekali keliling cari hand sanitizer, bayclin dan cairan “pendukung” lainnya untuk keperluan publik. Susaaaaaaaahnya minta ampun, langka dan mulai mahal harganya. 🙂

  6. Gravatar of Anggie
    Anggie

    Stay safe ya!

  7. Gravatar of aad
    aad

    cc: menkes terawan ….

  8. Gravatar of Eddy Fahmi
    Eddy Fahmi

    Semoga selalu sehat dan selamat di jerman. Masjid2 di surabaya kemaren terpaksa meliburkan sholat jumat, jamaahnya disuruh sholat dhuhur di rumah masing2.

  9. Gravatar of Daeng Ipul
    Daeng Ipul

    Tetap sehat dan aman di negeri orang ya mas. Situasi di Indonesia malah semakin rumit ini, korban terus meningkat dan pemerintah masih terlihat gagap menanggapi. Sering salah koordinasi antara pusat dan daerah, belum lagi warga yang merasa virus ini biasa saja dan tidak patuh.