Setiap tahun, di Berlin ada Festival of Lights yang biasa diadakan di musim dingin atau menjelang musim dingin.
Tentunya alasannya jika diadakan di musim panas, malamnya pendek dan pertunjukan lampu-lampunya tidak akan bertahan lama.
Selain di Berlin, festival ini juga diadakan di Yerusalem, Palestina, New York, Amerika Serikat, Bukares, Rumania, Cambridge, Inggris, Moskow, Rusia, Luksemburg, Luksemburg, dan Kolding, Denmark.
Tahun 2020 ini, Festival of Lights yang ke-16 diadakan pada 11-20 September 2020 yang masih masuk musim peralihan ke musim gugur, lebih awal daripada acara serupa tahun lalu yang diadakan pada 11-20 Oktober 2019.
Acara ini terlaksana atas dukungan E.ON, salah satu perusahaan energi listrik terbesar di Eropa yang bermarkas di Essen, Jerman.
Kami sempat mengunjungi acara ini tahun lalu, namun saya tidak sempat menuliskannya di blog dan hanya mem-posting di Instagram.
Meski di era pandemi, kami tetap memutuskan mengunjungi festival yang bertema “bersama kita bersinar (together we shine)” yang sekaligus memperingati 30 tahun runtuhnya Tembok Berlin yang merupakan tonggak bersatunya kembali Jerman.
Meski secara umum di Jerman, terutama di Berlin, laju penularan Covid-19 sudah sangat rendah sejak berakhirnya PSBB pada Juli lalu, penerapan protokol kesehatan seperti menjaga jarak sejauh 1,5 meter dan penggunaan masker tetap dianjurkan.
Hingga saat ini, penggunaan masker hanya wajib dipakai di dalam angkutan umum dan di dalam toko, dan ada denda sebesar 50€ bagi yang melanggar.
Sementara di luar itu, penggunaan masker tidak wajib dan biasanya orang-orang tidak menggunakan masker di tempat terbuka, karena orang Eropa tidak terbiasa menggunakan masker seperti kita orang Asia.
Namun pada kenyataannya, penerapan protokol kesehatan pada acara Festival of Lights mustahil dilakukan, mengingat acara ini merupakan salah satu acara besar pertama yang diperbolehkan diadakan pada masa pandemi, sehingga warga Berlin yang sepertinya sudah bosan karena lebih banyak di rumah, keluar mencari hiburan.
Pengelola acara pun mengingatkan dan memberikan ultimatum, jika nantinya di lokasi yang tersebar di 85 lokasi ini terdapat kerumunan yang berlebihan dan pengunjung tidak menjaga jarak, pertunjukan lampu akan dimatikan.
Kami sendiri mengunjungi beberapa lokasi pertunjukan yang tersebar di seluruh wilayah Berlin dengan bertahap.
Setelah jam kerja, saat saya datang ke kantor, saya janjian dengan istri untuk bertemu di lokasi acara.
Jika saya bekerja dari rumah, selepas jam kerja saya dan istri berangkat bersama dari rumah.
Alasan utamanya adalah karena kami ingin melihat ke banyak tempat, sementara untuk mengunjungi seluruh lokasi acara ini sangat mustahil.
Tidak seperti saat kami berburu mural komik waktu di Brussel, Belgia, karena kotanya yang kecil dan bisa dijangkau dengan berjalan kaki, lokasi pertunjukan di Berlin ini cukup tersebar, plus waktunya yang singkat, hanya muncul di malam hari.
Itu pun kami hanya mendapatkan 15 lokasi saja, yang mana kami harus menyusun rute agar tidak terlalu jauh berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain.
Apalagi saat itu ada pekerjaan rel yang membuat jalur kereta S-bahn andalan kami saat bepergian dialihkan dengan bus, yang membuat kami cukup kerepotan apalagi harus pulang larut malam.
Berikut ini beberapa tempat yang kami kunjungi di acara Festival of Lights ini.
Stasiun Besar Berlin
Kebetulan lokasi ini dekat dengan rumah kami, yang mana pertunjukan di tempat ini hanya sebuah gambar yang ditembakkan ke kedua buah menara di pintu selatan yang menghadap ke arah Sungai Spree.
Pertunjukan yang ditampilkan di Stasiun Besar Berlin ini bertema 30 tahun bersatunya Jerman, yang secara jelas terlihat tulisan ONE dan EINS (berarti “satu” Dalam bahasa Jerman) di kedua menara.
Di latar stasiun, terlihat banyak jasa tukang ojek sepeda keliling dengan kendaraan semacam becak yang dihiasi lampu warna-warni terlihat menjajakan jasanya.
Saya teringat dengan suasana di alun-alun selatan Kraton Yogyakarta, di mana di sana banyak tukang odong-odong dengan lampu yang menyala berwarna-warni.
Gereja Katedral (Berliner Dom)
Lokasi selanjutnya yang kami kunjungi adalah Gereja Katedral (Berliner Dom) yang merupakan salah satu tujuan turistik.
Kami datang ke tempat ini di hari biasa, selepas saya selesai bekerja untuk menghindari keramaian mengingat tempat ini tempat yang populer.
Jika tahun kemarin tayangan yang ditembakkan ke arah gereja yang dibangun pada tahun 1894 ini berupa animasi, tahun ini tayangannya hanya berupa gambar statis.
Meski bernama gereja katedral, namun gereja ini digunakan oleh pemeluk agama Kristen Protestan dan Paroki, bukan oleh pemeluk agama Kristen Katolik Roma seperti layaknya gereja katedral lainnya.
Kami menikmati pertunjukan ini dari halaman Lustgarten yang berada persis di depan gereja.
Di belakang gereja, tampak Menara TV kebanggaan Berlin, Fernsehturm, tinggi menjulang.
Bebelplatz
Dari Gereja Katedral, kami berjalan menuju ke arah Bebelplatz, menyusuri jalan Unter den Linden.
Bebelplatz merupakan alun-alun besar yang dulunya menjadi salah satu tempat pembakaran buku-buku pada masa pemerintahan Nazi di tahun 1933.
Alun-alun ini dikelilingi gedung-gedung yang tak kalah bersejarahnya, yaitu gedung Universitas Humboldt, Staatsoper Unter den Linden, Gereja Katedral St. Hedwig, dan Hotel Rocco Forte de Rome.
Kini di alun-alun ini kerap diadakan beberapa acara berbudaya, salah satunya adalah pertunjukan opera terbuka secara gratis untuk umum, yang sayangnya tahun ini ditiadakan karena pandemi.
Tahun kemarin, di lokasi ini Festival of Lights lebih meriah, karena ada pertunjukkan video mapping dan animasi menarik yang ditembakkan ke arah Hotel Rocco de Forte der Rome, sementara tahun ini hanya menampilkan gambar statis yang ditembakkan ke arah gedung-gedung di sekeliling Babelplatz.
Karena kami datang bukan di akhir pekan, pengunjung tidak terlalu banyak, sehingga jalan Unter den Linden masih bisa dilewati kendaraan.
Belakangan kami tahu bahwa saat akhir pekan, jalan Unter den Linden ditutup untuk menampung jumlah pengunjung yang ingin melihat acara ini.
Siegessäule
Kami menuju ke Siegessäule atau Menara Kemenangan (Victory Column) pada hari Jumat malam dari rumah dengan berjalan kaki karena dekat.
Tahun kemarin Siegessäule tidak ikut berpartisipasi dalam Festival of Lights, sehingga kami cukup penasaran dengan pertunjukan di tempat ini.
Monumen setinggi 67 meter yang merupakan simbol kemenangan Prusia atas Denmark dengan patung Victoria yang terbuat dari perunggu ini ditembak cahaya dari dua sisi sehingga seluruh badan bermandikan animasi dari dua proyektor video mapping 3D.
Tema yang ditampilkan di Siegessäule adalah merayakan keberagaman, yang mana beberapa kali tulisan “Hello Berlin” dan “Hello Diversity” terlihat.
MasterCard menjadi sponsor pada tayangan di Siegessäule, yang menurut saya cukup pandai menyisipkan pesan kampanyenya, bahwa dengan satu metode kartu, bisa digunakan di berbagai tempat dan berbagai jenis pembayaran.
Brandenburger Tor
Dari Siegessäule kami bergeser ke Brandenburger Tor, yang tentunya adalah landmark Berlin paling terkenal.
Keputusan kami untu mendatangi Brandenburger Tor pada hari Jumat malam, bukan lah keputusan yang tepat, karena orang-orang sudah berjubel di sana.
Bus nomor 100 yang kami tumpangi dan biasanya melewati Brandenburger Tor sampai dialihkan rutenya dan berhenti hanya sampai Reichstag.
Dari Reichstag atau gedung parlemen Jerman, kami berjalan kaki bersama gerombolan orang yang mempunyai tujuan yang sama.
Kemacetan terlihat karena rupanya jalan Unter den Linden ditutup demi menampung banyaknya orang yang datang.
Melihat begitu banyak orang berkumpul, kami langsung memasang masker.
Saat kami datang, petugas menggunakan mobil berkeliling memecah kerumunan massa sembari mengingatkan pengunjung untuk menjaga jarak melalui pengeras suara, yang tentu saja mustahil.
Sesuai janji dari panitia, akhirnya pertunjukan animasi di Brandenburger Tor pun dihentikan, supaya kepadatan pengunjung sedikit terurai.
Untungnya saat kami datang, kami masih bisa melihat pertunjukan yang bertema “Simfoni Kehidupan”, yang bercerita tentang asal mula manusia dan sinergi dengan alam.
Tak jauh dari situ, sebuah gambar beruang yang menjadi maskot Berlin ditembakkan ke arah Hotel Adlon Kempinski.
Karena merasa tidak nyaman dengan banyaknya kerumunan, kami langsung bergeser ke gedung Kedutaan Besar Amerika Serikat yang lokasinya berada di samping Monumen Peringatan Terbunuhnya Umat Yahudi.
Jika ingat dengan kejadian viral saat selebriti Syahrini berswafoto dengan pose dan berkomentar yang mengundang kontroversi di tempat yang dianggap sakral tersebut.
Kedutaan Besar Amerika Serikat
Amerika Serikat memang mempunyai kisah tersendiri dengan Jerman.
Maklum saja, selama 30 tahun, bersama sekutunya, Inggris dan Prancis, Amerika Serikat sempat menguasai sebagian Berlin (Berlin Barat) bahkan Jerman (Jerman Barat).
Secara tidak langsung pula, Amerika Serikat juga punya cukup peran saat runtuhnya Tembok Berlin yang menjadi simbol bersatunya Jerman, 30 tahun lalu.
Salah satu contoh peran Amerika Serikat, yang juga sempat menimbulkan kontroversi, adalah tampilnya aktor David Hasselhof pada era keruntuhan Tembok Berlin dan dengan heroiknya menyanyikan lagu Looking for Freedom di acara malam tahun baru (Sylvester) 1989 dengan latar Tembok Berlin.
Kami sendiri sempat merasakan aura pergantian tahun baru di lokasi yang selalu rutin untuk merayakan malam pergantian tahun, yang disebut dengan Sylvester, dan sepakat bahwa lokasi ini memang memberikan aura berbeda.
Melalui gambar yang ditembakkan ke salah satu sisi gedung, Kedutaan Besar Amerika Serikat mengucapkan selamat atas 30 tahun bersatunya kembali Jerman dan merayakan kebebasan.
Potsdamer Platz
Dari Kedutaan Besar Amerika Serikat, kami berjalan ke arah Potsdamer Platz sekaligus mencari angkutan umum untuk pulang ke rumah nanti.
Kami tiba di area lapangan di samping Stasiun Potsdamer Platz, di mana terdapat sisa-sisa Tembok Berlin yang juga menjadi tujuan turis.
Sebuah gambar beruang bertuliskan #wirsindeinberlin (kita adalah satu Berlin) ditembakkan ke gedung P5.
Kebetulan pula, di salah satu panel sisa Tembok Berlin, tertulis materi kampanye soal demonstrasi menuntut kebebasan di Belarus dengan tagar #belarus2020 dan #freedombelarus.
Berlin memang seperti mempunyai kekuatan politik tersendiri untuk menyuarakan berbagai aspirasi.
Di seberang, terlihat sebuah karya instalasi setinggi 4,5 meter berjudul L.O.V.E. hasil kolaborasi seniman dari studio Pineapple Design Studio dan Chimera Atelier.
Seni instalasi lampu berbentuk hati namun juga terlihat seperti tangan bersalaman ini juga menjadi bagian dari Festival of Lights.
Gambar statis juga ditembakkan ke arah dua gedung di Potsdamer Platz, yang bila dilihat dari sudut yang pas, akan terlihat menjadi satu gambar utuh.
Sebenarnya di area Potsdamer Platz ini masih ada beberapa karya seni dan pertunjukan Festival of Lights lainnya, namun karena kami sudah terlalu capek dan cukup larut malam, kami memutuskan untuk pulang.
Apalagi makin malam, kerumunan orang makin banyak, membuat kami lebih memilih untuk minggir dari keramaian.
Jembatan Oberbaum
Kami mengunjungi jembatan yang unik dan menjadi salah satu simbol Berlin ini pada hari Sabtu malam.
Jembatan bersejarah yang terdiri dari dua tingkat, di mana bagian atas merupakan jalur kereta U-bahn U1 dan U3, di bagian bawah merupakan jalur kendaraan untuk menyeberangi Sungai Spree.
Pada masa Berlin terpisah oleh tembok, jembatan ini menjadi salah satu gerbang masuk dan checkpoint warga yang ingin melintas antara Berlin Barat dan Berlin Timur.
Kami menonton pertunjukan dari tepi Sungai Spree, di belakang kantor Universal Music.
Meski Sabtu, pengunjung di sini tidak terlalu banyak, dan relatif sepi jika dibandingkan dengan pengunjung di Brandenburger Tor atau Bebelplatz.
Mungkin karena lokasi ini tidak seturistik kedua tempat itu, sehingga yang datang ke lokasi ini biasanya warga Berlin.
Tema pertunjukan yang ditampilkan di tempat ini adalah “Evolusi Komunikasi”, yang mana pertunjukan ini disponsori oleh O2, salah satu operator telekomunikasi.
Pertunjukan animasi hasil kolaborasi beberapa seniman yang namanya muncul pada karya animasi 3D-nya ditampilkan.
Ditambah lagi, kapal-kapal wisata yang menawarkan tur malam hari menyalakan lampunya, menyusuri Sungai Spree dan melewati lorong jembatan, menambah meriah suasana.
Ini adalah pertunjukan di Festival of Lights favorit saya.
Museum für Naturkunde
Lokasi terakhir yang kami kunjungi adalah Museum für Naturkunde (Museum Ilmu Alam).
Kami menuju ke sini setelah puas menikmati pertunjukan di Jembatan Oberbaum.
Sesuai dengan lokasinya, pertunjukan di sini menampilkan animasi video yang bercerita tentang keberagaman alam dan evolusinya.
Animasi yang tayang selama sekitar 3 menit ini sangat memukau, menjadi favorit saya kedua setelah tayangan video di Jembatan Oberbaum.
Saya seperti melihat film pada layar raksasa, di mana si layar adalah gedung museum.
Pertunjukan di museum ini disponsori oleh Berliner Sparkasse, sebuah bank yang cukup besar jaringannya di Berlin.
Kami menikmati pertunjukan dari Invalidenpark, yang berada persis di depan museum.
Lokasi ini juga bisa dibilang sepi, di mana pengunjung yang datang saya lihat kebanyakan orang-orang tua dan keluarga yang membawa anak-anaknya.
Di tengah kolam Invalidenpark, terdapat juga pertunjukan gambar yang juga bagian dari Festival of Lights yang berupa gambar statis, menggambarkan kehidupan hewan-hewan.
Gambar ditembakkan ke tengah air terjun yang sekilas bentuknya seperti bangunan yang miring dan tenggelam.
Taman ini dulunya rumah sakit untuk merawat tentara yang terluka saat perang Prusia.
Bangunan rumah sakit tersebut telah hancur saat perang dunia kedua dan kini area ini difungsikan sebagai taman.
Keseruan Lainnya
Sayangnya kami tidak sempat mengunjungi beberapa lokasi lain yang menarik-menarik.
Beberapa lokasi pertunjukan berada di stasiun kereta dan balai kota.
Menara TV, Fernsehturm, yang tahun kemarin menjadi salah satu lokasi pertunjukan, di tahun ini tidak ikut serta.
Fernsehturm hanya menyemarakkan dengan menyalakan lampu berwarna oranye pada tanggal 17 September 2020, untuk memperingati Hari Keselamatan Pasien Sedunia.
Selain pertunjukan lampu yang menyorot ke gedung, ada beberapa seni instalasi yang dipasang di beberapa tempat di Berlin.
Juga saya sempat melihat beberapa becak wisata ditempeli materi promosi Festival of Lights yang disponsori oleh E.ON.
Saya juga mem-posting ke Instagram feed dan IG Story tentang festival ini yang selain berisi video juga foto-foto.
Semoga tahun depan, Festival of Lights semakin semarak dan meriah.
Kak Zam, seru banget ada festival seperti ini di Berlin 😍. Cantik-cantik banget efek lampu sorotnya. Kelihatan seperti mural asli ya 😍. Sepertinya diadakan di musim peralihan ke musim gugur adalah saat yang tepat. Hawanya saat malam pasti sejuk jadi enak untuk lama-lama di luar 🤭