Jerman termasuk negara yang sangat jarang mengalami bencana alam seperti gempa bumi, banjir, tanah longsor, atau kebakaran hutan.
Meski ini merupakan keberuntungan, namun di sisi lain, hal ini membuat warga tidak terlalu aware terhadap bahaya yang bisa mengancam saat terjadi bencana.
Meski begitu, sebagai bangsa yang segala hal harus dipersiapkan, Jerman memiliki infrastruktur dan fasilitas untuk menghadapi bencana yang mumpuni dan canggih.
Saat pameran Peringatan 70 tahun blokade Berlin tahun lalu, saya melihat sendiri mobil tanggap darurat yang akan diturunkan ke lokasi bencana jika terjadi.
Mobil yang lebih tepat disebut truck itu berisi berbagai fasilitas darurat, terutama listrik dan sarana komunikasi radio.
Saat itu saya sempat bertanya-tanya, apakah mobil yang dimiliki badan penanganan bencana milik pemerintah Berlin ini kapan diturunkan, mengingat hampir tidak pernah terjadi bencana alam di Jerman, terutama di Berlin.
Rupanya pemerintah Jerman juga menyadari hal ini, bahwa mereka kekurangan sistem peringatan dini jika bencana terjadi.
Di Indonesia, yang secara geografis sangat rentan terhadap bencana alam, memiliki sistem peringatan dini tsunami atau erupsi gunung.
Oleh karena itu, pada Kamis, 10 September 2020 kemarin, pemerintah Jerman mengadakan Bundesweiter Warntag, atau singkatnya Warntag (hari peringatan), di mana di hari itu, pada jam 11:00 seluruh alarm di seluruh Jerman akan dinyalakan selama 20 menit untuk menumbuhkan kesadaran terhadap warga dan mengenalkan sistem peringatan dini.
Ini adalah pertama kalinya sistem peringatan dini dijalankan sejak 30 tahun setelah Jerman bersatu kembali.
Sistem alarm ini akan dibunyikan bersamaan, yang terdiri dari sistem sirene jika kota memiliki sirene kota, pengumuman yang menginterupsi siaran televisi dan radio, pesan tersiar (broadcast) ke seluruh pengguna telepon seluler, pemberitahuan melalui aplikasi informasi bencana milik pemerintah NINA (Notfall-Informations-und-Nachrichten-App), aplikasi darurat dan informasi, di Android dan iOS, hingga ke papan iklan digital yang tampil di berbagai penjuru kota.
Saat alarm dibunyikan, warga diminta tetap tenang dan melanjutkan aktivitas, karena ini merupakan uji coba sistem peringatan yang dilakukan secara serentak.
Rencananya, Warntag ini akan rutin diadakan setiap tahun, di mana setiap hari Kamis pada pekan kedua di bulan September, seluruh alarm dan sistem peringatan dini dinyalakan.
Sejak pengumuman rencana ini, rupanya banyak warga yang justru antusias untuk mengetahui bagaimana sistem ini bekerja, termasuk saya.
Saya sudah membayangkan situasi seperti di film-film, di mana suara sirene terdengar meraung-raung di seluruh penjuru kota, dan warga kemudian berbondong-bondong berjalan menuju ke lokasi perlindungan yang aman.
Apalagi ini di Berlin, kota yang secara sejarah mengalami masa-masa kelam di mana peringatan serangan udara saat perang meraung-raung, sebelum bom-bom sekutu jatuh dan menghancurkan kota.
Saya mungkin terlalu banyak menonton film dan merasa sangat heroik, tapi yang pasti tentu saja saya antusias.
Apalagi saya sering mengikuti simulasi di kantor di mana setiap beberapa bulan sekali, alarm kebakaran dibunyikan dan seluruh karyawan harus sigap keluar gedung kantor dengan tenang.
Di beberapa tempat seperti stasiun dan terminal terdapat sistem alarm untuk meminta pertolongan, meski saya belum pernah mencobanya, menunjukkan betapa bagusnya sistem alarm di Berlin.
Bayangan saya, situasi ini lebih masif, karena skalanya tidak hanya satu gedung, tapi seluruh kota, bahkan seluruh negara.
Warntag 2020
Hari yang ditunggu tiba, kamis pagi, saya bekerja dari rumah seperti biasa.
Office management mempublikasikan informasi tentang Warntag ini melalui kanal Slack bahwa jika alarm berbunyi, dari berbagai media, karyawan yang bekerja di kantor atau di rumah diminta tetap tenang dan beraktivitas seperti biasa.
Karena sibuk, saya sendiri tidak menengok jam, dan baru sempat mengintip angka di ujung kanan atas layar komputer saat angka menunjukkan pukul 11:02, namun sepertinya tidak terjadi apa-apa.
Musik saya matikan, lalu melepas sebentar Sony WH-C510 dari kepala, namun sirene tidak terdengar.
Saya menengok ponsel, tidak ada pesan atau notifikasi apa pun yang masuk, kecuali pesan SMS spam dari operator XL yang saya gunakan.
Saya menengok ke Slack, dan bertanya kepada rekan-rekan kantor apakah mereka juga mendengar sirene atau menerima peringatan apa pun.
Rupanya tidak hanya saya yang bingung, karena sepertinya semua orang tidak mendengar atau menerima peringatan apa pun.
Dari Slack kantor, rekan-rekan kerja membagikan informasi dan pengalaman terkait Warntag ini, di mana dari salah satu informasi yang disebar, baru lah saya tahu bahwa rupanya di Berlin, tidak ada lagi sistem sirene sejak tahun 1990 karena dianggap tidak lagi efektif.
Salah satu rekan kantor yang memasang aplikasi NINA mengatakan ia tidak menerima pemberitahuan apa pun, meski dilaporkan peringatan dari NINA masuk ke aplikasi terlambat selama setengah jam.
Rekan kantor yang lain yang mendengarkan radio juga mengatakan tidak ada interupsi di siaran radio yang ia dengarkan.
Bisa dibilang, ujicoba sistem peringatan dini di Berlin gagal, atau tidak terjadi sesuai rencana.
Kelakar dan Meme Bertebaran
Berbagai kelakar dan meme pun bermunculan di Slack kantor, mengomentari soal Warntag yang gagal ini.
“Para engineer dan developer sedang pusing karena sistem peringatan tidak berlangsung semestinya,” kelakar seorang rekan kantor, yang tentu saja kami yang bekerja di bidang teknologi bisa merasakan frustasinya.
“Mungkin ada yang lupa menekan tombol deploy (menjalankan),” sambut rekan yang lain.
“Sangat menyedihkan jika benar-benar terjadi bencana saat ini, kita termasuk korban karena tidak mendapat peringatan dini,” entah dia benar-benar khawatir atau hanya berkelakar.
“Jika tidak ada siaran melalui televisi dan radio, untuk apa iuran siaran publik yang kita bayar setiap 3 bulan sekali itu terpakai?,” tanya yang lain.
Di Jerman, ada iuran televisi dan radio yang wajib dibayarkan setiap rumah yang mana uang ini digunakan untuk mendukung lembaga siaran publik (TV dan radio) agar independen dan berpihak kepada warga.
Iuran ini bernama Rundfunkbeitrag, yang di Indonesia dulu semacam iuran TVRI, di mana saya juga ikut membayar iuran wajib ini.
“Mengecewakan, peringatan jatuh tempo pembayaran Rundfunkbeitrag bisa lebih tepat waktu dan bisa diandalkan daripada peringatan sebenarnya yang harusnya disiarkan di TV dan radio,” sindir rekan yang lain.
“Tenang, jangan kecewa, buat kalian yang ingin mendengar sirene bisa menuju ke situs ini,” hibur seorang rekan dengan mem-posting tautan ke Der Postillon, sebuah media satir yang berisi tulisan “Wuuuuuuhhh Wuuuhhh” menirukan bunyi sirene lengkap dengan gambar pengeras suara.
Seorang rekan setim berkelakar, “seluruh peringatan akan dikirim melalui surat ke alamat rumah pada 3-5 hari kerja” yang sukses membuat kopi di mulut saya muncrat saat membacanya.
Ini sangat sesuai dengan kondisi di Jerman di mana seluruh peringatan informasi biasanya memang dikirim melalui surat pos yang butuh waktu 3 hingga 5 hari kerja.
Warga Jerman sepertinya sangat antusias dan kecewa pada waktu yang bersamaan, di mana saat itu bisa menjadi trending topic di Twitter dengan tagar #Warntag2020 atau #warntag.
Dari Twitter dan beberapa laporan warga, rupanya tidak hanya di Berlin yang tidak mendengar atau tidak mendapat peringatan dini.
Meski begitu, di beberapa negara bagian, suara sirene sempat terdengar, seperti yang dicuitkan Rachel Stewart, salah satu jurnalis di Köln, yang kemudian ada yang mem-posting keadaan saat sirene berbunyi di beberapa kota di Jerman.
Media massa juga mengkritisi gagalnya uji coba peringatan dini ini.
Mengutip dari media Berliner Morgenpost, Thomas Herzog, wakil presiden direktur BKK (Badan Federal Perlindungan Sipil dan Bencana) menyalahkan pemerintah Bavaria yang dianggap mengirim peringatannya sendiri sehingga memblokir seluruh peringatan dari pemerintah federal.
Akibatnya, beberapa peringatan terlambat bahkan tidak berfungsi sama sekali, termasuk yang dialami Berlin.
Beberapa pejabat dan senat cukup kecewa dan marah dengan kegagalan pelaksanaan uji coba, dan mengatakan bahwa warga cukup beruntung, karena ini hanya uji coba.
Palang Merah Jerman bahkan mencuitkan, “Bayangkan jika saat itu bukan Warntag dan benar-benar terjadi sesuatu. Apa yang akan terjadi?”
Dari beberapa foto yang dimuat di situs berita tersebut, peringatan Warntag muncul di papan-papan iklan di halte bus, bahkan di informasi jam keberangkatan bus dan tram.
Jerman memang bukan negara yang sempurna, ada saja kegagalan yang dialami, termasuk gagalnya uji coba sistem peringatan Warntag ini.
Sisi positifnya, banyak warga yang aware dan justru tahu tentang menyadari tentang Warntag dan sistem peringatan dini, meski saat pelaksanaannya tidak seperti yang diharapkan.
Semoga tahun depan, Warntag dan yang lebih penting, sistem peringatan dini bisa berfungsi dengan baik.
Waaah gagal ceritanyah? 🙈 sayang sekali padahal sudah diantisipasi oleh banyak orang hehehe. Semoga kegagalan tahun ini bisa jadi pelajaran untuk tahun depan 😆