Memang benar apa kata orang, bahwa IKEA memang berbahaya, karena bisa menguras dompet dan membawa pulang barang menarik.
Jika di Indonesia, IKEA menjadi tujuan untuk membeli perabot dan perkakas yang cukup wah karena harganya yang tidak murah, di Berlin, IKEA menjadi tujuan orang-orang karena harganya yang termasuk murah.
Termasuk saya yang beberapa pekan belakangan ini cukup rajin ke IKEA untuk melengkapi beberapa barang yang belum sempat saya beli karena kesulitan transportasi.
Jika pekan lalu saya membeli meja kerja MICKE, kali ini saya kembali ke IKEA karena hendak membeli guling.
Benar, saya merindukan guling yang sepertinya bukan merupakan budaya orang Jerman.
Saya kebetulan melihat guling ini dijual di IKEA di bagian kamar tidur anak-anak, karena memang diperuntukkan untuk anak-anak.
Ukuran anak-anak di Jerman memang bisa dibilang membingungkan, apalagi jika dibandingkan dengan orang Asia yang relatif kecil, di mana ukuran untuk anak-anak Jerman bisa juga digunakan oleh orang Asia dewasa.
Meja MICKE yang saya gunakan pun sebenarnya juga untuk meja belajar anak-anak, namun cocok saya pakai sebagai meja di sudut kerja saya.
Kembali ke urusan guling, saya kembali lagi ke sini karena hendak meminang guling (yang sebenarnya adalah bantal) MÖJLIGHET sepanjang 80 centimeter seharga 15,99€.
Namun karena saya tidak dapat membawanya pada kunjungan pertama, saya datang lagi untuk membawa pulang guling ini.
Setelah membawa guling ini, saat melewati area lampu, saya iseng mampir melihat-lihat lampu meja.
Kebetulan lampu meja menjadi salah satu dari barang di daftar keinginan saya.
Ternyata saya melihat lampu meja yang bentuknya sama dengan apa yang saya inginkan, dan harganya lebih murah!
Jika di Amazon, lampu ini harganya 17,99€ dan termasuk lampu pilihan, di IKEA, lampu seri TERTIAL harganya hanya 9,99€.
Tanpa pikir panjang, lampu ini langsung masuk keranjang.
Merakit Lampu IKEA TERTIAL
Lampu IKEA TERTIAL dikemas secara sangat sederhana, hanya dibungkus plastik tipis transparan.
Isinya berupa badan lampu yang terbuat dari logam, kap lampu berdiameter 17 centimeter, bracket plastik, pegas, dan pengait.
Buku petunjuk pemasangan dalam berbagai bahasa, termasuk Bahasa Indonesia juga disertakan.
Cara merakit dan memasangnya pun mudah, pertama bracket dipasang ke lokasi yang hendak diinginkan.
Saya menjepitnya di meja, namun jika ingin memasangnya di dinding juga bisa.
Setelah bracket terpasang, badan lampu tinggal dipasang ke bracket, dan kap lampu dipasang.
Badan lampu bisa berputar bebas 360° tanpa ada pengunci atau apa pun hanya dengan sentuhan ringan.
Saklar lampu berada di kabel yang menjuntai sepanjang 1,5 meter.
Posisi lampu bisa dikunci dengan mengetatkan sekrup pengunci di bagian pangkal lampu yang berada di dekat bracket dan di engsel kap lampu.
Untuk mempertahankan posisi, dua buah pegas kemudian dipasangkan di lengan horisontal.
Lampu IKEA TERTIAL ini menghabiskan daya maksimal 13 watt, yang mana disarankan menggunakan lampu dengan kelas energi berefisiensi A+++ hingga D.
Soket yang digunakan adalah soket E27.
Menggunakan Lampu IKEA TERTIAL
Tidak ada lampu yang disertakan dalam pembelian, jadi saya harus membeli sendiri lampunya.
Meski di IKEA dijual juga lampu LED bermerek IKEA, namun saya tidak menemukan lampu yang sesuai dengan yang saya cari, yaitu lampu dengan warna cahaya putih (cool white).
Warna lampu ini ditentukan oleh temperatur cahaya, di mana warna warm white temperaturnya 2.700 Kelvin, warna cool white temperaturnya 4.000 Kelvin, dan daylight temperaturnya 6.500 Kelvin.
Saya hanya menemukan lampu seri RYET dan LEDARE yang mana kedua lampu ini warnanya kuning (warm white).
Di Berlin, warna lampu rumahan banyak yang berwarna kuning (warm white) dan agak sulit menemukan lampu dengan cahaya berwarna putih cool white atau daylight.
Jika pun ada, kadang soket yang digunakan tidak cocok, karena di Jerman ada beragam soket lampu yang digunakan, seperti misalnya G4, G5, G9 hingga E14, E17, E27, dan sebagainya.
Saya pun berencana membeli lampu di toko bangunan Bauhaus untuk membeli lampu LED, karena seingat saya, saya pernah melihat lampu bersoket E27 seperti yang biasa dijumpai di Indonesia dengan warna cool white.
Tidak seperti saat saya membeli lampu bersoket G9, lampu dengan soket E27 lebih mudah didapat dan pilihannya cukup beragam.
Saya bahkan menemukan lampu bermerek OSRAM yang bisa memancarkan dua warna, warm white dan cool white.
Warna lampu diubah dengan menekan saklar lampu on-off-on-off di mana nyala pertama memancarkan warna kuning, lalu lampu dimatikan, dan saat lampu dinyalakan kedua kali, warnanya putih.
Awalnya saya tergoda untuk membeli lampu ini, namun setelah dipertimbangkan harga dan fungsi, saya kembali ke tujuan awal saya, membeli lampu cool white saja.
Saya akhirnya memboyong lampu LED bermerek OSRAM seri Star Classic A 40 dengan daya 5,5 watt yang setara dengan lampu 40 watt seharga 4,99€.
Lampu ini memiliki sertifikasi efisiensi A+ dan memancarkan cahaya sebesar 470 lumen.
Dengan adanya lampu tambahan ini, selain memberikan pencahayaan yang lebih baik juga bisa membantu saat melakukan panggilan video.
IKEA emang selalu ngangenin. Dan pas laper, kita selalu ngopi gratis di restorannya, pake IKEA Family Karte.