Sudah dua tahun lebih saya tinggal di Berlin dan mengalami tiga kali musim dingin, namun musim dingin kali ini begitu berbeda.
Di awal 2021, tepatnya pada tanggal 3 Januari 2021, Berlin mengalami hujan salju yang cukup deras selama seharian.
Bahkan menurut prakiraan cuaca, dalam sepekan, Berlin akan bersalju, yang ternyata prakiraan tersebut meleset, dan hanya terbukti pada hari pertama saja.
Sebagai manusia tropis, memegang dan merasakan salju tentu menjadi salah satu impian dan cita-cita saya.
Salju yang turun pada awal pekan lalu bisa dibilang salju besar pertama buat saya, apalagi saya belum penah merasakan salju di tempat lain.
Di Berlin, salju yang turun biasanya sangat tipis, turunnya juga sebentar, sebelum kemudian mencair dan sirna.
Biasanya salju di Berlin turun di akhir Desember atau sepanjang bulan Januari dan Februari, alias di penghujung musim dingin dan saat mulai masuk ke musim semi.
Ini tidak seperti apa yang saya kira seperti di film-film, di mana salju sudah turun di bulan Desember.
Pada tahun 2020 lalu, seingat saya malah jarang sekali turun salju, di mana menurut catatan saya, hanya turun dua kali, itu pun dari yang saya alami, karena bisa saja salju turun seperti hujan lokal.
Salju pertama di 2020 turun pada 30 Maret 2020 lalu, di mana tiba-tiba hujan salju di tengah teriknya matahari siang.
Durasi turunnya salju tersebut juga tidak lama, hanya 15 menit lalu matahari muncul kembali seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
Kemudian pada 26 Desember 2020 lalu, salju mulai turun dengan cukup deras, yang walau singkat, tapi memberikan harapan bahwa Berlin kemungkinan akan banyak mendapat salju.
Begitu tahu dari prakiraan cuaca bahwa Berlin akan hujan salju seharian, apalagi tepat di hari Minggu, saya dan istri langsung merencanakan untuk keluar dan bermain salju.
Kami menuju ke beberapa tempat yang sekiranya cukup cantik pemandangannya, meski saat itu temperatur menurut aplikasi cuaca hanya 1°C yang ternyata tidak sedingin yang saya bayangkan, kecuali saat angin berhembus.
Berliner Dom (Gereja Katedral)
Berliner Dom, atau Gereja Katedral Berlin, menjadi lokasi tujuan pertama kami.
Di Berlin, Gereja Katedral yang menjadi tempat ibadah umat Kristen Protestan (bukan Kristen Katolik pada umumnya) ini memang menjadi pilihan kami agar sangat terasa hawa Eropanya.
Arsitekturnya yang indah memang membuat lokasi ini tak membosankan untuk dikunjungi, baik pada musim dingin seperti ini atau pada musim panas.
Jika pada musim panas, halaman taman Lustgarten yang berada di depan gereja ini, akan penuh dengan orang-orang yang bergelimpangan bermandikan matahari.
Dengan naik kereta S-bahn, kami turun di Stasiun Hackescher Markt, lalu berjalan ke arah Museuminsel dan sampai di taman Lustgarten di depan Berliner Dom.
Saat itu situasi sangat sepi, hanya terlihat beberapa orang yang sedang jalan-jalan bersama anjingnya, bahkan ada beberapa yang berlari alias jogging.
Perjalanan saya menuju ke Berliner Dom bisa diikuti di IGTV saya.
Nikolaiviertel
Dari Berliner Dom, kami berjalan kaki menuju ke kawasan kota tua Nikolaiviertel, yang melewati area Humbolt Forum.
Nikolaiviertel dibangun pada tahun 1200-an yang merupakan salah satu area kota tua di Berlin, yang terletak di sebelah timur Sungai Spree.
Area ini semacam desa kecil yang mengelilingi gereja tertua di Berlin, yang kemudian dijadikan nama area ini, yaitu Gereja Santa Nikolas (Nikolaikirche).
Gereja ini memang sangat ikonik dengan dia menara kembar lancip berwarna hijau yang langsung terlihat dari kejauhan.
Suasana di area ini mengingatkan saya akan film-film bertema abad pertengahan atau medieval.
Sayangnya area ini pernah hancur saat Perang Dunia Kedua, yang kemudian area ini dibangun kembali dengan mempertahankan beberapa bangunan lama yang kemudian difungsikan sebagai kafe dan toko-toko.
Namun salju di kota tua ini rupanya tidak terlalu tebal, karena dugaan saya area ini sudah dibersihkan oleh mobil pencair salju, yang terlihat berkeliling menyemprotkan garam agar salju cepat mencair terutama di jalan-jalan.
Jika tidak berhati-hati, berjalan di atas salju, terutama yang sempat mencair sebentar lalu beku kembali, bisa sangat licin.
Salju tebal terlihat menumpuk di atas meja dan kursi kafe-kafe yang tutup selama musim dingin.
Apalagi aturan lockdown yang diterapkan oleh pemerintah Jerman yang melarang toko-toko bukan dan resto dan kafe hanya menerima pesan antar, membuat area di kawasan ini terasa makin sepi.
Pemilik kafe di kawasan yang biasanya dikunjungi turis ini memilih tutup karena tidak ada turis yang datang berkunjung.
Andai saja salju lebih tebal lagi di kawasan ini, rasanya tentu akan sangat dramatis.
Marx-Engels-Forum
Karena tidak puas melihat salju di Nikolaiviertel, kami memutuskan untuk menuju ke Brandenburger Tor.
Untuk menuju ke sana, kami harus naik bus yang haltenya berada di Lustgarten, di dekat Berliner Dom.
Dari Nikolaiviertel, kami berjalan kaki melewati taman Marx-Engels-Forum, yang terdapat patung Karl Marx dan Friedrich Engels, penulis buku The Communist Manifesto, dan dianggap sebagai pencetus ide komunisme.
Taman ini dibangun oleh pemerintah Jerman Timur (Republik Demokratik Jerman) pada tahun 1986, yang saat itu memang berpaham komunisme karena merupakan area Uni Soviet.
Di sini, salju-salju terlihat sangat tebal menutupi rerumputan.
Saya dan istri kemudian tergoda untuk bermain lempar-lempar bola salju setelah melihat anak-anak melakukan hal yang sama.
Ternyata seru sekali, melempar bola salju yang langsung hancur saat mengenai sasaran.
Sebagai manusia tropis yang dulu zaman kecil bermain kejar-kejaran di saat malam bersama teman-teman di kampung, bermain lempar-lempar dan kejar-kejaran bola salju gini sangat menyenangkan.
Saya mengeruk salju yang cukup tebal yang terhampar di lapangan di lapangan Marx-Engels-Forum ini, membentuk bola dengan kedua tangan, lalu melemparkan ke arah istri saya.
Istri saya juga melakukan hal yang sama.
Tentu saja saya melempar bola salju tersebut tidak terlalu keras.
Kesalahan kami adalah, kami tidak menggunakan sarung tangan, sehingga setelah selesai bermain lempar-lempar bola salju, tangan kami terasa beku.
Saking bekunya, jemari rasanya sangat sakit menusuk apalagi ketika tersentuh.
Lain kali jika ingin bermain salju, sebaiknya memang menggunakan sarung tangan yang proper, karena sarung tangan yang saya punya rupanya tidak dirancang untuk bermain salju, sehingga sarung tangan itu basah dan justru menambah dingin jemari saya.
Tekstur Salju
Salju sendiri memiliki tekstur yang sangat mirip dengan es serut, atau bunga es yang terkeruk dari pinggiran kulkas.
Bedanya, salju terasa lebih kering dan lebih lembut.
Jika dilihat lebih dekat, salju ini memiliki bentuk yang menarik, seperti pada simbol-simbol gambar salju.
Di unggahan Instagram Story saya, saat saya menunjukkan tekstur salju ini, hampir selalu saya menerima komentar soal untuk menambahkan sirup ke atasnya lalu memakannya seperti makan es.
Apalagi salju ini tidak mudah meleleh karena temperatur udara yang terus dingin, sehingga untuk melelehkannya perlu menggunakan garam khusus, yang menaikkan titik cair salju, sehingga lebih salju bisa meleleh cepat meski dingin.
Tentu saja salju tidak aman dimakan, seperti air hujan yang tidak aman untuk diminum.
Ada banyak zat-zat berbahaya dari polusi yang bertebaran di udara yang ikut larut ke dalam salju.
Namun tentu saja, saya tetap membuka mulut untuk merasakan rasa salju yang baru turun dari langit.
Rasanya, ternyata tidak terasa apa-apa.
Brandenburger Tor
Kami menuju ke gerbang yang menjadi simbol Berlin ini dengan naik bus.
Sesampai di sana, suasana cukup ramai dengan orang-orang yang sekadar datang untuk jalan-jalan, karena memang Brandenburger Tor adalah lokasi turistik.
Di kawasan ini, masker wajib digunakan untuk mengikuti aturan pencegahan penyebaran virus Covid-19 yang ditetapkan oleh pemerintah Berlin.
Lagi-lagi salju di area ini sudah banyak mencair, karena selain mobil salju telah terlihat wara-wiri, banyaknya orang di sekitar ini mungkin banyak membuat salju meleleh.
Hujan salju yang masih juga turun dengan deras sepertinya tidak dapat mengimbangi banyaknya salju yang telah meleleh di kawasan ini.
Große Tiergarten
Kami berjalan menuju taman besar Tiergarten yang berada di belakang Brandenburger Tor ini.
Sisa-sisa panggung malam Silvester menyambut 2021 sudah tidak terlihat, namun beberapa truk dan peralatan yang digunakan untuk membongkar dan mengangkut masih terlihat terparkir di sepanjang jalan.
Untuk urusan bongkar dan pasang, Jerman ini memang sangat efisien dan tepat waktu.
Proyek seperti membangun Candi Prambanan dalam semalam seperti yang diminta oleh Roro Jongrang mungkin bisa selesai dalam semalam jika jin yang digunakan oleh Bandung Bondowoso adalah jin dari Jerman.
Di taman besar ini, salju-salju masih terlihat menumpuk dengan tebal.
Saya seperti melihat gambar hitam-putih sepanjang mata memandang, karena pohon-pohon yang meranggas terlihat kontras dengan latar langit putih dan tanah yang tertutupi salju tebal.
Schloss Bellevue
Awalnya kami berencana untuk menuju ke Siegessäule atau menara kemenangan, namun kami akhirnya berbelok ke arah Schloss Bellevue, alias Istana Bellevue yang menjadi tempat tinggal Presiden Jerman.
Jerman memang memiliki presiden, namun peran dan fungsinya sebagai kepala negara tidak begitu terlihat karena lebih sering melihat kanselir yang menjadi kepala pemerintahan.
Saya bahkan harus meng-googling untuk mengetahui siapa Presiden Jerman saat ini, yaitu Frank-Walter Steinmeier, karena nama yang sering terdengar sebagai pemimpin Jerman adalah nama kanselir, Angela Merkel.
Secara singkat, presiden (Bundespräsident der Bundesrepublik Deutschland) merupakan kepala negara federal yang dipilih melalui pemilu dan memiliki fungsi birokratif seperti menandatangani dokumen dan mewakili Jerman untuk urusan luar negeri.
Sementara kanselir (Bundeskanzler der Bundesrepublik Deutschland) merupakan pemimpin dalam urusan dalam negeri, bahkan memimpin militer dalam situasi darurat, yang dipilih oleh parlemen (Bundestag).
Secara kedudukan politik, presiden memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari kanselir.
Schloss Bellevue ini jika di Indonesia ibaratnya adalah Istana Negara yang terletak di sekitar Monas, atau Istana Bogor, atau Gedung Agung Yogyakarta.
Volkspark Friedrichshain
Kami membuat janji bertemu dengan teman untuk berjumpa di Volkspark Friedrichshain, taman bermain terbesar di area Berlin Timur.
Berbeda dengan Große Tiergarten yang tidak diperuntukkan untuk bermain, karena memang fungsinya lebih ke keindahan (garten), Volkspark Friedrichshain lebih banyak digunakan untuk bermain dan beraktivitas (park).
Volkspark Friedrichshain, merupakan salah satu taman bermain terbesar yang memiliki berbagai fasilitas, mulai dari taman bermain anak (spielplatz), sarana olah raga, kolam besar, kolam renang, bahkan bioskop terbuka.
Kami janjian di area sebelah utara, dekat dengan taman bermain bertema Afrika.
Saat kami datang, kami cukup terkejut melihat banyak anak-anak hingga dewasa bermain seluncuran salju dari sebuah bukit kecil.
Meski saljunya terlihat tipis karena digunakan untuk bermain seluncur, anak-anak dan orang dewasa terlihat asyik dan seru bermain dengan anekan bentuk seluncuran.
Sebuah mobil ambulans terlihat di area, karena rupanya ada anak yang mengalami celaka saat bermain seluncuran salju.
Hampir seluruh area di Berlin wajib bisa dilalui atau diakses oleh mobil ambulans dan pemadam kebakaran, termasuk di dalam area Volkspark Friedrichshain ini.
Rupanya teman kami sudah berpindah ke area kolam besar yang tak jauh dari situ.
Kami langsung terkejut melihat air di kolam beku, padahal biasanya di kolam ini terlihat banyak bebek berenang-renang di kolam ini.
Ini pertama kalinya saya melihat langsung sebuah kolam beku karena musim dingin.
Saya membayangkan, jika es yang terbentuk di atas danau ini lebih tebal dan kuat, mungkin orang-orang akan terlihat bermain ice skating di atas kolam ini.
Namun es di kolam ini masih terlalu tipis, di mana beberapa anak-anak terlihat asyik bermain memecahkan es di atas kolam dengan memukul-mukul es menggunakan batang pohon yang patah.
Saya penasaran, ke mana bebek-bebek yang biasa berenang-renang di kolam ini saat kolam membeku seperti ini.
Kami akhirnya berjumpa dengan teman kami di pinggir kolam, lalu sempat bermain-main salju sebentar lalu pindah ke kawasan lain di taman besar ini untuk mencari salju yang lebih tebal.
Boneka Salju
Saat kami tiba di salah satu area di Volkspark Friedrichshain, saya melihat beberapa boneka salju telah berdiri.
Saya yang pertama kali melihat sendiri boneka salju tentu sangat girang.
Ada beberapa ukuran boneka salju yang dibuat oleh entah siapa, dari yang berukuran kecil hingga setinggi orang dewasa.
Boneka salju yang dibuat pun tidak secantik yang di film-film, namun secara struktur sama.
Ada tiga buah bola salju yang ditumpuk lalu ranting ditancapkan sebagai tangan dan wortel sebagai hidung.
Niat sekali orang-orang ini membawa wortel untuk kemudian ditancapkan ke boneka salju.
Ada beberapa boneka salju yang terlihat hancur, entah memang sengaja dihancurkan atau memang saljunya meleleh.
Perubahan Iklim
Kami berjumpa dan sempat ngobrol dengan warga lokal Berlin yang tengah menikmati salju.
Menurutnya, hujan salju yang turun saat itu adalah hujan salju deras pertama setelah beberapa tahun Berlin tidak pernah mengalami hujan salju.
Dari beberapa data yang saya dapat di internet, di Berlin pernah mengalami hujan salju cukup lebat pada Maret 2018, Januari 2014, dan Maret 2013.
Saya menduga, pembatasan akibat pandemi juga memiliki peran dalam mengubah iklim, seperti misalnya emisi karbon sedikit berkurang karena tidak banyak orang yang bepergian.
Rupanya tidak hanya Berlin yang mengalami cuaca yang berubah.
Jika mengikuti berita, pada Jumat, 8 Januari 2021 lalu, di Madrid, Spanyol, hujan salju lebat menyelimuti kota yang hampir tidak pernah mengalami salju sejak 1971.
Badai Filomena dilaporkan menjadi penyebab kejadian salju langka tersebut.
Semoga tahun 2021 yang dibuka dengan beberapa kejadian langka ini, menjadi tahun yang menyenangkan dan baik untuk kita semua.
Waaaah kangen mau lihat salju hahaha, kemarin hanya kebagian video dari keluarga di Korea, pas kebetulan salju tahun ini adalah yang terdingin dan terlebat sejak dua tahun lalu, jadi yang biasanya nggak kebagian salju jadi kebagian semua 😆 huhuhu. Salju miluuuv, semoga next winter saya bisa lihat. By the way, mas Zam kelihatan happy banget hahahahaha 😂
Saya turut aminkan harapan mas, semoga tahun ini menyenangkan untuk kita semua 🥳