Beberapa waktu lalu dua dari tiga lampu di kamar utama apartemen kami ada yang mati.
Saya segera mengganti lampu-lampu tersebut agar kamar menjadi terang kembali.
Setelah berhasil mencopot lampu yang mati, saya agak terkejut karena soket lampunya berbeda dengan soket lampu yang biasa saya jumpai di Indonesia.
Ukuran lampunya kecil dan kacanya terasa tebal sekali, dengan dua kaki pin menjulur keluar.
Dari informasi yang tertera pada badan lampu, rupanya lampu yang putus tersebut adalah lampu halogen bersoket bi-pin G9 berdaya 40 watt dan tegangan 240 volt.
Soket-soket bi-pin seri G rupanya menjadi salah satu soket standar yang tercantum dalam dokumen IEC (International Electrotechnical Commission) 60061 tentang tutup lampu dan penahannya serta perangkat untuk penggantian dan keamanan.
Tidak hanya di Eropa, soket ini juga umum dijumpai di Inggris dan Amerika Serikat.
Secara umum, kode G menunjukkan bahwa lampu tersebut berbahan kaca (glass) dan angka 9 adalah jarak antar kaki pin dalam satuan milimeter.
Soket G9 berarti lampu tebuat dari kaca dengan ukuran kaki pin berjarak 9 milimeter.
Lampu halogen dan beberapa LED rupanya sering menggunakan soket bi-pin untuk alasan keamanan.
Tujuan penggunaan soket yang berbeda ini adalah untuk mencegah lampu-lampu berdaya besar dipasang ke soket lampu berdaya kecil yang bisa menimbulkan panas berlebihan dan menyebabkan kebakaran.
Selain LED, lampu-lampu halogen juga banyak digunakan di Jerman sejak pelarangan penggunaan lampu pijar diterapkan di Uni Eropa pada 1 September 2009 karena alasan efisiensi yang rendah.
Membeli Lampu Soket G9
Saya segera mencari informasi di mana bisa membeli lampu pengganti di Berlin.
Dengan bantuan Google, lampu-lampu bersoket G9 bisa dibeli di supermarket semacam Rewe, atau Edeka, namun dengan seri dan tipe terbatas, secara online, atau ke toko peralatan rumah tangga semacam IKEA, OBI, Bauhaus, serta toko peralatan elektronik semacam Saturn dan Mediamarkt.
Sabtu, 11 Januari 2019 saya meluncur ke Bauhaus di Bayreutherstraße untuk mencari lampu yang cocok.
Merek-merek lampu yang tersedia di Bauhaus hanya ada dua, yaitu Osram dan Voltolux yang keduanya merupakan produksi Jerman.
Voltolux merupakan merek lokal yang dikeluarkan oleh dan hanya dijual di Bauhaus.
Lampu halogen yang mati di apartemen saya berdaya 40 watt, namun saya tidak menemukan daya yang sama dari puluhan lampu yang ada di Bauhaus.
Warna cahaya dari lampu halogen adalah warm white di mana warna cahaya ini cenderung kekuningan dengan ukuran 2.700-3.000 Kelvin.
Lampu LED cenderung menghasilkan cahaya berwarna putih atau cool white dan daylight, namun harganya jauh lebih mahal namun pemakaian dayanya kecil.
Saya akhirnya memutuskan membeli lampu bermerek Voltolux karena selain lebih murah, saya tidak menemukan daya yang saya cari, yaitu 40 watt.
Daya lampu yang bisa saya temukan di Bauhaus yang mendekati 40 watt adalah 33 watt, di mana lampu ini menghasilkan cahaya 2.700 Kelvin dengan kekuatan cahaya 460 lumen.
Sementara jika dibandingkan spesifikasi dengan lampu halogen 40 watt, cahaya yang dihasilkan 2.800 Kelvin dengan kekuatan 510 lumen.
Lampu halogen 33 watt setara dengan lampu pijar konvensional berdaya 40 watt.
Seluruh lampu halogen memiliki efisiensi D menurut ukuran efisiensi Uni Eropa, di mana A berarti sangat efisien dan G berarti sangat tidak efisien.
Karena saya berencana mengganti ketiga lampu di apartemen saya, saya pun membeli dua pack lampu yang berisi masing-masing 2 lampu halogen Voltolux dengan harga 4,99€ per pack.
Berbeda dengan lampu hemat energi yang mengandung merkuri yang harus dibuang di tempat khusus, lampu halogen boleh dibuang di tempat sampah, di bagian sampah berwarna hitam.