Pada Maret 2021 lalu, saya dan beberapa teman blogger mengadakan proyek berkirim kartu pos yang saya beri nama matripost!.
Seluruh peserta mengirimkan kartu pos dan menunggu kartu pos dari peserta lain datang satu-persatu.
Ada yang menerima kartu pos dalam waktu beberapa pekan, ada juga yang berbulan-bulan, bahkan sampai tulisan ini dibuat, belum menerima kartu pos selembar pun.
Mbak Fanny menjadi orang pertama yang menerima lengkap seluruh kartu pos dari semua peserta, sedangkan Lia si penggagas proyek ini malah belum menerima kartu pos sama sekali.
Padahal keduanya sama-sama tinggal di wilayah ibu kota, hanya beda kota saja.
Saya sendiri sudah pasrah jika tidak menerima kartu pos, karena berada di Jerman, sementara teman-teman saya berada di Indonesia semua.
Tarif Pengiriman Kartu Pos
Yang menarik, saya tidak menemukan informasi tarif pengiriman kartu pos di situs PT Pos Indonesia, dan hanya menemukan informasi tentang pengiriman paket.
Di bagian menu bawah situs, ada tautan Filateli, namun tautan tersebut tidak mengarah ke laman mana pun, yang saya duga harusnya mengarah ke situs Filateli.
Saya malah mendapat informasi tarif pengiriman kartu pos menggunakan prangko dari Twitter.
Dari cuitan tersebut, saya tahu bahwa tarif pengiriman kartu pos internasional ke Asia Pasifik yang terbagi menjadi 3 zona, tapi tidak dijelaskan pembagian zonanya, adalah Rp6.000 untuk zona 1 dan 2, dan Rp7.000 untuk zona 3.
Sementara pengiriman kartu pos dengan prangko ke Afrika dan Eropa, sama, yaitu Rp7.000.
Untuk pengiriman kartu pos ke Amerika, ongkos prangkonya Rp8.000.
Dari tangkapan layar tersebut, saya baru mengetahui bahwa tarif tersebut tertulis di halaman lampiran Peraturan Meneter Komunikasi dan Informatika Nomor 29 Tahun 2013 yang diterbitkan pada tanggal 24 Desember 2013.
Pada lampiran aturan itu, tarif pengiriman tertulis lengkap dan mendetail, terutama untuk urusan paket.
Tapi saya tidak tahu apakah aturan itu juga mengatur biaya pengiriman dokumen dan paket menggunakan kurir swasta dan ojek online, karena dalam aturan tersebut hanya disebutkan penyelenggara pos.
Kartu Pos dari Jakarta
Hingga pada 29 Juni 2021, saat saya memeriksa kotak pos saya, sebuah kartu pos saya temukan bersama dokumen lain dari kantor.
Rupanya kartu pos dari Mbak Fanny sampai juga ke saya!
Dari cap pos, saya membaca kartu pos ini dikirim dari Kantor Pos Cempaka Putih, pada tanggal 14 Maret 2021.
Jika dihitung, lama waktu dari sejak kartu pos dicap di kantor pos hingga saya terima adalah 107 hari atau 3 bulan lebih.
Prangko yang digunakan adalah prangko seri Sarana Transportasi Udara yang diterbitkan pada 27 Oktober 2018.
Ada 2 prangko senilai Rp5.000 yang diterbitkan pada seri ini, yang bergambar Bandar Udara Rembele di Aceh dan Bandar Udara Kalimarau, Kalimantant Timur.
Bandar Udara Rembele yang berada di Takengon, merupakan gerbang udara untuk berkunjung ke area wisata Dataran Tinggi Gayo yang terkenal akan kopinya.
Sementara Bandar Udara Kalimarau, yang kini bernama Bandar Udara Internasional Raja Alam, menjadi gerbang masuk untuk wisatawan yang ingin berkunjung ke Derawan.
Saya sendiri pernah berkunjung ke Bandara Kalimarau ini saat mengunjungi Derawan untuk menyelam bersama Dell.
Kartu pos yang dikirimkan Mbak Fanny bergambar pertunjukan senam (Grand Mass Gymnastics and Artistics Performance “The Land of the People”) dari Korea Utara.
Ya, Mbak Fanny mengaku saat berkunjung ke Korea Utara, ia membeli beberapa kartu pos dari negara tersebut dan mengirimkan salah satunya kepada saya.
Saya sendiri kagum saat membaca cerita dia saat berkunjung ke Korea Utara, negara yang tidak semua orang bisa datang.
Apakah saya ingin berkunjung ke Korea Utara, tentu saja.
Tapi saya akan berpikir seribu kali untuk berkunjung ke sana, karena banyak sekali hal yang perlu dipertimbangkan.
Namun jika misalnya ada kesempatan, dibayari ke sana, tentu siapa yang menolak.
Tentunya saat berkunjung ke sana saya akan sangat berhati-hati menjaga sikap.
Apalagi saya yang gemar memotret apa pun, akan sangat tidak betah jika selama di sana saya tidak bisa sembarangan memotret karena pengawasan yang ketat.
Saya pernah berkunjung ke Guilin, Cina beberapa tahun lalu, di mana saat itu, membuka Google dan Facebook saja tidak bisa, apalagi jika saya berkunjung ke Korea Utara yang internetnya saja dibatasi.
Berikut ini pesan yang ditulis Mbak Fanny melalui kartu pos.
Hai Mas Zamroni ๐
Semoga kartupos dari Korea Utara ini bisa beneran sampai ke Berlin.
Walo perangkonya masih Indonesia :). Kalo dikirim langsung dari Korut udah dijamin disensor langsung ama petingginya mas haha…
Apa kabar Berlin? Semoga aku bisa kembali lagi ke sana.
Regards: Fanny Dcatqueen
Saya mengirimkan kartu pos bergambar Monumen Gereja Kaiser Wilhelm, salah satu gereja yang selamat walau sebagian bangunannya hancur akibat serangan udara pada Perang Dunia Kedua di tahun 1943.
Kartu Pos dari Kediri
Berselang dua hari, tanggal 1 Juli 2021, saya menerima sekaligus dua lembar kartu pos dan dua lembar surat.
Kartu pos pertama yang saya lihat adalah kartu pos dari Mbak Roem Widianto di Kediri.
Dari cap pos, saya kesulitan membaca kantor pos pengirimannya, karena stempel di bagian namanya terlihat lamat-lamat.
Namun dari cap pos, saya bisa membaca tanggal pengiriman, yaitu pada 23 Maret 2021.
Prangkonya ada 4 buah, masing-masing bernilai Rp5.000 dan terdiri dari dua gambar dari seri peringatan 50 tahun Organisasi Radio Amatir Republik Indonesia (ORARI) yang diterbitkan pada 9 Juli 2018.
Radio amatir ini pada zaman saya kecil dulu sering disebut break-break-an karena setiap memulai percakapan selalu dimulai dengan kata “break.. break..”.
Saya mengamati ini dari tetangga saya yang punya perangkatnya dan di rumahnya terpampang plang identitas nomor anggota ORARI lengkap dengan callsign yang menunjukkan lokasi stasiun radio.
Callsign ini memiliki arti, seperti halnya plat nomor kendaraan, di mana dari kode ini, kita bisa tahu lokasi pemancar atau stasiun radionya.
Untuk mendapatkan izin pemasangan antena dan penggunaan frekwensi inilah, biasanya orang bergabung menjadi anggota ORARI.
Hingga sekarang, ORARI masih ada, dan seringkali jaringan komunikasi mereka digunakan untuk membantu koordinasi saat terjadi bencana.
Tidak seperti telepon seluler, jangkauan sinyal radio yang digunakan radio amatir ini bisa menjangkau lokasi yang jauh bahkan terpencil dan tidak terjangkau sinyal telepon seluler, selama ada antena yang bisa menangkap gelombang VHF (Very High Frequency).
Tulisan tangan Mbak Roem sangat rapih, apalagi tinta yang digunakan, saya duga, adalah tinta dari drawing pen semacam merek Boxy waktu saya sekolah dulu.
Gambar kartu posnya adalah dua orang petugas apron bandara yang melambaikan tangan ke pesawat Sriwijaya Air setelah menuntaskan tugasnya.
Dalam foto dengan posisi portrait tersebut, nampak pesawat telah selesai melakukan push back dan bersiap taxying menuju landasan pacu untuk lepas landas.
Dari rompi keamanan bertuliskan GMF, saya menduga foto ini diambil di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten.
GMF AeroAsia adalah anak perusahaan Garuda Indonesia yang melayani perawatan pesawat dan bermarkas di Bandara Soekarno-Hatta.
Berikut ini pesan yang dituliskan Mbak Roem melalui kartu posnya.
Hai, Mas Zam.
Aku Roem. Salam kenal, ya. Apa kabar, Mas? Semoga Mas Zam sehat & bahagia selalu, ya. ๐
Oh iya, aku dulu pernah belajar bahasa Jerman, lho. Gak tanggungxx, 3 th! Tapi frasa yang aku ingat cuma ‘Guten morgen’, ‘Danke bitte’, dan ‘Ich liebe dich’. Yang terakhir itu aku pake buat nembak gebetan Hehehe. Dan alhamdulillah, hasilnya berupa pengabaian. T^T
Btw ini pertama kalinya aku mengirim postcard. Rasanya deg-degan bgt, takut postcardnya gak sampai tujuan T^T. Apalagi ini tujuannya jauh, ke Jerman. Tapi mudahxxan bisa sampai ke tangan Mas, ya…
Salam Hangat
Roem Widianto
Terima kasih, Mbak Roem!
Bahasa Jermannya udah oke sekali itu, dibandingkan saya yang sampe sekarang masih ngga bisa berbahasa Jerman.
Saya mengirimkan kartu pos bergambar Jembatan Oberbaum, yang menjadi salah satu ikon kebanggan Berlin.
Kartu Pos dari Bandung
Kartu pos ketiga yang saya terima berasal dari Bandung, yang dikirim oleh Mbak Mega Aulia.
Dari cap pos, saya bisa membaca bahwa kartu pos ini dikirim pada tanggal 1 April 2021.
Lagi-lagi saya kesulitan membaca lokasi kantor posnya, namun saya membaca lamat-lamat tulisan Bandung pada cap pos.
Prangko yang dikirim oleh Mbak Mega ini nilainya pas dengan tarif minimal pengiriman kartu pos ke Eropa, yaitu Rp7.000.
Selain itu, prangko yang digunakan diambil dari dua seri prangko yang berbeda, yaitu prangko bergambar kitab Nagarakretagama senilai Rp4.000 dari seri Naskah Kuno Nusantara, dan prangko senilai Rp3.000 bergambar babi tanah liat dari seri Tahun Babi.
Awalnya saya mengira kedua prangko ini dari seri yang sama, yaitu seri tentang Kerajaan Majapahit, karena gambarnya saling berkaitan, rupanya saya salah.
Meski memang saya pernah melihat celengan babi tanah liat di Museum Nasional, Jakarta, pada acara Museum Week 2015 yang terpajang pada bagian Kerajaan Majapahit.
Apalagi foto prangko Kitab Negarakretagama, sebuah kitab yang ditulis oleh Hayam Wuruk, Raja Majapahit, makin memperkuat kesan tersebut.
Gambar babi tanah liat ini mengingatkan saya akan sebutan celengan.
Konon dari celengan berbentuk babi alias celeng ini lah, kata celengan muncul, yang merujuk pada tempat menyimpan uang.
Dalam Bahasa Inggris, celengan disebut dengan piggy bank, di mana babi digambarkan sebagai simbol kemakmuran.
Beberapa budaya seperti budaya Tionghoa dan Papua, menempatkan babi sebagai salah satu harta dan simbol kekayaan.
Gambar kartu pos yang dikirimkan oleh Mbak Mega bergambar suasana salah satu sudut Kota Bandung.
Tulisan “Work Hard. Be Proud.” juga menghiasi foto kartu pos ini.
Saat tinggal di Jakarta dulu, saya termasuk yang jarang sekali berkunjung ke Bandung.
Terakhir saya ke Bandung adalah saat saya dan istri saya menghabiskan waktu seharian ke Bandung.
Tidak seperti orang-orang yang menggunakan kendaraan pribadi, kami ke Bandung menggunakan travel, lalu selama di Bandung, kami menyewa sepeda motor untuk berkeliling kota.
Menggunakan sepeda motor tentu menjadi salah satu pilihan tepat untuk meliuk di antara kemacetan Bandung.
Ah, saya jadi ingin main ke Kota Bandung lagi suatu saat.
Berikut ini pesan Mbak Mega yang ditulis di kartu pos.
Hai mas Zam~
Karena Mas Zam jauh aku pilih kartu pos bergambar Kota Bandung. Wow tulisannya tanpa sadar setrong sekali ya. Ku seringkali males karean ga pede di awal. Atau takut dengan hasilnya. Tapi nantinya nyesel. Let us work hard, dan bangga dengan itu. (hard-nya yang smart tapi juga yaa haha).
I hope this card finds you well!
Mega
Untuk Mbak Mega, saya mengirimkan kartu pos bergambar Kereta FEX di Stasiun Utama Berlin, kereta cepat tujuan ke Bandara Berlin-Brandenburg yang saya sendiri belum pernah naik.
Kartu Pos (Surat) dari Yogyakarta
Kartu pos yang saya terima kali ini sedikit berbeda, karena dibalut dengan amplop.
Awalnya saya bertanya-tanya karena tidak ada informasi siapa pengirimnya.
Saat hendak membuka amplopnya, saya ragu karena ada segel bergambar kucing yang lucu sekali membuat saya tak tega merusaknya dan membuka amplop dengan lebih berhati-hati.
Rupanya di dalamnya terdapat kartu pos buatan tangan yang dikirim oleh Mbak Laili Zain alias Mbak Jejen di Yogyakarta.
Dari cap pos saya melihat surat atau kartu pos ini dikirim pada tanggal 4 April 2021 dari kantor pos Yogyakarta.
Prangko yang digunakan memiliki nilai berbeda-beda dengan total Rp10.000.
Saya cukup terkejut melihat salah satu prangko yang merupakan prangko keluaran terbaru, tahun 2020, dari seri Bersatu Melawan Covid-19 senilai Rp3.000.
Kedua prangko lainnya merupakan prangko edisi tahun 2018 dari seri Asian Games 2018 senilai Rp3.000 dan seri Indonesia Emas 2045 senilai Rp4.000 yang dikeluarkan pada tanggal 17 Agustus 2018.
PT Pos Indonesia bisa dibilang cukup up-to-date mengeluarkan desain dan seri prangko untuk mendokumentasikan peristiwa yang terjadi, mulai dari acara olah raga seperti Asian Games, hingga penanganan pandemi.
Menurut saya, prangko bisa menjadi salah satu cara untuk mendokumentasikan sejarah dengan cara yang unik, menarik, dan collectible.
Saya berterima kasih karena saya jadi tahu ada prangko seri penanganan Covid-19 yang menurut saya cukup unik.
Kartu pos yang dikirim Mbak Jejen juga unik, berupa kertas bertekstur yang sepertinya digambar sendiri.
Gambarnya adalah sebuah tanaman dalam pot yang sepertinya mengikuti perkembangan tren di Indonesia, di mana sejak pandemi, banyak orang menanam tanaman di rumah masing-masing.
Sebuah kalimat berbunyi, “Wherever life plants you, bloom with grace” tertulis di gambar.
Petuah yang menurut saya sangat dalam, khas wong Jowo.
Saya suka dengan kartu posnya karena buatan sendiri, yang menurut saya memiliki nilai personal yang lebih.
Dalam kartu pos tersebut, Mbak Jejen menuliskan pesan berikut ini.
Halooo, Kak Zam!
Salam kenal dari Jogja. DUh, gemeter aku nulis alamat tujuanx. Belum pernah coba post-crossing, sekalinya ikutan lgsg cus ke Jerman. Gambar kentangku di post-card ini melintasi benua~
Apa kabar, kak? Sehat selalu dan selalu bahagia semoga, ya!
Aku ga sabar dapet post-card dan kirim post-cardnya ke alamat Kak Zam! Semoga sampe beneran. Yeay!
Untuk Mbak Jejen, saya mengirimkan kartu pos bergambar Kereta Regional di Stasiun Utama Berlin yang merupakan kereta yang melayani kota-kota di dalam Jerman.
Saya sendiri baru sekali naik kereta regional ini, itu pun tidak jauh, hanya dari pinggiran Brandenburg ke Berlin.
Kartu Pos (Surat) dari Batam
Surat dari Batam ini menjadi surat terfavorit saya.
Pertama, amplop yang digunakan ini sangat klasik!
Amplop dengan pinggiran garis-garis merah putih biru ini dari zaman saya mengenal pos hingga sekarang, masih ada.
Tulisan Par Avion atau Air Mail ini zaman dulu bernilai mahal karena artinya surat yang dikirim dengan amplop bertuliskan ini harus dikirim dengan menggunakan pesawa terbang.
Di Indonesia sepertinya tulisan tersebut tidak berpengaruh banyak, kecuali jika ditempeli prangko kilat yang harganya mahal dan bisa membuat surat lebih cepat sampai.
Saya sepertinya sudah lama tidak melihat amplop dengan warna merah biru seperti ini.
Dari cap pos, surat ini dikirim dari Batam dan bertanggal 1 April 2021.
Rupanya pengirimnya adalah Mbak Sovia Ranti di Batam, Kepulauan Riau.
Yang lebih menarik dari surat atau kartu pos ini adalah prangko yang digunakan.
Terdiri dari 4 lembar prangko senilai Rp5.000 sehingga totalnya Rp20.000.
Dan yang membuat saya makin berkesan adalah, ini pertama kalinya saya melihat prangko dengan gambar berisi tulisan dari seri 4 Pilar MPR RI.
Secara desain, prangko ini sangat biasa, yang justru menurut saya membuatnya tidak biasa.
Kapan lagi ada prangko yang berisi teks pembukaan UUD 1945 dan teks Pancasila?
Prangko bergambar Garuda Pancasila atau peta Indonesia, zaman saya kecil dulu saya pernah melihat.
Buat saya prangko ini adalah prangko terunik dari Indonesia yang pernah saya terima.
Mbak Sovia tidak mengirimkan kartu pos, namun sebuah kartu berwarna kuning yang bercorak bunga sakura lamat-lamat.
Dalam kartu tersebut, tulisan tangan Mbak Sovia sangat indah, sekilas seperti huruf-huruf pada kaligrafi.
Bicara soal Batam, saya baru sekali berkunjung ke Batam setelah memenangkan sebuah kompetisi menulis blog yang diadakan oleh sebuah majalah perjalanan wisata.
Pada saat itu pula lah pertama kalinya saya menginjakkan kaki ke luar negeri, menyeberang ke Singapura dari Batam menggunakan kapal.
Berikut ini adalah pesan yang dituliskan oleh Mbak Sovia Ranti.
To: Mas Zam.
Hola Mas Zam ๐
Semoga sehat selalu di sana. Minder nih nulis kartu ucapan sama yang senior ๐
Salam hangat dari aku yang jauh.
Sincerely
Sovia ๐
Untuk Mbak Sovia, saya mengirimkan kartu pos bergambar Pintu Kereta U-Bahn, yang mana U-bahn adalah salah satu angkutan umum di Berlin yang mempunyai ciri khas tersendiri.
Syukurlah mulai berdatangan kartu posnya ya, mas… Eh, tapi kartu pos mas Zam belum sampai di saya juga, sih. Hahaha.
Btw, saya baru tau kalau amplop garis-garis biru-putih-merah itu ternyata ada maknanya. ๐