Setelah cukup lama saya menggunakan layanan cloud Digital Ocean sejak Februari 2014, saya memutuskan untuk pindah ke layanan cloud Linode.
Selama ini saya tidak mengalami masalah selama menggunakan Digital Ocean, hanya saja, godaan harga yang lebih murah, membuat saya memutuskan untuk berpindah. Selain itu, promo gratis kredit sebesar $20 saat mendaftar melalui tautan ini membuat saya memutuskan untuk mencoba.
Membandingkan kedua layanan ini, tentu akan selalu ada kelebihan dan kekurangannya. Saya coba bagikan beberapa berdasar pada pengalaman pribadi saya.
Digital Ocean
Layanan cloud berbasis di New York, Amerika Serikat, yang berdiri pada Juni 2011 ini merupakan salah satu pionir dalam layanan cloud murah nan berkualitas. Pada masa itu, layanan VPS masih begitu mahal dan tidak mudah untuk diset.
Digital Ocean menjanjikan kinerja cepat karena berbasis SSD (Solid State Disk), murah, dan mudah pengelolaan hanya dengan beberapa klik saja.
Paket yang ditawarkan cukup menggiurkan, dengan $5, VPS dengan spesifikasi RAM 512 MB, CPU 1 core, media simpan 20 GB, dan jatah transfer 1 TB/bulan, cukup menggiurkan. Selain itu ketersediaan node di Singapura, menambah nilai lebih.
Antarmuka di situsnya juga memudahkan dan cukup informatif. Membuat droplet (sebutan sebuah server di Digital Ocean) hanya membutuhkan beberapa kali klik. Digital Ocean juga menyediakan statistik sederhana droplet yang berisi informasi bandwidth, kinerja CPU, dan kinerja disk I/O.
Namun ada beberapa kejadian tidak mengenakkan yang menimpa beberapa pengguna Digital Ocean, di mana karena kegagalan infrastruktur, data dan server pengguna hilang begitu saja. Jika pengguna mengaktifkan layanan pencadangan, di mana ada biaya terpisah untuk ini, masih bisa bernafas lega.
Salah satu yang membuat sesak adalah cerita mbak Istofani berikut ini.
Jika ingin mencoba layanan Digital Ocean, coba mendaftar dan dapatkan kredit $10. Jika berencana menggunakannya untuk produksi, pastikan untuk mengaktifkan cadangan, baik dengan cara snapshot atau menggunakan cara lain.
Linode
Linode sendiri merupakan perusahaan hosting yang lebih tua dari Digital Ocean. Berdiri pada tahun 2003, perusahaan yang bermarkas di New Jersey, Amerika Serikat ini termasuk pemain lama.
Tak mau kalah bersaing, Linode juga menawarkan paket VPS berbasis SSD murah.
Yang membuat saya goyah dan memilih pindah, sejak 14 Februari 2017, Linode menawarkan paket $5 untuk mendapatkan spesifikasi RAM 1 GB, CPU 1 core, media simpan 20 GB, dan jatah transfer 1 TB/bulan. Paket yang hampir sama dengan yang ditawarkan Digital Ocean, bedanya hanya di ukuran RAM.
Seperti halnya Digital Ocean, Linode juga menyediakan node di Singapura.
Meski tampilan antarmuka Linode tidak secantik Digital Ocean, namun sebagai pengembang, tampilan Linode ini merupakan tampilan yang lengkap dan informatif. Ditambah, Linode mempunyai aplikasi Android untuk memudahkan pemantauan instance yang dimiliki.
Yang lebih asyik, Linode menyediakan Longview, sebuah aplikasi untuk melakukan monitoring dan analisis performa dari instance yang digunakan.
Jika ingin mencoba layanan Linode, coba mendaftar melalui tautan ini untuk mendapatkan $20 yang bisa digunakan secara gratis.
Tampilan Baru 2017: Upus
Berpindah ke server baru membuat saya memutuskan untuk sekalian mengganti tampilan. Tema yang saya buat pada pertengahan Maret 2017 ini saya beri nama Upus.
Tampilan ini saya buat ringkas, responsif, dan cepat untuk dimuat. Saya menghilangkan beberapa plugin dan hal-hal tidak penting bawaan dari WordPress pada tampilan ini.
Dengan berbasis pada Bootstrap 3, icon dari Simple Line Icons, dan Font Awesome, saya membuat tema ini dengan memanfaatkan SASS dan Webpack.
Menggunakan SASS dan Webpack merupakan sebuah pengalaman baru bagi saya dalam pengembangan frontend.
Seperti tema sebelumnya, tema ini masih menggunakan warna dominan teal berpadu dengan deep orange yang saya ambil dari palet warna Material Design.
Informasi statistik artikel saya ambil dari hasil statistik WordPress. Informasi ini tersedia jika telah terhubung ke layanan WordPress.com melalui plug-in Jetpack.
Saya menggunakan font Roboto dan Ubuntu yang saya ambil dari Google Fonts.
Tema Upus juga telah mendukung AMP (Accelerated Mobile Pages) di mana halaman blog akan dikemas ulang oleh Google untuk meningkatkan kecepatan buka. Tampilan AMP juga akan membuat halaman lebih mudah dibaca.
Sudah pernah intip vultr.com pak? dengan $5 media simpan nya lebih besar dan ada yang cuma $2.5 juga