Musim semi di Berlin, Jerman, yang dimulai pada Maret hingga Juni, rupanya membawa masalah pada manusia tropis macam saya.
Meski musim semi tidak sesuai perkiraan, di mana pohon dan tanaman baru mulai berkembang dan bersemi saat mendekati akhir musim dan saat masuk ke musim panas.
Serbuk sari mulai beterbangan pada saat cuaca panas dan terik, terbawa angin dan menyebar ke seluruh kota.
Saya yang awalnya tidak terbayang tentang alergi serbuk sari, selain dari komik Jepang, akhirnya mengalami sendiri.
Istri yang curiga kenapa saya mulai batuk-batuk pendek dan bersin-bersin, mulai menyimpulkan saya mengalami alergi serbuk sari.
Benar saja, setelah saya beberapa kali keluar rumah dengan menggunakan masker, batuk-batuk maupun bersin-bersin tidak terjadi, meski di udara beterbangan serbuk sari yang tipis seperti kapas.
Gejalanya memang salah satunya bersin-bersin, hidung berair, batuk, hingga gatal dan bisa membuat mata berair.
Saya sendiri tidak tahu tepatnya serbuk sari dari pohon apa, karena memang tidak pernah melihat bentuk serbuk sari ini saat di Indonesia.
Bisa jadi serbuk sari ini dari pohon hazel, pohon alnus (alder), atau pohon betula (birch), yang ketiganya memiliki bentuk bunga dan serbuk sari yang mirip.
Teksturnya sepintas seperti kapas, namun lebih ringan dan lembut bila dibanding kapas.
Bahkan menurut penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Freie Universität Berlin, bulan Juni dan Juli memang bulan yang paling tinggi jumlah serbuk sari yang beterbangan di udara Berlin.
Untuk mengatasi alergi serbuk sari ini, ada beberapa cara yang bisa dilakukan, selain menggunakan masker, ada juga obat yang memang digunakan untuk mengurangi efek alergi ini.
Istri saya bahkan sempat membeli obat ini di apotek untuk berjaga-jaga, namun saya sendiri merasa belum perlu meminumnya.
Obat yang dibeli oleh istri saya bermerek Lorano, yang sebenarnya merupakan loratadin, untuk mengurangi gejala alergi.
Meski tidak perlu menggunakan resep dokter untuk membeli obat ini di apotek, namun perlu hati-hati saat meminum obat ini karena bisa saja mengandung efek samping.
Namun untungnya beberapa minggu terakhir, serbuk sari yang beterbangan tidak begitu banyak, terutama jika cuaca sedang mendung atau dingin.
Saya sendiri selalu menyiapkan masker untuk menutup mulut dan hidung untuk berjaga-jaga jika mulai batuk-batuk atau bersin.
kalo serbuk sari kehirup , nanti bisa tumbuh pohon di dalam tubuh
*telltale
😀