Jika di tahun lalu saya dan istri gagal masuk ke area Brandenburger Tor dan menikmati konser Silvester (malam pergantian tahun baru) di sana, tahun ini kami secara tidak terencana malah berada di barisan depan di acara tahunan yang ke-25 dan merupakan acara Silvester terbesar di Eropa.
Awalnya kami memang hanya berniat menonton gladi resik konser bernama Willkommen 2020 ini di sore hari, lalu pulang sebelum tengah malam demi menghindari kebrutalan warga di jalanan Berlin.
Kami berangkat dari rumah sekitar jam 16:13 dan sampai di depan gerbang masuk Straße des 17 Juni menuju Brandenburger Tor di depan Siegessäule.
Dari gerbang masuk hingga ke panggung, jaraknya sekitar 1,5 KM, di mana sepanjang jalan ini akan penuh dengan manusia yang merayakan malam pergantian tahun.
Di beberapa titik sepanjang area sudah berdiri layar-layar raksasa dan tata suara yang menyiarkan acara dari panggung di Brandenburger Tor.
Kami melewati 5 titik pemeriksaan keamanan di mana badan dan tas diperiksa dengan ketat untuk mencegah pengunjung membawa botol kaca (botol bir), kembang api, dan petasan.
Kios-kios penjual makanan dan minuman berjajar di pinggir jalan untuk menyokong kebutuhan makan dan minum.
Terdapat bianglala di tengah panggung yang bisa dinaiki penumpang dengan membeli tiket.
Kami sampai di lapis ketiga dari depan panggung sambil menikmati musik dari musisi yang mengisi acara puncak nanti malam sambil mengisi perut dengan bakmi goreng bebek crispy dari warung asia di lokasi.
Semakin malam, pengunjung semakin banyak, membuat kami terdesak hingga ke area perbatasan lapis kedua dan ketiga dari depan panggung.
Penjaga berbadan sebesar kulkas dua pintu begitu tegas saat menutup pintu dan melarang penonton masuk demi keamanan dan kenyamanan.
Beberapa orang berusaha bernegosiasi agar diizinkan masuk dengan alasan terpisah dari rombongan atau hendak membeli makanan, namun petugas dengan tegas tetap menolak.
Karena kami tidak bisa keluar karena penuhnya pengunjung, kami memutuskan untuk melanjutkan dan tetap bertahan di area hingga malam pergantian tahun baru.
Apalagi musisi yang tampil membawakan lagu-lagu yang asyik untuk bergoyang, membuat kami rela menunggu hingga 8 jam hingga ke malam puncak acara.
Ini seolah menjawab keinginan kami tahun lalu, di mana kami kecewa tidak bisa masuk, kini seakan dibalas dengan berada di barisan depan.
Sepengelihatan saya, tidak ada anak kecil atau bayi yang berada di acara ini.
Anak kecil yang terlihat pun sudah berusia agak besar yang sudah mengerti dengan acara ini.
Saya malah melihat banyak orang-orang tua yang ikut bergoyang dan berada di lokasi acara hingga bubar.
Saking asyiknya lagu, penjaga yang berada di depan kami kadang ikut bergoyang mengikuti irama.
Tema lagu yang dibawakan di Silvester tahun ini bertema 80-an, 90-an, hingga 2000-an, dari genre EDM, eurodance, rock and roll, hingga seksi dan santai.
Beberapa artis dan DJ Jerman yang lagunya kami kenal juga tampil di panggung ini, membuat kami makin enggan meninggalkan lokasi.
Saya langsung bersorak saat lagu Regenbogenfarben, lagu yang bercerita tentang keberagaman ini dibawakan oleh Kerstin Ott.
Sementara istri saya menjerit kegirangan saat Lotte, penyanyi asal Köln tampil membawakan lagu favoritnya, Schau mich nicht so an.
Selain artis Jerman, ada juga artis-artis yang dulu hanya sempat kami tonton di TV, tampil secara live di depan kami secara gratis.
The Rasmus, grup musik asal Finlandia yang populer di tahun 90-an tampil dengan hit mereka, In the Shadows.
Anak nongkrong MTV pasti langsung bersorak saat East 17 tampil membawakan Stay Another Day.
Tidak kalah, anak EDM pun pasti langsung turun saat YouNotUs tampil bersama Janieck membawakan tembang Narcotic yang beat-nya sangat adiktif serta saat YouNotUs berkolaborasi dengan Kelvin Jones tampil membawakan Seventeen.
Belum surut, lagu-lagu eurodance yang menghentak juga disuntikkan untuk menambah semangat pengunjung menunggu pergantian tahun.
Salah satunya adalah penampilan Stereoact, duo DJ asal Jerman, membawakan medley Atemlos durch die Nacht (Helene Fischer), Jogi Jogi Jogi Löw (Andreas Gabalier), Ja Nein Vielleicht (Vanessa Mai), dan Warum hast du nicht nein gesagt (Roland Kaiser & Maite Kelly).
Menjelang tengah malam, Alle Farben, DJ asal Jerman, berkolaborasi denang Ilira Gashi, penyanyi Swiss mengakhiri performa dengan membawakan lagu Fading.
Menutup penampilan seluruh panggung, grup musik legendaris, Gipsy Kings menutup dengan lagu andalan mereka, Bamboléo.
Hitung mundur pun dimulai, zehn, neun, acht, sieben, sechs, fünf, vier, drei, zwei, eins.. Frohes Neues Jahr!!
Kembang api pun muncul dari arah taman Tiergarten sebelah selatan dengan diiringi cuplikan lagu komposer Jerman, Ludwig van Beethoven, Symphony No. 9, Ode to Joy membuat suasana serasa epic seperti di film-film.
Selesai acara, kami pun pulang menuju stasiun S-bahn Potsdamer Platz karena arah balik menuju Siegessäule penuh sesak.
Jika selama di lokasi acara, suasana terasa aman, begitu keluar, kami melihat betapa mengerikannya suasana jalanan di Berlin yang brutal.
Pecahan botol kaca berserakan di mana-mana dan bau bubuk petasan masih tercium.
Di beberapa sudut terlihat asap masih mengepul dari petasan yang dilempar orang-orang ke jalan.
Suara ledakan juga masih terdengar seperti suara senapan.
Uniknya, toko-toko dan mobil yang diparkir di pinggir jalan aman.
Tahun depan, mungkin kami benar-benar di rumah saja menikmati siaran langsung perayaan Silvester dari televisi, atau mungkin merayakan Silvester di tempat lain.