Tahun 2021 sepertinya menjadi tahun yang bersalju, setidaknya menurut saya yang tinggal di Berlin, Jerman.
Setelah di awal tahun salju turun seharian, rupanya di akhir Januari, Sabtu, 30 Januari 2021 lalu, Berlin kembali diberkahi salju yang cukup tebal.
Kami sebenarnya sudah mengetahui bahwa hari itu akan turun salju setelah mengecek aplikasi prakiraan cuaca, namun cuaca di Berlin seringkali tidak bisa ditebak.
Termasuk pada hari Sabtu itu, menurut prakiraan cuaca, salju hanya muncul di pagi hari dan setelah itu cerah kembali.
Saya dan istri sudah punya rencana untuk pergi berbelanja mingguan dan tidak terlalu memikirkan soal salju, paling siang sedikit salju sudah cair, begitu pikiran kami.
Rupanya kami salah, dan cuaca di Berlin kembali mengejutkan kami.
Saat saya bangun sekitar pukul 06.00 dan suasana masih gelap, saya tidak menengok ke luar sama sekali.
Sekitar pukul 07.00 saya menyingkap gorden untuk membiarkan sinar matahari yang mulai malu-malu muncul untuk masuk.
Saya langsung terkejut sekaligus bersorak girang, karena salju sepertinya turun semalam dan kini sudah menumpukย di taman belakang begitu tebal!
Jalanan depan tempat tinggal kami pun sama, mobil-mobil yang parkir di tepi jalan tertimbun salju.
Sayup-sayup saya mendengar mobil atau mesin pencair salju sudah bekerja membersihkan jalan dan trotoar agar orang-orang aman berjalan.
Meski aplikasi menunjukkan temparatur -1ยฐC, saat saya keluar ke balkon untuk memotret hanya dengan kaos dan celana pendek, saya merasa tidak begitu dingin.
Entah kulit saya yang sudah mulai terbiasa dengan hawa dingin atau memang saat itu tidak ada angin yang berhembus yang bisa membuat badan menggigil.
Dengan tidak sabar menunggu suasana agak sedikit terang, saya memberi tahu istri dan kami memutuskan untuk keluar di pagi hari untuk bermain-main sebentar dengan salju di taman belakang sebelum pergi berbelanja.
Sekitar dua jam kemudian, kami pun bersiap keluar ke taman belakang tempat tinggal kami, sekaligus keluar membuang sampah ke area pembuangan sampah.
Begitu keluar, kami seperti orang kegirangan yang tidak pernah melihat salju.
Sepeda, mobil, pepohonan, dedaunan, rerumputan, semua tertutup salju yang tebalnya sekitar 5 centimeter.
Karena masih pagi, salju-salju ini masih terlihat putih bersih karena tidak ada yang mengusik atau menginjak.
Bahkan salju tebal menutupi tempat sampah yang membuat saya cukup sulit saat mengangkat penutupnya untuk memasukkan sampah.
Dengan hati-hati saya membuka penutupnya dan menjaga agar salju tidak runtuh dan masuk ke tempat sampah saat membuka penutupnya.
Sebenarnya bisa saja saya membersihkan salju-salju tersebut sebelum membuka penutup sampah, tapi saya enggan melakukannya.
Setelah urusan sampah selesai, kami langsung menuju ke taman belakang tempat tinggal kami.
Setelah tinggal di sini sekitar 2 tahun lebih, rasanya saya mengunjungi taman ini hanya beberapa kali.
Biasanya jika keluar, kami memilih menuju ke taman besar atau ke tengara (landmark) lainnya.
Situasi lockdown yang diperpanjang hingga 14 Februari 2021 karena angka penyebaran virus Covid-19 tidak kunjung turun membuat kami memilih untuk tak pergi jauh-jauh.
Kami juga bermaksud menghemat masker, karena sejak 24 Januari 2021 lalu, pemerintah Berlin secara resmi melarang penggunaan masker kain dan masker lainnya, serta mewajibkan penggunaan masker medis atau FFP2/KN95 saat berada di angkutan umum atau di dalam toko.
Saya merasa cukup sedih, yang mana artinya masker favorit saya yang mencegah kaca mata berembun, tidak bisa saya gunakan lagi.
Meski masker tersebut tidak memiliki sertifikasi KN95 namun diklaim memiliki efektivitas yang sama dengan masker KN95, saya memilih tidak memakainya daripada menimbulkan masalah.
Hal menyedihkan lainnya adalah masker sekali pakai ini akan menambah sampah masker, yang mana saya sendiri berusaha tidak menambah sampah-sampah ini.
Juga saya harus berjumpa lagi dengan masalah uap udara yang membuat kaca mata berembun saat menggunakan masker medis, dan saya terlalu malas melakukan lifehack untuk mencegah kacamata berembun.
Dengan tidak bepergian jauh-jauh dengan kendaraan umum, kami bisa menghemat masker sekali pakai ini.
Membuat Boneka Salju
Melihat salju tebal dan tidak ada orang di taman, membuat kami mencoba membuat boneka salju.
Karena ini pertama kalinya kami membuat boneka salju dan kami tidak tahu caranya, kami berusaha mengumpulkan salju dengan menyerok menggunakan tangan lalu menumpuknya.
Kami mengira cara membuat boneka salju ini mirip saat seperti bermain pasir di pantai atau pasir bangunan saat saya kecil.
Namun setelah beberapa lama, kami menyadari bahwa cara ini terasa tidak efektif dan membuang banyak tenaga.
Bukannya bola salju yang terbentuk, namun kami hanya membuat gundukan saja.
Bagaimana bisa membuat bola-bola salju yang besar untuk kemudian ditumpuk menjadi boneka salju?
Tak berapa lama seorang tetangga datang bersama anaknya bermain di taman yang sama.
Si tetangga sepertinya melihat kami tengah berusaha membuat boneka salju yang gagal, dan mungkin berpikir, “dasar amatir!”
Dia kemudian mulai membuat boneka salju juga untuk anaknya, dan sepertinya dia “mengajari kami” cara membuat bola-bola salju yang benar dengan cara yang halus sekali.
Tanpa bicara, dia langsung membuat bulatan bola kecil dengan tangan lalu menggelindingkan bola-bola itu ke atas salju.
Sedikit demi sedikit, bola salju itu membesar yang kemudian saya tersadar bahwa istilah “efek bola salju” itu nyata adanya.
Oo, rupanya begitu caranya! Saya pun langsung mencoba.
Benar saja, hanya dengan tenaga sedikit, bahkan tanpa perlu memadatkan dengan tangan, salju-salju menempel dengan sendirinya ke bola, melapisi satu persatu dan tanpa disadari bola salju sudah membesar.
Terima kasih atas pelajarannya, tetangga!
Maklum saja, seumur hidup tinggal di negara tropis yang tidak mengenal salju, tentu pelajaran tentang cara membuat bola salju tidak saya dapatkan, jika dibandingkan dengan dia yang sejak kecil tinggal di sini.
Sama lah saat saya mengajari rekan sekantor saya yang tidak mengetahui cara mengupas nanas.
Setelah melihat rekan sekantor saya itu kebingungan, saya kemudian menawarkan bantuan dan mulai mengajarinya cara mengupas nanas yang benar.
Ya bagaimana, nanas kan buah tropis, yang mana di negara subtropis, mereka tidak mengenal cara mengupas nanas.
Kalau pun ada yang jual nanas, biasanya sudah dalam bentuk kupas atau kalengan bahkan sirup.
Boneka salju kami akhirnya terbentuk dari tiga buah bola salju, tingginya sekitar satu meter.
Namun karena kami tidak mempersiapkan diri dengan membawa wortel untuk hidung si boneka salju atau peralatan lain untuk menghias, kami akhirnya menggunakan apa yang ada di sana untuk menghias.
Ranting kayu untuk tangan dan hidung, serta daun untuk mata, membuat boneka salju pertama kami terlihat cukup menyeramkan.
Tapi ya sudah lah, setidaknya kami sudah mengetahui cara membuat boneka salju.
Lain kali kami mungkin akan lebih mempersiapkan diri, misal membawa wortel untuk hidung, tomat ceri untuk mata, pisang untuk mulut, serta beberapa benda yang sekiranya bisa digunakan untuk menghias si boneka salju.
Bagaimana dengan boneka salju buatan tetangga yang mengajari kami?
Tentu saja hasilnya jauh lebih bagus dan lebih lucu dari boneka salju kami.
Tingginya tidak sampai semeter, karena memang boneka tersebut dibuat untuk anaknya yang usianya sekitar 3 tahun.
Si tetangga ini bahkan bisa membuat tangan untuk boneka saljunya.
Mata si boneka terbuat dari pecahan batu bata merah, lalu hidungnya yang merah terbuat dari tutup botol, sementara alis dan bibir dibuat menggunakan ranting.
Sebuah pecahan kulit kayu diletakkan di atas kepala boneka seolah-olah menjadi topi.
Beberapa kali si tetangga memerintahkan anaknya untuk mencari printilan untuk hiasan salju ini.
Sayangnya boneka salju buatan kami dan si tetangga tidak bertahan lama.
Beberapa waktu setelah kami tinggalkan dan kami pulang, saya tidak lagi melihat boneka salju buatan kami dan tetangga.
Dari balkon, kedua boneka tersebut terlihat sudah hancur dan tidak lagi berbekas.
Terlihat anak-anak yang menjadi tersangka tengah bermain dengan bola-bola salju besar.
Kemungkinan memang boneka tersebut dihancurkan oleh anak-anak yang gemas.
Saya bersyukur kami datang pagi, saat salju masih tebal, sehingga kami bisa puas membuat boneka salju.
Salah satu checklist saya akhirnya bisa saya beri tanda centang, setelah menyentuh dan merasakan salju, membuat pose snow angel, dan terakhir adalah membuat boneka salju.
Checklist berikutnya adalah bermain seluncur salju dan mencoba bermain ski.
Proses pembuatan boneka salju juga bisa dilihat di Instagram saya.
Sebagai seseorang yang seumur hidupnya belum pernah melihat salju dan membuat boneka salju secara langsung, tulisan ini bermanfaat sekali ๐คญ. Jadi someday kalau aku bisa datang ke negara bersalju dan ingin membuat boneka salju, udah tahu deh caranya ๐ thank you for sharing, Kak Zam! Terima kasih juga untuk tetangga Kakak yang secara nggak langsung mengajari cara membuat bola salju wkwkwk. Aku terhibur sekali membaca tulisan ini ๐