Akhir-akhir ini saya dan istri sering beli dan minum teh yang sedang populer dan naik daun, The Alley.
Jaringan teh asal Taiwan ini memang sedang mendunia, dan punya beberapa cabang di Asia, Amerika Serikat, Australia, dan Eropa.
Hingga saat ini, bisnis teh yang berdiri pada 2015 ini punya cabang selain di Taiwan, yaitu di Jepang, Korea Selatan, Cina, Hong Kong, Makau, Malaysia, Thailand, Vietnam, Filipina, Kamboja, Singapura, Inggris, Prancis, Jerman, Australia, Selandia Baru, Amerika Serikat, dan Kanada.
Di Jerman, cabang The Alley hanya ada di Berlin.
Produk berlogo kepala rusa ini awalnya bersliweran di iklan Instagram.
Awalnya saya dan istri tidak terlalu peduli dan menganggap produk teh ini sama dengan produk bubble tea lainnya.
Di Berlin sendiri, tren bubble tea sendiri bisa dibilang agak terlambat jika dibandingkan dengan di Indonesia.
Bahkan saat di Indonesia sedang ngetren kopi dalgona, di Berlin tren tersebut hampir tak terdengar.
Saya sendiri tidak tahu, apakah tren seperti es kepal milo juga tersebar ke luar Indonesia, atau hanya lokal seperti cappucinno cincau.
Karena lama-lama terganggu dengan iklan yang selalu muncul, kami pun memutuskan untuk membelinya setelah kami melihat iklan The Alley yang menjual menu kopi dalgona.
Karena penasaran, kami pun mencoba mendatangi kedai yang terletak di area Mitte, di antara Hackescher Markt dan Alexanderplatz ini.
Kami mendatangi kedai ini pertama kali setelah saya mengikuti tes Covid-19 di klinik yang terletak di Alexanderplatz, dan mampir membeli minuman tersebut saat pulang.
Saat kami datang, kedai begitu sepi dan kami bisa langsung masuk tanpa mengantre.
Belakangan kami ketahui, kami masih cukup beruntung karena kami datang saat kedai baru buka, dan kami datang bukan di akhir pekan.
Saat kami datang di akhir pekan, atau hari biasa di sore hari, suasananya jauh berubah, antereannya mengular!
Namun tentu saja kesabaran menunggu dalam antrean akan terbayar setelah meneguk kesegaran teh ini.
Saya sempat mencoba menu teh dalgona yang ditawarkan, dan rasanya sangat enak!
Tidak seperti teh dalgona buatan rumahan yang dibuat dari kopi instan seperti di Indonesia, kopi dalgona The Alley menggunakan espresso yang dikocok dengan mesin, sehingga krimnya begitu lembut dan rasa asam-manis kopi arabica-nya sangat berasa.
Sayangnya menu kopi dalgona ini hanya menu musiman, di mana saat kami datang ke sana, menu kopi dalgona ini sudah tidak ada.
Hampir semua menu The Alley saya suka, terutama teh yang dicampur jus buah-buahan.
Sementara istri saya lebih suka minuman teh yang dicampur dengan susu.
Isiannya pun bermacam-macam, jika saya biasanya kurang suka isian butiran tapioca, saya justru suka dengan butiran tapioka dari The Alley.
Tapi jika disuruh memilih, saya cenderung memilih isian yang terbuat dari jeli atau butiran yang bisa meletus dan memuncratkan sirup manis (entah apa istilahnya).
Kemasan gelasnya pun menarik, dengan tutup plastik yang kokoh menggigit bibir gelas plastik, menjadikan minuman tak mudah tumpah.
Sedotannya pun ada dua macam, yang plastik atau yang terbuat dari kertas.
Saya sendiri baru pertama kali menggunakan sedotan kertas ya dari The Alley ini, yang menurut saya cukup oke untuk menyedot minuman, tanpa ada rasa-rasa kertas seperti yang saya kira.
Gelas plastik, penutup gelas, dan sedotan plastik bisa saya buang ke tempat sampah khusus plastik untuk didaur ulang dan jika menggunakan sedotan kertas saya bisa membuangnya di tempat sampah kertas.
Pada badan gelas yang terbuat dari plastik polipropylen (PP), terdapat tulisan untuk segera menghabiskan minuman dalam waktu 30 menit.
Selain itu terdapat pula peringatan akan bahaya tersedak karena isian minuman.
Konon merek teh ini sering muncul di film drama Korea, namun karena saya bukan penggemar film drama Korea, saya baru tahu setelah salah satu pengikut saya di media sosial histeris saat saya mengeposkan foto minuman ini.
Kini sepertinya hampir tiap pekan sekali kami membeli minuman The Alley, karena saking sukanya.
Biasanya kami membeli dua gelas minuman per orang, di mana satu minuman kami simpan di kulkas untuk diminum jika ingin, karena untuk membelinya cukup effort dan harganya tidak murah, sekitar 5€ per gelas.
Dengar-dengar, The Alley juga akan membuka cabang di Indonesia, namun sepertinya karena pandemi, rencana ini sedikit tertunda.
Apakah kamu akan mencoba The Alley jika mereka membuka cabang di Indonesia?
Wah saya ndesit, gak ngikutin minuman gituan kecuali nyicipin pesenan kedua putri saya 🤭