Jumat, 18 Desember 2020 kemarin, saya mendapatkan notifikasi yang masuk ke surel saya bahwa blog ini tidak dapat diakses karena timed out.
Saya kemudian langsung memeriksa karena jarang sekali blog ini bermasalah, dan benar saja, saya tidak bisa membuka blog ini.
Blog ini di-hosting di Linode, salah satu penyedia jasa layanan hosting yang sangat memuaskan dan saya hampir tak pernah menemukan masalah berarti.
Setelah berhasil masuk ke dasbor hosting, saya mendapat notifikasi bahwa memang sedang terjadi masalah jaringan yang menimpa data center mereka di Singapura.
Server blog ini memang berada di Singapura, karena merupakan lokasi paling dekat dan paling baik untuk pembaca blog di Indonesia, namun tetap cukup cepat diakses dari luar Indonesia.
Dari notifikasi yang muncul di halaman dasbor, saya diarahkan untuk mengikuti perkembangan insiden yang terjadi di halaman status mereka.
Insiden terjadi pada pukul 16:39 UTC atau sekitar jam 23:39 WIB yang mana di Indonesia sudah hampir tengah malam.
Sementara di Berlin, insiden terjadi sekitar jam 17:39 sore, yang mana saya hampir selesai bekerja.
Tidak ada yang bisa saya lakukan kecuali hanya menunggu teknisi dan engineer Linode memulihkan insiden ini.
Tentu saja tidak hanya blog ini yang tidak dapat diakses, namun blog, situs, dan layanan lain yang di-hosting di Linode Singapura juga tidak dapat diakses.
Sekitar dua jam kemudian, layanan berangsur-angsur mulai pulih, dan blog ini bisa diakses kembali.
Saya mendapatkan konfirmasi dari sistem pemantauan bahwa situs saya juga sudah up kembali.
Satu jam kemudian, layanan dinyatakan sudah pulih dan insiden ditutup.
Lalu pada hari Minggu, 20 Desember 2020, saya menerima lagi notifikasi yang menyatakan blog ini down.
Saya langsung memeriksa halaman status Linode dan ternyata benar, sedang terjadi masalah yang sama dengan jaringan mereka di Singapura pada pukul 11:06 UTC atau 18:06 WIB atau 12:06 waktu Berlin.
Kali ini, severity-nya berwarna oranye, yang dugaan saya imbasnya tidak separah kejadian di tanggal 18 Desember 2020 yang merah.
Lagi-lagi saya hanya bisa menunggu layanan pulih kurang dari satu jam, dan insiden dinyatakan pulih empat jam berikutnya.
Hari ini, Senin 21 Desember 2020, saya memantau halaman status Linode dan melihat mereka akan melaksanakan emergency maintenance penggantian switch pada data center mereka di Singapura pada pukul 21:00 UTC hingga 23:00 UTC atau sekitar pukul 04:00 WIB hingga pukul 06:00 WIB.
Meski Linode menyatakan tidak ada down time, tapi tetap ada kemungkinan layanan tidak dapat diakses, termasuk blog ini.
Ini adalah salah satu alasan saya kenapa saya puas dengan layanan Linode, meski ada gangguan, mereka dengan cepat dan responsif melakukan tindakan, plus memberikan informasi yang transparan.
Rasanya ini adalah kejadian pertama saya mengalami gangguan seperti ini sejak berpindah menggunakan Linode pada 1 Januari 2017.
Jika ingin mencoba layanan Linode dan mendapatkan kredit gratis sebesar US$ 20, silakan daftar menggunakan tautan berikut.
Hosting VPS Cloud Indonesia
Kenapa tidak hosting di Indonesia seperti di Hostinger, Niagahoster, CloudKilat, bahkan Alibaba Cloud yang pernah saya ulas?
Alasan utamanya adalah harganya yang relatif lebih mahal bila dibandingkan dengan layanan dengan spesifikasi serupa di luar negeri.
Saya menggunakan layanan VPS (Virtual Private Server) cloud dengan spesifikasi kecil, yakni RAM 1 GB, 1 core CPU virtual, dengan media simpan standar 25 GB, dan bandwidth 1 TB per bulan.
Spesifikasi ini sudah cukup untuk hosting blog ini, blognya Uthie yang saya tawarin ngekos gratis ke server ini, dan beberapa aplikasi mainan iseng-iseng saya.
Saya hanya menambahkan kapasitas media simpan sebesar 20 GB karena kapasitasnya sudah mulai penuh dan membuat saya berpikir untuk berlangganan object storage karena kebanyakan yang membuat penuh adalah berkas foto dan gambar.
Dengan spesifikasi serupa, layanan VPS cloud Hostinger dan Niagahoster menawarkan harga di sekitar Rp 143.000 per bulan, sementara CloudKilat menawarkan harga Rp 99.000 per bulan, semua sudah termasuk pajak 10%.
Jika ingin harga lebih murah, layanan tersebut menawarkan paket kontrak per tahun yang mana harga sekali bayarnya bisa langsung jutaan, yang secara psikologis buat saya terlalu mahal.
Sementara dengan Linode, saya membayar US$ 9 yang rinciannya adalah US$ 5 untuk layanan hosting, plus US$ 2 untuk tambahan media simpan sebesar 20 GB dan layanan pencadangan sebesar US$ 2.
Jika dikurs ke rupiah, biayanya sekitar Rp 130.000 tanpa ada tambahan biaya dan pajak lainnya.
Saya sendiri berharap agar harga layanan VPS cloud di Indonesia bisa murah, sehingga saya dengan senang hati akan memindahkan hosting blog ini ke Indonesia.
Kenapa Menggunakan VPS?
Untuk hosting sebuah blog, dengan menggunakan layanan shared hosting sebenarnya sudah cukup.
Apalagi jika awam atau tidak mau repot mengurusi urusan infrastruktur, server, dan jaringan.
Namun karena saya membutuhkan hal lain, tidak hanya untuk hosting blog, dan saya cukup paham cara mengelola server, saya memilih menggunakan layanan VPS.
Jika diibaratkan, shared hosting adalah kos-kosan, di mana penghuni kos sudah diberikan kamar-kamar khusus yang tidak bisa dimodifikasi seenaknya, dan harus menggunakan beberapa hal secara bersama dengan penghuni kos lainnya.
Sementara layanan VPS ini semacam mengontrak rumah, di mana si pengontrak bisa melakukan beberapa hal, bahkan bisa merenovasi beberapa bagian agar sesuai dengan kebutuhannya, dan tidak perlu berbagi ruang dengan tetangga.
Keuntungannya jika ngekos, si penghuni tidak perlu repot mengurusi perawatan rumah kos atau urusan lain semacam listrik, air, dan sebagainya, sementara jika mengontrak maka urusan ini menjadi tanggung jawab si pengontrak.
kenapa harga lebih mahal di indonesia ya?