Setelah menulis tentang situasi di Berlin akibat penyebaran Novel Coronavirus penyebab penyakit Covid-19, sejak 22 Maret 2020, di Berlin diberlakukan lockdown.
Hingga saat ini, Jerman berada di posisi kelima dari jumlah kasus Covid-19 menurut situs Worldometer, mencapai 56 ribu kasus dan 48 ribu kasus menurut lembaga Robert Koch Institute.
Aturan lockdown di Berlin yang diterapkan tidak seketat di negara bagian lain seperti di Bavaria dan Saarland, apalagi jika dibandingkan dengan di Italia dan Spanyol.
Pemerintah kota Berlin mengeluarkan aturan lengkap yang ditandantangani oleh Walikota Berlin, Michael Müller, yang disetujui oleh senat, tentang apa saja yang dilarang dan diperbolehkan.
Aturan-aturan ini antara lain memerintahkan penutupan usaha yang tidak penting, terutama yang melibatkan interaksi manusia seperti salon, tempat potong rambut, teater pertunjukan, diskotik, dan sebagainya, menyusul aturan penutupan sekolah yang telah diberlakukan sebelumnya.
Meski begitu, supermarket, apotek, dan restoran tetap boleh buka, namun untuk restoran hanya boleh melayani pesan antar.
Warga juga diminta untuk tinggal di rumah dan keluar hanya jika diperlukan, seperti berbelanja, melakukan olah raga, berkunjung ke orang tua, asal menjaga jarak minimal 1,5 meter.
Berkumpul lebih dari dua orang dilarang, dan polisi bisa mengambil tindakan jika terjadi pelanggaran.
Jika pekan sebelumnya polisi tidak bisa mengambil tindakan dan hanya menghimbau, karena tidak ada aturan resmi, warga justru masih bandel dan tetap berkumpul di taman menikmati musim semi yang sudah tiba.
Walikota pun akhirnya membuktikan ancamannya setelah warga masih membandel dan setiap pekan, aturan diperbarui dan disesuaikan dengan kondisi.
Kini warga yang keluar rumah harus membawa kartu identitas dan dokumen yang menunjukkan alamat tempat tinggal.
Meski demikian apa yang saya alami di Berlin tidak seseram yang dibayangkan.
Selama dua pekan, saya bekerja dari rumah dan tidak keluar rumah sama sekali, dan kami masih bisa berbelanja ke supermarket di akhir pekan.
Menurut aturan, belanja, berjalan-jalan di taman, dan berolah raga, asal membawa kartu identitas dan menjaga jarak masih diperbolehkan.
Di supermarket dan semua toko, di depan kasir diberi batas antrean sejauh 1,5 meter untuk menghindari kontak fisik (Kontaktbeschränkungen).
Kaca atau plastik dipasang di depan kasir untuk melindungi kasir dan pembeli agar terhindar dari kontak fisik.
Jika biasanya di Jerman pembayaran lebih banyak dilakukan secara tunai, kini pembayaran disarankan secara nontunai dengan menggunakan kartu debit atau kartu kredit.
Taman-taman juga ditutup, dengan diberi batas dari tali plastik berwarna belang merah putih.
Tentu saja aturan lockdown ini memberi dampak ekonomi, terutama untuk usaha-usaha yang diperintahnya ditutup, seperti gedung pertunjukan, teater, dan kafe yang tidak menyediakan layanan pesan antar.
Meski pemerintah Jerman menjanjikan dana sebesar 50 milyar Euro untuk membantu mereka yang kehilangan pekerjaan atau penghasilan karena Covid-19, namun tentu saja uang ini tidak bisa langsung turun.
Berliner tidak tinggal diam dan akhirnya ikut turun membantu dengan membuat sebuah situs Helfen.Berlin (bantu Berlin) untuk menampung dan menampilkan usaha-usaha di Berlin yang terkena dampak di mana konsumen bisa membeli voucher yang nantinya bisa digunakan setelah situasi pulih.
Dengan cara ini, pelaku usaha yang mayoritas berisi pengusaha kafe, klub, bar, pertunjukan, tetap bisa mendapat pendapatan dari hasil penjualan voucher.
Situs yang dibuat oleh gabungan pengusaha bar, resto, kafe, dan pertunjukan ini menerima pendaftaran usaha yang mengalami dampak namun tetap menjalankan usahanya di tengah larangan.
Kami pun membeli voucher dari sebuah kafe yang terdaftar dan berada di dekat rumah kami, yang mana voucher tersebut kami terima melalui pos dan bisa dicairkan (redeem) kapan saja tanpa ada masa kedaluarsa.
Ada juga gerakan memberikan barang-barang kebutuhan pokok semacam makanan, sabun, air minum, obat-obatan yang dimasukkan ke dalam tas dan digantungkan di pagar di tempat terbuka dan bisa diambil oleh siapa pun yang membutuhkan.
Gerakan bernama Gabenzäunen (pagar hadiah) ini sangat rapih dan terorganisir, di mana di situs tersebut orang bisa mengetahui di mana saja lokasi pagar hadiah ini, lengkap dengan alamat grup Telegram per wilayah dan dokumen atau poster dalam berbagai bahasa yang bisa dicetak dan ditempel.
Semoga krisis Covid-19 ini cepat berlalu dan aktivitas bisa kembali normal.
Surabaya juga seperti kota mati. Restoran/cafe pada tutup. Yang buka juga cuman melayani delivery. Toko2 retail juga tutup. Belanja groceries di superindo masih bisa, tapi banyak etalase yg kosong, bahkan AC juga dimatikan. Semoga urusan corona ini segera selesai dan bisa hidup norma lagi.