Menggunakan Monitor Philips 245B1/00

15 minutes 151 4

Setelah sekian bulan sejak menggunakan meja kerja untuk bekerja di rumah selama pandemi, akhirnya salah satu daftar keinginan saya untuk memiliki sudut kerja idaman terpenuhi.

bekerja menggunakan monitor Philips 245B1/00

Saya akhirnya membeli monitor yang sangat membantu saya untuk bekerja, setelah sekian lama mempertimbangkan karena beberapa kali saya bisa datang ke kantor dan menggunakan dua buah monitor di kantor.

Bekerja dengan menggunakan layar yang besar memang menyenangkan, terutama untuk saya yang banyak bekerja dengan kode dan tulisan.

Apalagi kasus penularan Covid-19 di Jerman dan terutama di Berlin naik lagi, dan kemungkinan besar pemerintah Jerman akan menerapkan pembatasan lagi, saya pun menggunakan kesempatan ini untuk mempernyaman sudut kerja saya karena saya juga kemungkinan besar akan banyak bekerja dari rumah lagi.

Jika sebelumnya saya masih bisa beberapa kali datang ke kantor dan menggunakan dua buah monitor di sana, namun melihat situasi yang ada, datang ke kantor meski masih diperbolehkan, saya rasa bukan keputusan yang tepat.

Saya pun memutuskan membeli monitor yang memang sudah lama saya rencanakan, namun karena ukuran meja saya yang kecil, saya harus benar-benar memilih monitor yang cocok untuk kebutuhan saya.

Untuk saat ini, sebuah monitor akan sangat membantu, meski sebenarnya saya suka bila memiliki dua buah monitor, atau satu monitor tapi panjang alias ultra wide.

Namun lagi-lagi karena ukuran meja yang kecil, saya untuk sementara tidak memiliki kemewahan untuk membeli dua buah monitor atau monitor panjang.

Kriteria Monitor Idaman

meja kerja di kantor dengan dua buah monitor Dell UltraSharp U2518D

Saya memiliki kriteria tertentu untuk monitor yang akan saya gunakan.

Pertama, secara fisik, monitor tersebut muat untuk meja saya yang luasnya 0,365 meter persegi ini.

Sebenarnya saya menyukai monitor Dell UltraSharp U2518D berukuran 25 inchi dengan resolusi QHD (2560×1440) alias 2K.

Oleh karena itu, resolusi minimal yang saya inginkan adalah 2K alias 2560 × 1440 piksel dengan ukuran layar sekitar 25 inchi.

Sayangnya, selain harganysa yang cukup mahal, sekitar 300€ dan barangnya agak sulit didapat karena monitor ini produksi 2013 hingga 2016.

Selain itu, posisi monitor harus bisa diubah ketinggiannya, sudutnya, bahkan orientasinya, karena monitor Dell di kantor bisa diset.

Ini menyenangkan karena posisi monitor bisa diset sesuai ketinggian mata atau orientasi diubah ke vertikal ketika coding.

meja kantor dengan monitor tambahan

Karena saya mempunyai rencana untuk memasang monitor ini di lengan ayun (swing arm) untuk membuat meja sedikit lebih lega dan siapa tahu bisa menambah monitor kedua, tentu saja saya mencari monitor yang mendukung mounting VESA.

Soal konektivitas, paling dasar tentu mendukung koneksi HDMI yang sudah umum di hampir semua monitor.

Saya pun lalu berburu di Amazon, dengan menyortir monitor dengan memasang anggaran sekitar 200€.

Di Amazon, cukup banyak monitor dengan harga sekitar 100€ hingga 200€, namun sayangnya resolusinya hanya Full HD atau 1920 × 1080 piksel.

Sebenarnya ada beberapa monitor gaming yang menarik, namun lagi-lagi selain masalah anggaran dan spesifikasinya tidak sesuai keinginan saya.

Saya juga menghindari beberapa merek yang kurang saya dengar, terutama merek-merek Cina, kecuali jika terpaksa.

Monitor Philips 245B1/00

paket monitor dari Amazon

Setelah cukup lama menyortir puluhan monitor yang ditawarkan di halaman Amazon, akhirnya saya menemukan monitor Philips 245B1/00 yang memenuhi seluruh kriteria tersebut, yang dijual dan dikirim dari gudang Amazon.

Monitor ini memenuhi kriteria yang saya tentukan, yaitu memiliki resolusi QHD, berukuran layar 23,8 inchi yang mendekati 25 inchi.

Orientasi dan ketinggian monitor juga bisa diatur, bahkan monitor juga bisa diputar hingga berdiri vertikal.

Layarnya pun menggunakan teknologi IPS (In-Plane Switching) dengan LED sebagai sumber cahaya untuk panel LCD membuat monitor ini memiliki rating efisiensi energi A+.

Konektor monitor ini adalah HDMI 1.4, DP (Display Port) 1.2a, dan DVI-D yang menurut saya sudah lebih dari cukup.

Harganya pun masuk dalam anggaran, yaitu 208,48€ yang membuat saya langsung melakukan checkout pada tanggal 2 Oktober 2020.

kemasan monitor Philips 245B1/00 di dalam kardus Amazon

Karena saya membeli barang tersebut pada malam hari, di akhir pekan, barang tersebut akan saya terima pada tanggal 6 Oktober 2020.

Namun entah kenapa, terjadi keterlambatan sehingga paket baru saya terima pada tanggal 7 Oktober 2020.

Walau agak kecewa dengan keterlambatan pengiriman, apalagi saya menggunakan layanan pengiriman cepat dari Amazon Prime, tidak ada yang bisa saya perbuat selain pasrah.

Paket yang menurut label seberat 8 kilogram tersebut diantar oleh kurir dari Amazon Flex, tidak seperti saat saya membeli kursi Songmics yang juga dari Amazon, tapi dikirim oleh kurir UPS.

Hal ini yang saya suka dari berbelanja di Amazon, karena saya tidak perlu repot membawa monitor tersebut jika misalnya saya membeli di toko seperti MediaMarkt atau Saturn.

Meski MediaMarkt dan Saturn memiliki layanan antar dan toko online, karena saya menggunakan layanan Amazon Prime yang tidak membebankan biaya kirim serta paket dapat dilacak secara realtime, saya cenderung memilih layanan Amazon.

Membuka Kardus

kemasan monitor Philips 245B1/00

Setelah saya terima paket besar tersebut, saya pun segera membuka kardus Amazon dan mendapati kemasan monitor terlindungi oleh sumpalan kertas.

Sementara menurut spesifikasi, berat monitor lengkap dengan kakinya adalah 4,78 kilogram, dan jika dengan kardus, beratnya menjadi 6,85 kilogram.

Saya pun sekilas mengukur dengan meletakkan kardus monitor ke atas meja saya, apakah monitor yang diwakili oleh kardus tidak melebihi lebar meja.

Di badan kardus kemasan berwarna coklat, terdapat instruksi cara membuka dan mengeluarkan monitor.

Instruksi ini sangat bagus untuk mencegah unit rusak akibat terjatuh karena membuka kardus dengan cara yang salah.

Saya pun mengikuti instruksi dan petunjuk yang tertera dengan hati-hati, dengan pertama-tama meletakkan kardus dengan posisi tertidur dengan bagian yang diberi tanda panah berada di atas.

Kemudian saya menarik styrofoam dengan hati-hati yang ternyata di bagian atas terdapat lempengan kaki dan penyangga beserta kabel dan buku petunjuk.

seluruh isi kardus monitor Philips 245B1/00

Jika saya tidak mengikuti petunjuk dengan meletakkan kardus dengan posisi panah di bawah, tentu isi kardus ini akan tumpah.

Styrofoam ini dirancang sedemikan rupa agar mengunci dan mengapit monitor sekaligus melindunginya.

Setelah mengangkat bagian atas yang menjadi wadah kabel dan tatakan kaki,

Untuk mengangkat monitornya pun ada instruksinya yang tertulis di lembaran yang berada di dalam kardus.

Caranya adalah pertama memasang tatakan kaki dan penyangganya terlebih dulu, kemudian mengunci kakinya ke bagian belakang monitor, lalu dengan hati-hati mengangkat monitor dengan memegang pada bagian kaki dari styrofoam-nya.

Dalam kemasan, ada 4 buah kabel, yaitu kabel listrik untuk dihubungkan ke colokan, kabel HDMI ke HDMI, kabel DP ke DP, serta kabel audio 3,5 mm male to male.

Selain kabel, ada juga buku petunjuk dan kartu garansi, serta sebuah CD yang berisi buku petunjuk dan driver.

Walau begitu, buku petunjuk dan driver ini juga bisa diunduh melalui situs Philips.

Fisik dan Fitur

buku petunjuk monitor Philips 245B1/00

Setelah membaca buku petunjuk penggunaan yang tersedia, saya pun memasang dan menyalakan monitor tersebut.

Sebelumnya, saya mencoba sendiri mengeset orientasi dan ketinggian monitor.

Monitor Philips 245B1/00 memiliki tinggi maksimal hingga 50 cm dan 30 cm jika layar dimentokkan ke bawah dalam posisi layar mendatar.

Kaki monitor bisa diputar hingga 180° dan orientasi layar bisa diputar 90° yang cocok yang menginginkan layar vertikal.

Sudut kemiringan monitor bisa diatur mulai dari -5° pada posisi menunduk hingga 35° seolah-olah layar mendongak.

Desain layarnya sendiri cantik, lebih dari ekspektasi saya, di mana warnanya hitam matte pada bagian belakangnya dengan tekstur kuas.

memasang monitor dengan posisi vertikal

Kakinya juga tampak elegan dan kokoh, dengan tulisan logo Philips berwarna perak di bagian belakang.

Penyangga kakinya pun cukup mungil namun kokoh, yang justru saya cari karena luasan meja saya yang sempit.

Bagian tepian layarnya juga tipis, dengan bagian bawah agak tebal dan menonjol yang juga merupakan lokasi tombol-tombol untuk mengatur layar melalui OSD (On-Screen Display).

Saya sendiri suka dengan tombol-tombol fisik yang ukurannya agak besar seperti ini, daripada tombol kecil-kecil dan tersembunyi seperti pada monitor Dell punya kantor.

Di bagian bawah tengan layar, terdapat logo tulisan Philips serta sebuah sensor cahaya untuk mengaktifkan fitur PowerSensor yang bisa mendeteksi keberadaan manusia.

sensor pada monitor Philips 245B1/00

Sensor ini jika diaktifkan akan menghemat daya monitor saat seseorang tidak berada di depan layar.

Selain itu, sensor ini juga bisa diatur untuk menyesuaikan kecerahan layar mengikuti cahaya sekitar.

Lampu indikator berwarna putih akan menyala saat layar digunakan, dan akan berkedip jika layar mati atau tidak ada sambungan sinyal ke monitor.

Jika memang sedang tidak dipakai, ada baiknya monitor dimatikan dengan menekan tombol power yang ada di bagian depan.

Di bagian belakang, di samping colokan listrik, terdapat saklar daya yang menurut saya sangat berguna jika layar benar-benar ingin dimatikan.

Untungnya, catu daya terintegrasi dengan monitor, sehingga tidak perlu lagi ada catu daya tambahan yang kadang merepotkan saat melakukan cable management.

colokan USB 3.2 dan fast charging

Selain colokan konektor DVI-D, HDMI, DP, terdapat sebuah colokan audio 3,5 mm untuk keluaran suara.

Pantas saja ada kabel audio 3,5 mm male to male yang disertakan yang mana colokan ini berguna untuk menghubungkan keluaran suara dari monitor ke media lain seperti amplifier.

Sebuah colokan USB 3.2 tipe B upstream yang digunakan untuk masukan agar keempat USB tipe A lainnya bisa digunakan.

Colokan USB tipe A ini ada dua di bawah dan dua buah di samping, yang mana satunya diberi warna kuning yang memiliki fitur fast charging yang berguna untuk mengisi daya perangkat lain seperti ponsel.

Seluruh konektor yang ada di belakang menghadap ke bawah, sehingga secara pemasangan dan pengaturan kabel, menurut saya jadi terlihat lebih rapi dan estetik.

konektor monitor monitor Philips 245B1/00

Di bagian kaki, terdapat lubang yang digunakan untuk menyatukan seluruh kabel dari colokan sehingga seluruh kabel jadi lebih rapi dan mudah ditata.

Monitor Philips 245B1/00 juga memiliki speaker internal yang menurut saya suaranya sangat dasar, bahkan cenderung buruk.

Saya pun mematikan pengeras suara yang berada di bagian belakang ini dengan mengeset ke mute melalui tombol pengaturan monitor, karena toh untuk musik, saya lebih sering mendengarkan melalui headphone atau earphone.

Monitor ini juga mendukung refresh rate 75 Hz serta Adaptive-Sync yang mendukung teknologi FreeSync dari AMD.

Philips menanamkan teknologi SmartImage yang diklaim bisa menampilkan warna dengan lebih baik untuk bermain game, bekerja, menonton film, atau menyunting foto.

Saya sendiri merasa sangat nyaman dengan tampilan monitor Philips 245B1/00 ini dan merasa tampilannya cukup bisa disandingkan dengan tampilan monitor Dell di kantor saya.

Galeri Foto

9 responses
  1. Gravatar of Zizy Damanik
    Zizy Damanik

    Terlihat nyaman cornernya.
    Saya juga paling nyaman kalau kerja dengan layar yang lebar. Terpikir nanti akan beli monitor juga buat kerja, cuma belum sekarang nih. Sekarang laptop aja udah pakai yang besar… :)))

  2. Gravatar of CREAMENO
    CREAMENO

    Mantap, akhirnya bisa punya monitor besar, mas 😁

    Jadi ingat, saya sempat baca post mas Zam yang awal-awal buat area kerja hahahaha. Waktu itu masih berupa harapan untuk punya monitor besar, eh sekarang sudah kebeli akhirnya. Congrats! 😆

  3. Gravatar of fanny_dcatqueen
    fanny_dcatqueen

    Ya ampuuuuuun aku pgn punya working corner senyaman itu :D. Layarnya beneran tajem gambarnya ya mas :). Aku kalo minta meja dan monitor Segede itu Ama suami, bisa diketawain, “untuk apaan? Main candy crush ato nonton drakor?” wkwkwkwkkw. Kalo buat mas kan, memang kerjaan mendukung hihihi ..

  4. Gravatar of morishige
    morishige

    Pandangan jadi lega banget kayaknya nih, Mas Zam. Kalau saya kayaknya bakal terdistraksi buat main NFS kalau workstation-nya kayak gini. 😀