Meski budaya bersepeda di Berlin, Jerman, tidak seperti di Amsterdam, Belanda, atau di Kopenhagen, Denmark, namun budaya bersepeda di Berlin bisa dibilang cukup kuat.
Saking populernya sepeda, angka pencurian sepeda di Berlin termasuk tinggi.
Seorang rekan kerja pernah kehilangan sepeda yang dikunci di tempat parkir sepeda di lingkungan rumahnya.
Maka kerap terdengar pepatah jalanan yang beredar di Berlin, “beli lah sepeda seharga yang kamu rela kehilangannya”.
Sering kali pula, harga gembok atau rantai pengunci sepeda harganya bisa separo, bahkan lebih mahal dari harga sepedanya, untuk mencegah pencurian.
Selain gembok dan kunci, pemilik sepeda biasanya membeli asuransi sepeda, untuk meminimalisir kesedihan hati jika sepedanya hilang dicuri.
Sepeda dianggap sarana transportasi yang cepat, ringkas, dan murah, meski di Berlin, transportasi umum sudah sangat cukup.
Apalagi sepeda boleh dibawa masuk ke dalam kereta, membuat sepeda menjadi salah satu sarana berpindah dari stasiun ke tempat tujuan yang cepat.
Saya sendiri belum tertarik untuk memiliki sepeda, namun di sisi lain kadang ingin punya ketika hendak bepergian ke lokasi yang dekat namun tidak masuk rute angkutan umum.
Belum lagi risiko kehilangan dan kerumitan perawatannya yang membuat saya belum berkeinginan punya sepeda.
Untungnya di Berlin ada banyak persewaan sepeda, mulai dari yang berlangganan, harian, hingga berdasar waktu dan jarak alias bike sharing.
Saya sempat menulis tentang fenomena bike sharing yang pertama kali saya temui saat berkunjung ke Singapura, pada tahun 2018 lalu.
Sayangnya kini, di Singapura sendiri, keberadaan bike sharing tidak berkembang dengan baik, dan satu per satu operatornya hengkang.
Di Indonesia sendiri sempat muncul ide layanan bike sharing serupa, di mana Bandung sempat menjadi salah satu pionirnya, namun kini sepertinya tidak terdengar lagi kelanjutannya.
Sementara di Berlin, keberadaan bike sharing ini sepertinya justru makin banyak pemainnya, di tengah gempuran skuter listrik yang memenuhi kota.
Selain bike sharing, bisnis sewa sepeda berlangganan seperti yang ditawarkan perusahaan asal Belanda, Swapfiets, juga cukup populer, dengan ciri khas roda depan berwarna birunya.
Sepedanya pun tidak hanya sepeda konvensional, namun beberapa sepeda sewaan ini merupakan sepeda elektrik, yang mana terdapat motor listrik yang membantu meringankan beban pesepeda saat mengayuh.
Ada juga persewaan sepeda harian, yang biasanya bekerja sama dengan hotel, yang menyasar para turis, lengkap dengan paket tur wisata.
Meski saya tinggal di Berlin sudah dua tahun lebih, namun baru kali ini saya mencoba bersepeda dan menggunakan bike sharing ini.
Pada 5 April 2021 lalu, saya dan istri akhirnya memutuskan mencoba bersepeda menggunakan salah satu layanan bike sharing, yang kebetulan titik pengambilan dan pengembaliannya ada di dekat rumah.
Kami menggunakan sepeda dari Donkey Republic, perusahaan dari Kopenhagen, Denmark, salah satu ibukota sepeda di Eropa.
Cara kerja penggunaan bike sharing ini juga mudah, yang membedakan adalah biayanya.
Setelah mengunduh aplikasi, membuat akun, dan mengeset metode pembayaran, kami melihat melalui peta, lokasi sepeda-sepeda ini berada.
Dengan mengikuti peta pada aplikasi, kami mendatangi lokasi penempatan sepeda, yang biasanya berada di perempatan atau lokasi yang ramai semacam stasiun kereta atau lokasi publik lainnya.
Saya dan istri menemukan 3 buah sepeda yang terletak di perempatan dekat dengan tempat tinggal kami, namun sayangnya sepeda-sepeda tersebut rusak dan tidak dapat digunakan.
Kami kemudian mencari lokasi lain dan menemukan 3 sepeda di pertigaan di sekitar area pemukiman tak jauh dari lokasi pertama kami.
Donkey Republic menggunakan sistem “booking“, di mana tiap sepeda memiliki nama, yang kemudian kita memesan sepeda tersebut melalui aplikasi.
Sebelum memesan, kami melihat terlebih dahulu kondisi sepeda, karena setelah kami memesan dan membuka kunci, Donkey Republic akan mengambil biaya sewa selama sehari seharga 13€.
Biaya ini sebenarnya hanya deposit, di mana nanti setelah selesai pemakaian, Donkey Republic hanya menghitung biaya pemakaian, dan sisa uangnya dikembalikan.
Donkey Republic mematok harga berdasar durasi, di mana makin lama pemakaian, makin murah biayanya.
Selama sepeda dalam pemesanan, saya bisa menguncinya ketika singgah di suatu tempat, dan menggunakannya kembali tanpa repot harus mencari sepeda baru.
Saat dikunci dan masih dalam penyewaan, sepeda tidak akan ditemukan oleh orang lain di aplikasi apalagi disewa.
Donkey Republic membatasi penyewaan 5 kali penyewaan dalam sekali booking, yang mana satu kali booking ini adalah sehari.
Untuk memulai penyewaan, setelah proses pembayaran, saya bisa membuka kunci secara manual.
Jika tidak disewa, kunci ini tidak akan bisa terbuka, karena kunci ini memiliki mekanisme yang terhubung dengan aplikasi.
Kualitas sepeda Donkey Republic sendiri sangat bagus dan nyaman digunakan.
Remnya pakem, ada keranjang di depan dan di belakang, tersedia rantai yang terintegrasi dengan sepeda, ada lampu, ada bel sepeda, bannya menggunakan ban mati sehingga tidak perlu khawatir ban sepeda gembos, dan terdapat pengaturan gerigi 3 tingkat.
Yang menyenangkan adalah terdapat penahan ponsel yang dilengkapi dengan karet, yang sangat berguna untuk menempelkan ponsel dan membuka peta.
Saya menggunakan sepeda bernama Delta yang tertulis di bagian penahan ponsel ini.
Sepeda ini dirancang hanya untuk digunakan oleh satu orang, meski ada boncengan di belakang, rasanya tidak akan nyaman karena boncengan ini lebih difungsikan untuk menaruh tas atau barang.
Sadelnya juga bisa disesuaikan di mana saya harus menurunkan sadel hingga mentok agar kaki saya bisa mencapai pedal.
Saya sendiri yang sejak SD sudah bersepeda, bahkan sempat bike to work saat di Jakarta, tidak menemukan masalah saat bersepeda di Berlin.
Istri saya, yang terakhir kali bersepeda saat SD, sempat kagok karena sudah lama tidak bersepeda.
Apalagi ketika harus bersepeda di jalan raya, meski sudah ada jalur sepeda, namun bersepeda di jalur yang berdampingan dengan mobil, membuatnya sedikit khawatir.
Untungnya lama-lama ia terbiasa, dan mulai bisa menikmati.
Rute kami adalah menyusuri Große Tiergarten, menju Brandenburger Tor, lalu berbelok ke Bundeskanzlerin alias kantor kanselir Jerman, mampir ke Stasiun Utama Berlin, menyusuri Sungai Spree, melewati Schloss Bellevue alias tempat tinggal presiden Jerman, sebelum pulang.
Saat berada di Brandenburger Tor, kami sempat berhenti karena rupanya di sana sedang ada demonstrasi yang cukup besar untuk memprotes penerapan lockdown dari kaum yang tidak percaya pandemi.
Menurut aplikasi Zepp yang tertaut ke perangkat Xiaomi Mi Band 2 saya, kami menempuh jarak sejauh 6,39 KM dengan waktu bersepeda selama 38 menit.
Namun tentu saja kami menempuhnya dengan santai, sedikit-sedikit berhenti untuk istirahat atau berfoto-foto, yang secara total perjalanan, kami menghabiskan waktu sekitar 1 jam 39 menit.
Biaya yang harus kami bayar menurut tagihan Donkey Republic adalah sebesar 5€, yang mana sisa 8€ dari 13€ saat pertama kali didebit dari kartu debit saya, langsung dikembalikan.
Sementara istri saya yang menggunakan metode pembayaran PayPal, hanya mendapat tagihan sebesar 5€, di mana tagihan sebesar 13€ saat awal tidak dianggap.
Untuk mengembalikan sepeda ini tidak bisa sembarangan.
Kami harus mengembalikan sepeda ke lokasi yang sudah ditentukan, di mana titik-titik lokasi ini juga merupakan lokasi pengambilan sepeda, yang tersebar di banyak tempat.
Di aplikasi pun, kami tidak bisa menyelesaikan pemesanan, ditandai dengan tombol yang tidak bisa ditekan di aplikasi, jika tidak berada di area pengembalian.
Untuk mengakhiri, setelah melakukan konfirmasi penghentian penggunaan, saya mengunci kembali sepeda secara manual.
Tentu saja setelah selesai, saya memamerkan hasil perjalanan saya melalui aplikasi Zepp.
Oh, begini ya rasanya jadi anak sepeda setiap selesai bersepeda dan mencapai jarak tertentu, lalu memamerkannya ke media sosial.
Tak heran jika di beberapa media sosial, terutama teman-teman saya yang memang hobi bersepeda, kerap memamerkan hasilnya.
Saya bahkan mengganti gambar header Twitter saya menggunakan foto saya saat bersepeda.
Mungkin suatu saat nanti saya akan menggunakan kembali sepeda Donkey Republic ini.
Apalagi pada saat musim panas nanti, bersepeda keliling Berlin sepertinya menjadi agenda yang menyenangkan.
Jika nantinya saya cukup sering bersepeda, mungkin suatu saat saya akan berlangganan Swapfiets, atau membeli sepeda sendiri.
Wihii seruu ya Mas Zam. Sepedahan bareng istri.. wkwk 😂
Aku ya juga sering banget pake sepeda. Kemana2 selalu pake sepeda meskipun agak bikin was2 tiap masuk indomaret. Khawatir pas keluar2 sepedanya udah nggak ada. 😨
Soalnya di daerahku jugaa sepeda sering banget hilangnya. Tak sangka di Berlin hidupnya tentram2 aja Mas. Nggak ada maling sepeda. Hehe
Keren ya sistem disana. Barusan saya baca tulisan Mas yg tentang Ipad Pro itu. Dan baru nggeh kalau ada jasa peminjaman Ipad Pro sama pencilnya. Hehe. Keren2.
Kalau peminjaman sepeda di Indo saya baru taunya Grabwheels kalau nggk salah. Tapi cuma hadir di kota2 besar. Dan itupun baru lihatnya yg model skoter..