Setelah sekitar 7 tahun saya menggunakan MacBook Pro edisi pertengahan 2012, kemarin pertama kalinya saya membongkar laptop kesayangan yang memiliki banyak kenangan ini.
Keluhan saya adalah panas yang berlebihan, di mana kipas CPU sering bekerja keras hingga terdengar suara ngosos.
Karena terbuat dari aluminium, panas MacBook Pro saya ini kadang sampai terasa ke seluruh badan laptop.
Beberapa kali bahkan MacBook Pro mati dengan sendirinya karena kepanasan saat saya gunakan, karena MacBook Pro punya mekanisme untuk mencegah terjadi kerusakan lebih lanjut karena panas berlebih.
Menurut aplikasi gratisan Fanny yang saya gunakan untuk menampilkan temperatur CPU MacBook Pro saya, menunjukkan temperatur 80°C hingga 90°C dengan kipas yang sudah berputar maksimal 6.200 RPM apalagi pada cuaca panas.
Saya tentunya tidak ingin mengulang pengalaman membeli laptop baru karena rusak akibat kepanasan, seperti saat saya memutuskan membeli MacBook Pro lawas saya ini.
Meski saya ada MacBook Pro keluaran 2017 dari kantor, namun saya masih sering menggunakan MacBook Pro lawas saya, terutama untuk keperluan pribadi.
Saya pun akhirnya memberanikan diri membongkar MacBook Pro saya dengan mengikuti petunjuk dari iFixit untuk membersihkan heatsink dan mengganti thermal paste-nya, yang menurut tutorial tersebut termasuk kategori sulit.
Sebenarnya ini bukan pertama kalinya saya membongkar MacBook Pro lawas saya ini, karena sebelumnya saya pernah membongkar sendiri saat memasang SSD.
MacBook Pro saya memang sudah tidak menggunakan konfigurasi aslinya, karena baterainya pernah saya ganti dan memorinya saya upgrade menjadi 8 GB.
Pembaca DVD-nya juga sudah saya copot karena dulunya saya menggantinya dengan hardisk saat pertama kalinya saya menggunakan SSD Adata SP900 berkapasitas 256 GB yang saya beli seharga Rp 1.393.000 pada tahun 2015.
Namun setelah saya menggunakan SSD Sandisk Plus berkapasitas 1TB yang saya beli di MediaMarkt, saya mencopot hardisk tersebut dan membiarkannya kosong agar bobot MacBook Pro menjadi sedikit lebih ringan.
Saya juga pernah melakukan perbaikan sendiri pada speaker-nya yang sobek dengan menggunakan lem karena saya memang belum berencana mengganti speaker tersebut.
Selain dari iFixit, saya juga menjelajah Youtube untuk melihat bagaimana cara membongkar dan mengganti thermal paste dan membaca berbagai ulasan tentang thermal paste terbaik dan teknik mengoleskannya.
Menyiapkan Peralatan
Saya pun memutuskan untuk menggunakan thermal paste Arctic MX-4, salah satu produk terbaik dari jenama asal Swiss yang sudah ternama di dunia pendingin komputer.
Saya membeli pasta penghantar panas dari CPU ke bilah aluminium ini di Amazon seharga 6,90€ untuk menggantikan pasta penghantar panas dari CPU ke heatsink yang pastinya sudah mengerak dan tidak dapat menghantarkan panas dengan baik.
Selain thermal paste, saya juga membeli beberapa peralatan pendukung, yaitu tabung udara terkompresi merek Presto yang saya beli di toko bangunan Obi seharga 6,81€ dan isopropyl alcohol atau isopropanol 99,9% di Amazon seharga 8,99€.
Alkohol saya gunakan untuk membersihkan thermal paste lama yang menempel di CPU dan komponen elektronik di PCB.
Sementara udara terkompresi saya gunakan untuk menghalau debu dan berbagai penyumbat yang menghalangi sirkulasi udara di ventilasi.
Untuk membongkar MacBook Pro ini, saya memerlukan obeng dengan mata khusus, mata torx nomor 6 (T6) yang berbentuk seperti bintang david.
Saya membeli seperangkat obeng bermerek LUX, merek keluaran toko perkakas Obi, seharga 13,48€, yang memiliki mata torx T6.
Kebetulan saya juga mempunyai seperangkat alat untuk membuka ponsel dan komputer merek Zacro yang saya beli dari Amazon seharga 8,99€.
Dalam paket perangkat Zacro tersebut, terdapat sebuah gelang anti listrik statis yang menurut saya cukup penting.
Setelah seluruh alat siap, saya pun membongkar MacBook Pro saya.
Membongkar MacBook Pro
Saya mengikuti dengan seksama seluruh langkah yang dijabarkan di iFixit, terutama memperhatikan baut-bautnya karena MacBook Pro menggunakan beberapa jenis baut dengan ukuran dan panjang berbeda-beda.
Setelah mematikan MacBook Pro, saya membuka penutup bagian bawah, melepas kabel baterai untuk menghindari sengatan listrik dan melindungi komponen elektroniknya.
Tak lupa saya mengenakan gelang anti listrik statis, karena di cuaca kering seperti di Eropa, listrik statis sangat mudah terbentuk yang bisa merusak komponen elektronik.
Saya sering tersengat listrik statis ini terutama saat menyentuh benda-benda logam semenjak tinggal di Berlin.
Listrik statis ini terbentuk seperti saat kita menggesekkan penggaris plastik ke meja lalu bisa mengangkat helai rambut, yang mana tegangan yang terjadi bisa sangat tinggi dan sengatannya cukup membuat kaget.
Cara kerja gelang anti listrik statis ini juga sederhana, yaitu dengan memastikan bagian logam tertempel ke badan dan ujung kabel dari gelang dikaitkan ke logam yang tersambung ke bumi (grounding).
Dengan cara ini, muatan listrik yang terbentuk di badan bisa hilang dan tersalurkan ke bumi, sehingga listrik statis tidak terbentuk.
Saya mengaitkan ujung gelang ke bagian logam pemanas ruangan yang tertanam di tembok dan sudah pasti terhubung ke ground.
Satu persatu saya menyopot berbagai kabel, mulai dari kabel kipas CPU, kabel sensor, kabel keyboard, kabel data SSD, hingga menyopot microphone sebelum bisa melepas mainboard MacBook Pro.
Tentu saja setelah seluruh kabel terlepas, saya juga harus melepas beberapa baut, dan menyimpan baut-baut tersebut dengan hati-hati.
Kipas CPU yang hanya satu saya lepas, dan ini satu-satunya kipas yang ada di dalam MacBook Pro ini, yang bertugas menghembuskan udara panas keluar dari heatsink ke arah belakang, di bagian tengah engsel layar.
Saya pun membersihkan kipas bermerek Sunon buatan Cina ini dengan menyemprotkan udara dari kaleng udara terkompresi, dan langsung saja debu-debu berhamburan.
Setelah berhasil menyopot kipas, saya kemudian menyopot mainboard karena heatsink berada di bagian atas, dan seluruh mainboard harus dilepas untuk bisa mengakses ke heatsink.
Tak disangka, ternyata mainboard MacBook Pro seri pertengahan 2012 ini begitu kecil hanya sekitar kurang dari seperempat luasan badan MacBook Pro, dengan lebar hanya seukuran telapak tangan dengan bentuk yang unik.
Debu-debu langsung terlihat di bagian mainboard, karena maklum saja selama 7 tahun saya tidak pernah membongkar MacBook Pro ini.
Bagian bilah-bilah ventilasi heatsink terdapat kotoran yang seperti menyumbat, sehingga maklum saja jika aliran udara dari dalam badan MacBook Pro tidak lancar dan panas tidak terbuang.
Lagi-lagi tabung udara terkompresi sangat membantu dalam menghilangkan debu-debu dan sumbatan di bagian ventilasi heatsink.
Bagian heatsink ditahan dengan 3 baut yang memiliki pegas, dan setelah heatsink terlepas, thermal paste bawaan yang sudah kering terlihat jelas.
Dengan bantuan cotton bud, saya membersihkan thermal paste di heatsink dan CPU menggunakan isoprophyl alcohol.
Alkohol dengan mudah mengencerkan dan mengangkat sisa-sisa thermal paste ini dan dengan menggunakan kapas lembut pembersih wajah milik istri saya, saya menyeka sisa-sisa thermal paste.
Thermal paste Arctic MX-4 yang berbentuk suntikan sangat mudah digunakan, dan saya hanya mengoleskan secukupnya di bagian CPU, lalu menutupnya dengan heatsink.
Saya juga sempat membersihkan beberapa bagian dengan menggunakan alkohol, terutama bagian kontak-kontak logam dari kotoran yang sekiranya bisa menggangu aliran listrik.
Di beberapa bagian, terutama bagian busa pengganjal dan karet-karet, terlihat mulai getas, keras, dan beberapa bahkan hancur karena usia.
Apa boleh buat, saya tidak dapat berbuat apa-apa.
Setelah selesai, saya memasang kembali dengan membalik urutan langkah-langkah yang saya lakukan saat membongkar.
Untuk memasang, rasanya lebih mudah dan lebih cepat, karena saya sudah tahu apa yang harus dilakukan sebelumnya.
Menguji MacBook Pro
Setelah seluruh komponen terpasang kembali, saya pun melakukan pengujian dan memastikan seluruh fungsi bekerja dengan baik.
Sayangnya saya menemukan sebuah kerusakan, yaitu microphone MacBook Pro saya tidak berfungsi, di mana microphone sama sekali tidak menerima sinyal suara.
Saya tidak tahu apakah kerusakan terletak pada kabel atau memang microphone tersebut rusak saat saya mencopotnya karena memang saat dicopot, microphone ini tertempel dengan kuat di badan MacBook Pro dan saya cukup keras saat mencabutnya.
Untuk memastikan bahwa kerusakan berada pada sisi hardware, saya mencoba menghubungkan MacBook Pro dengan headphone Sony WH-CH510 melalui Bluetooth dan earphone JBL Tune T110 saya melalui colokan 3,5 MM untuk mengetes microphone-nya.
Saat menggunakan headphone maupun earphone, masukan suara bisa diterima dengan baik, berarti kemungkinan besar kerusakan pada hardware.
Saya sudah terlalu malas untuk membongkar kembali untuk memeriksanya, apalagi saya jarang sekali menggunakan microphone internal dan lebih sering mengandalkan earphone atau headphone.
Temperatur dan putaran kipas juga terasa sekali bedanya, di mana temperatur CPU dengan beban seperti biasa, hanya sekitar 65°C hingga 70°C dan kipas berputar di putaran minimal 2.000 RPM.
Thermal paste Arctic MX-4 terbukti cukup efektif menghantarkan panas dari CPU ke heatsink, yang mana tentu saja setelah sirkulasi udara di dalam MacBook Pro terbuang efektif setelah saya membersihkan kipas dan ventilasi.
Kini saya tidak lagi khawatir dengan panas berlebihan yang dihasilkan oleh MacBook Pro saya, yang tentu saja saya masih bisa terus menggunakan MacBook Pro kesayangan saya ini.
Saya bongkar thermal PC saja tak berani, takut ada yang patah
Apalagi laptop ,wah ditambah takut banget
Soal kesengat listrik, saya kok sering ya
PC saya kalau disentuh, langsung mak greng