Setelah 6 bulan warga Jerman menikmati sedikit kebebasan dan hidup new normal sejak pemerintah Jerman menyatakan pembatasan untuk menekan laju penularan Covid-19 selesai pada 4 Mei 2020 lalu.
Namun mulai Senin, 2 November 2020, pemerintah Jerman menerapkan kembali pembatasan selama sebulan karena angka penularan virus yang belum ditemukan vaksinnya itu meningkat tajam.
Kondisi Terakhir
Hingga tanggal 31 Oktober 2020 kemarin, laju peningkatan penyebaran virus Covid-19 di Jerman mencapai lebih dari 19.000 per hari.
Hampir seluruh negara bagian di Jerman berwarna merah dan merah tua, termasuk Berlin, di mana Berlin berada di posisi keenam dari jumlah kasus penularan terbanyak per hari per 100.000 penduduk.
Laporan ini bisa dilihat secara langsung dari dasbor yang disediakan oleh Robert Koch-Institut, lembaga resmi yang ditunjuk pemerintah Jerman terkait dengan penanganan pandemi.
Informasinya lengkap, mendetil, dan informatif, bahkah datanya hingga sampai ke jumlah kasus per kecamatan (bezirk).
Hal ini seperti menjawab prediksi tentang datangnya gelombang kedua setelah musim liburan musim panas lalu, di mana warga banyak yang bepergian ke luar kota bahkan luar negeri untuk sekadar mengunjungi keluarga atau berwisata, setelah terkurung selama masa pembatasan.
Belum lagi beberapa kelompok yang menganggap pandemi ini adalah teori konspirasi, membuat situasi semakin rumit karena kelompok ini mendesak pemerintah untuk menghentikan penerapan protokol kesehatan yang dianggap mengekang kebebasan.
Andai saja orang-orang yang berdemo ini bisa lebih bersyukur karena pemerintah bertindak cepat sehingga Jerman bisa cukup bertahan bila dibandingkan dengan negara lain, terutama di Uni Eropa.
Pemerintah Jerman terlihat sangat hati-hati dalam menentukan keputusan untuk menangani pandemi.
Sebagai contoh saat pemerintah menegakkan aturan AHA (Abstand, Hygiene, Alltagsmaske) yang berarti jaga jarak, jaga kebersihan diri, dan memakai masker, di mana khususnya pemakaian masker hanya diwajibkan di kendaraan umum dan di dalam toko saja.
Beberapa aturan detailnya diserahkan ke pemerintah negara bagian, di mana di Berlin bisa saja berbeda aturan dengan di Bavaria, walau secara umum, aturan AHA tadi tetap diterapkan.
Kini, aturan AHA tersebut ditambahkan saran untuk segera ikut test PCR (swab) jika merasa ragu apakah sakit atau tidak.
Tes juga wajib diambil kepada seluruh pendatang yang masuk ke Jerman dari bandara, terminal bus, dan stasiun kereta.
Seluruh tes ini gratis dan pendatang harus melakukan isolasi mandiri sejak kedatangan.
Sayangnya, untuk yang keluar masuk jalur darat dan menggunakan mobil pribadi, tes seperti ini sulit diterapkan, kecuali si orang tersebut secara sukarela mengambil tes.
Soal masker, orang Eropa sepertinya tidak terbiasa mengenakan masker dan merasa tidak nyaman harus menutup mulut dan hidung.
Menurut analisis asal-asalan saya, mungkin karena hidung mereka yang mancung, hingga masker tidak bisa menutup dengan rapat.
Buat orang Asia, masker sepertinya sudah jadi barang umum, karena bisa jadi kualitas udara di Asia lebih terpolusi daripada kualitas udara di Eropa.
Apalagi jika sakit, orang Asia lebih sering terpaksa masuk kerja, sehingga mengenakan masker adalah salah satu cara untuk mencegah penularan, sementara di Eropa sini, sakit sedikit saja bisa izin tidak masuk kerja agar tidak menularkan penyakit.
Makanya saat aturan mengenakan masker diterapkan, warga harus diancam dengan denda sebesr 50€ hanya agar warga mengenakan masker.
Namun lagi-lagi, tidak semua warga patuh dan menghiraukan aturan dan protokol kesehatan karena merasa Covid-19 tidak ada dan kehidupan terlihat biasa saja.
Tentu saja ini karena usaha bersama dari pemerintah dan warga yang menerapkan AHA, sehingga penyebaran virus bisa ditekan, makanya seolah-olah Covid-19 ini seperti tidak terlihat.
Situasi Memburuk
Hingga akhirnya jumlah penularan di Berlin melebihi ambang batas yang dianggap aman, yaitu 20 kasus per 100.000 penduduk per hari, pemerintah dan senat Berlin mengambil keputusan yang cukup sulit.
Bahkan warga Berlin sempat dilarang menginap di hotel di negara bagian lain di Jerman karena kasus yang sangat tinggi dan diangap hotspot.
Walikota Berlin, Michael Müller, sendiri sebisa mungkin enggan menerapkan lockdown, dan ingin menekan laju penyebaran dengan jalan lain, yaitu meminta warga lebih ketat dan patuh terhadap aturan AHA.
Namun himbauan hanya himbauan, warga tetap saja berkumpul dan berpesta di klub, yang merupakan salah satu nafas kehidupan malam di Berlin.
Pemerintah dan senat Berlin akhirnya menerapkan jam malam, pertama kalinya dalam 70 tahun, untuk mencegah penularan melalui kehidupan malam, pada 9 Oktober 2020.
Dengan aturan ini, seluruh toko, restoran, kafe, dan bar harus tutup pada pukul 23:00 hingga 06:00.
Tidak hanya itu, aturan lebih ketat diterapkan lagi pada tanggal 20 Oktober 2020, di mana penggunaan masker wajib di 10 ruas jalan utama di Berlin, yang memang merupakan area wisata dan niaga.
Laju penyebaran yang makin tinggi rupanya tidak hanya terjadi di Berlin, namun hampir di seluruh Jerman.
Dalam waktu 3 bulan dari 22 Agustus 2020, penyebaran virus terlihat dengan cepat, dari yang awalnya area berwarna putih kini menjadi merah.
Pemerintah Jerman sepertinya tidak ingin mengambil risiko dan pada 28 Oktober 2020, setelah melakukan sidang dengan senat dan gubernur negara bagian, ibu kanselir Angela Merkel mengumumkan mulai 2 November 2020, Jerman akan menerapkan pembatasan selama sebulan penuh.
Pembatasan ini hampir mirip dengan pembatasan pertama pada 17 Maret 2020, namun lebih lunak.
Berikut ini beberapa aturan pembatasan baru yang diterapkan selama November 2020.
- Hanya boleh bertemu dan berkumpul dengan 1 keluarga lain (household), maksimal 10 orang.
- Toko-toko tetap buka, namun jumlah pengunjung di dalam akan dibatasi, yaitu 1 orang per 25 meter persegi.
- Sekolah dan taman kanan-kanak tetap buka.
- Layanan keagamaan tetap diperbolehkan.
- Bar, restoran, dan hotel tutup.
- Gym dan fasilitas kebugaran tutup, namun melakukan aktivitas di luar bersama keluarga diperbolehkan.
- Bepergian (traveling) sangat tidak disarankan, meski tidak dilarang.
- Tidak ada kegiatan umum, acara olah raga tetap dilangsungkan tanpa penonton.
- Aktivitas kecantikan seperti tato, perawatan kuku, spa, tidak diperbolehkan, kecuali salon dan pangkas rambut, namun dengan protokol kesehatan ketat.
- Layanan kesehatan seperti fisioterapi diperbolehkan.
- Penggunaan masker tetap diwajibkan di dalam toko, di dalam kendaraan umum, di dalam bandara/terminal/stasiun, di dalam kantor, dan di 10 jalanan Berlin yang ditentukan.
Kantor saya sendiri menambahkan beberapa protokol yang lebih ketat, dan meski tetap memperbolehkan bekerja dari kantor, namun sangat disarankan untuk bekerja dari rumah.
Jaga kesehatan, Kak Zam! Semoga pandemi ini bisa segera berlalu ya.
Aku udah lama nggak tahu update soal pandemi di luar negeri, ternyata malah meningkat kembali. Huhuhu.
Semoga gelombang kedua ini bisa segera berlalu ya, Kak.