Perjuangan kami selama tepat setahun mencari tempat tinggal baru akhirnya membuahkan hasil.
Setelah 3 tahun kami tinggal di tempat yang sekarang, kami akhirnya akan pindah meninggalkan tempat yang banyak kenangan ini.
Di Berlin, mencari apartemen untuk disewa tidak mudah, kesulitannya bisa dibilang sama dengan melamar pekerjaan.
Bedanya, jika melamar pekerjaan ada banyak tips dan trik untuk lolos, sementara mencari apartemen atau tempat tinggal di Berlin, sepertinya lebih banyak unsur “keberuntungan”.
Jika saat pertama kali pindah, kami dibantu oleh agen relokasi dari kantor, fasilitas tersebut sudah tidak ada lagi.
Biaya menyewa agen relokasi pun bisa sama dengan biaya sewa apartemen di Berlin selama sebulan, sehingga kami memilih untuk berusaha sendiri.
Tempat Tinggal Saat Ini
Awalnya memang apartemen tempat kami tinggal sekarang adalah apartemen sementara, yang menjadi tempat kami bernaung saat pindah ke Berlin.
Namun karena kami suka dengan suasana, lingkungan, dan lokasinya, kami memutuskan untuk tinggal lebih lama.
Tempat kami saat ini berlokasi di jantung Berlin, tak jauh dari Istana Presiden Jerman, Schloss Bellevue, yang berada di pinggiran taman kota, Tiergarten.
Dari tempat kami ke gedung parlemen Reichstag/Bundestag juga dekat, bahkan kami beberapa kali jalan kaki menuju ke tempat ini, menyusuri tepi Sungai Spree untuk sekadar jalan-jalan sore menikmati suasana.
Tak jauh dari Reichstag, kami bisa mampir ke ikon kebanggaan Berlin, Brandenburger Tor yang hanya berjarak selemparan batu.
Lingkungan tempat tinggal kami juga termasuk lingkungan residensial yang nyaman dan tenang.
Hanya saja saat Hari Minggu, kami sering mendengar suara lonceng gereja berdentang karena memang lokasi tempat tinggal kami tak jauh dari gereja.
Buat saya ini tidak masalah karena gereja hanya membunyikan lonceng saat ada ibadah besar, baik di hari minggu atau saat hari raya keagamaan saja.
Terdapat taman bermain privat di belakang gedung yang bisa digunakan oleh warga, di mana di taman ini saat musim panas sering terlihat puluhan kelinci liar merumput mencari makan.
Saya bahkan pernah melihat tupai merah hingga rubah bermain area parkiran kendaraan yang tak jauh dari taman.
Pemandangan dari jendela belakang apartemen kami juga menarik, yaitu jalur rel kereta negara, di mana kereta antarkota dan antarnegara sering lewat beriringan dengan kereta S-bahn.
Buat sebagian orang Jerman, tinggal di samping rel kereta bisa dibilang tidak menyenangkan karena suara kereta yang berisik.
Namun menurut kami, suara kereta menjadi suara menyenangkan, apalagi untuk saya penggemar kereta.
Yang paling kami sukai dari lokasi kami saat ini adalah, dekat dengan supermarket Go-Asia yang menjual berbagai barang Asia, termasuk barang-barang dari Indonesia.
Alasan Pindah
Meski kami sangat menyukai tempat tinggal kami sekarang, kami akhirnya memutuskan untuk pindah dan mencari tempat baru.
Alasan pertama kami adalah karena kami ingin mencari tempat yang lebih luas, di mana saat ini kami tinggal di apartemen dengan satu ruang untuk segala hal, mulai dari tidur, makan, hingga bekerja.
Luas total apartemen kami adalah 35 meter persegi, di mana setiap kali ada yang bertanya, hampir semua mengatakan bahwa luas apartemen kami termasuk sempit.
Orang Jerman jika bertanya basa-basi tentang tempat tinggal, memang sering bertanya, “berapa luas apartemenmu?”, yang biasanya memang mengharap jawaban berupa angka, dalam meter persegi, dan tidak menerima jawaban “cukup”, atau “lumayan”.
Di Jerman, ada aturan tentang minimum ruang tempat tinggal sewaan per orang, di mana di Berlin aturannya adalah minimal 9 meter persegi untuk dewasa, dan untuk anak hingga usia 6 tahun adalah 6 meter persegi.
Tentunya menurut aturan tersebut, ruangan seluas 35 meter persegi untuk berdua sebenarnya cukup, namun kami ingin mempunyai minimal 2 ruangan, di mana kamar tidur terpisah dengan ruang utama.
Apalagi sejak sering bekerja dari rumah, sudut meja kerja saya berada dalam satu ruangan dengan tempat tidur, di mana seringkali menggoda saya untuk mendekati tempat tidur.
Alasan kedua adalah, tempat tinggal kami sekarang adalah full-furnished, alias sudah tersedia perabotan, sementara kami ingin mencari yang tanpa perabot alias kosongan.
Menggunakan perabot sewaan di satu sisi sangat membantu kami saat pertama kali menginjakkan kaki di Berlin, namun karena kami berencana untuk jangka panjang tinggal di Berlin, membuat kami berpikir untuk memiliki sendiri perabot kami.
Memasuki tahun kedua, kami mulai berburu apartemen kosongan yang tentunya memenuhi beberapa kriteria kami, yaitu lokasi, lingkungan, akses transportasi, dan tentu saja anggaran.
Di Berlin, harga sewa apartemen adalah sekitar 10-15€ per meter persegi, tergantung lokasi, usia gedung, dan faktor lainnya.
Menurut data dari Statista untuk tahun 2019-2020, distrik-distrik populer karena berada di tengah kota seperti Mitte (tempat kami tinggal sekarang), Friedrichsain, Kreuzberg, Charlottenburg, hingga Wilmersdorf, harga sewanya berada di sekitar 13€ per meter persegi.
Proses Pencarian
Di Jerman, setidaknya ada 3-4 tahap untuk mendapatkan tempat tinggal sewaan impian.
Prosesnya cukup panjang dan tidak jarang membuat frustasi.
Maklum saja, Berlin (dan beberapa kota di Jerman) merupakan kota besar, di mana banyak pendatang mencoba mengadu nasib, sementara ketersediaan ruang tinggal terbatas.
Dari pengalaman beberapa orang, satu tahun adalah “waktu yang biasa” untuk bisa mendapatkan apartemen baru.
Namun ada juga yang beruntung, di mana sekali lamar langsung dapat, tapi ini kemungkinannya satu dibanding sejuta.
Langkah pertama adalah tentu mencari informasi lamaran, di mana ada banyak situs yang menyediakan layanan ini, atau dengan mendatangi agen pengelola properti.
Salah satu situs populer untuk mencari tempat tinggal adalah situs Immobilienscout24.
Selain situs ini ada juga situs iklan yang dipasang oleh perorangan, seperti situs iklan baris milik eBay Kleinanzeigen, atau dari Facebook Marketplace.
Beberapa kali kami melihat ada yang saking putus asanya, memasang selebaran berisi permohonan informasi tempat tinggal (wohnung) kosong yang ditempel di area yang diincar.
Untungnya, meski sempat hampir putus asa, kami tidak sampai memasang selebaran semacam itu.
Mengirim Lamaran
Kami mendaftar di situs Immobilienscout24 untuk mengirimkan lamaran ke penawaran yang terpasang.
Karena gratis, fitur di situs tersebut juga terbatas, seperti misalnya kami tidak dapat melihat jumlah orang yang menawar di suatu penawaran, sehingga kesempatan lamaran kami terlihat juga kecil jika misal properti tersebut sudah ditawar banyak orang.
Selain itu kami juga tidak bisa mengakses beberapa properti yang memang dikhususkan ke pelanggan berbayar (Member Plus).
Setelah mencoba mengirimkan beberapa lamaran sebagai pengguna gratisan, akhirnya kami mendaftar sebagai pelanggan berbayar.
Dengan berlangganan, ini meningkatkan peluang kami untuk bisa mendapat informasi lebih cepat dan diprioritaskan.
Fasilitas lainnya adalah, saya juga bisa mendapatkan sertifikat SCHUFA per tiga bulan tanpa perlu membayar lagi karena sudah termasuk fasilitas dari situs tersebut.
SCHUFA adalah semacam catatan kredit seseorang, di mana jika si orang tersebut tidak memiliki masalah keuangan, misal sering menunggak cicilan, atau tidak bisa membayar, tentu nilai SCHUFA-nya akan negatif.
Biasanya pemilik properti meminta SCHUFA sebagai jaminan, meski tidak semua mewajibkan, misal untuk yang baru datang ke Jerman, catatan SCHUFA-nya tentu masih kosong.
Dengan memiliki SCHUFA positif, tentu akan meningkatkan peluang mendapatkan tempat tinggal.
Hampir tiap hari kami mengirim 1-2 lamaran ke situs ini, yang jika dihitung, ada sekitar lebih dari 400 lamaran kami kirimkan.
Biasanya lamaran ini berupa data profil singkat, seperti status pekerjaan, usia, status pernikahan, jumlah anak, dan kadang dokumen pendukung.
Mendapat Undangan Kunjungan
Jika lamaran yang dikirim masuk kriteria si pemilik properti, biasanya akan berlanjut dengan undangan untuk mengunjungi properti yang dimaksud.
Undangan ini biasanya juga ditujukan ke beberapa pelamar lain, sehingga pada waktu yang ditentukan, semua pelamar yang bisa 10-20 orang akan datang melihat properti yang ditawarkan secara bersamaan.
Kesempatan langka ini merupakan sebuah kemajuan, karena dari sekitar 400-an lamaran, yang berlanjut dengan undangan kunjungan hanya sekitar 10 saja.
Beberapa di antaranya kami tolak, setelah mempertimbangkan kembali, atau waktu undangannya tidak bisa kami penuhi.
Sementara secara total, kami mendatangi dan melihat 4 lokasi yang menurut kami menarik.
Saat berkunjung ke apartemen ini lah kami bisa melihat sendiri kondisi apartemen, seperti usia gedung, fasilitas gedung, lingkungan, akses, dan hal-hal lainnya, sebelum melanjutkan ke penawaran selanjutnya.
Di Berlin, usia gedung menjadi salah satu faktor, misal ada apartemen yang benar-benar baru, apartemen lama yang dibangung sebelum perang dunia kedua, apartemen lama yang dibangun setelah perang dunia kedua, atau apartemen yang usianya baru sekitar 10 tahunan.
Biasanya gedung apartemen baru cenderung harganya lebih mahal, dibanding gedung apartemen lama.
Fasilitas gedung juga jadi penentu, misal ketersediaan lift, dapur (di Jerman, tidak semua apartemen ada fasilitas dapur), jenis kamar mandi (pakai bathub atau tidak), dan sebagainya.
Di Jerman, adalah hal yang wajar jika apartemen kosongan tidak memiliki dapur, yang berupa meja, lemari, kompor, dan bahkan wadah cucian (kitchen sink).
Orang Jerman ketika pindah, membongkar dan membawa dapur, adalah hal yang umum.
Namun ada juga apartemen yang sudah ada dapurnya, yang disebut dengan einbauküche (EBK), di mana tentu harga sewanya lebih mahal.
Karena kami tidak ingin repot membongkar, membeli, dan memasang dapur sendiri, kami mencari apartemen kosongan yang ada dapurnya, alias EBK.
Jika setelah kunjungan merasa tidak cocok, tidak ada yang perlu dilakukan.
Namun jika berminat, baru mengajukan penawaran secara resmi dengan mengirim surat penawaran atau mengisi dokumen, serta menyertakan dokumen pendukung yang diminta, seperti slip gaji, SCHUFA, dan kartu identitas.
Jangan khawatir, karena terkait undang-undang perlindungan data privasi (datenschutz), dokumen sensitif ini akan dijaga dan digunakan hanya untuk keperluan tertentu.
Mengirim Dokumen Pendukung
Dari undangan yang kami terima, pada kunjungan terakhir, kami merasa cocok dan sreg.
Walau luas apartemen sedikit lebih kecil dari target kami, yaitu 65 meter persegi, namun faktor lainnya, terutama usia gedung, fasilitas, dan lokasi, membuat kami rela berkompromi.
Luas ruangan apartemen yang kami incar ini adalah 58 meter persegi, namun bagi kami ruangan ini sudah lebih besar dari apartemen kami sekarang.
Yang membuat kami makin kepincut adalah gedungnya baru, berada di kawasan yang sedang berkembang, dan lokasinya sangat strategis, bahkan masih berada dalam satu kode pos dengan tempat kami sekarang.
Kekurangannya selain luas apartemen adalah lokasinya agak gersang, di mana belum banyak pohon, dan berada di dekat area industri.
Jika dulu kami bisa menikmati pemandangan hijaunya taman belakang apartemen, kini pemandangan tersebut tidak ada lagi.
Karena cocok, kami pun mengirimkan lamaran resmi dan menyatakan berminat untuk menyewa apartemen tersebut.
Istri saya sempat pesimistis kami bisa terpilih, karena saat melihat apartemen tersebut, pelamar lain yang datang juga terlihat antusias, apalagi hanya kami yang orang Asia sendiri.
Tidak ada yang tahu apa kriteria sebuah lamaran diterima oleh si pemilik properti, karena ada banyak faktor penentu.
Bergaji tinggi dan mampu membayar sewa dengan mudah pun, tidak menjamin penawaran diterima oleh si pemilik properti.
Kadang isu rasisme juga muncul, seperti pemilik properti hanya menerima orang Jerman atau setidaknya Eropa, karena tidak ingin ruangan bau karena masakan Asia yang beraroma kuat, misalnya.
Meski pemilihan berdasar ras, bangsa, dan bahasa sangat dilarang, namun praktiknya sangat sulit dibuktikan.
Status pernikahan juga bisa jadi penentu, misal jika ruang yang disewakan besar, si pemilik akan lebih mengutamakan keluarga dengan anak daripada yang lajang.
Atau misalnya mengutamakan yang menikah atau memiliki ikatan hukum daripada yang berpasangan dan tinggal bersama tanpa status hukum.
Alasannya adalah orang yang berkeluarga atau menikah cenderung menyewa dalam jangka panjang, selain tentu faktor aturan minimal ruang.
Begitu juga sebaliknya, hak sewa tidak akan jatuh ke tangan sebuah keluarga dengan banyak anak jika ruang yang disewakan dirasa terlalu sempit.
Kami sendiri hanya bisa pasrah setelah mengirimkan dokumen yang diminta, seperti yang sudah biasa kami lakukan karena kerap menerima penolakan.
Tanda Tangan Kontrak
Selasa, 25 Januari 2022, sebuah panggilan masuk ke ponsel saya.
Rupanya agen properti yang terakhir kami kunjungi menelepon dan memberikan kabar baik, kami terpilih dan berhak menyewa apartemen yang kami kunjungi 4 hari lalu.
Kami hampir tidak percaya, namun gembira, apalagi kami mendapatkan apartemen yang memenuhi hampir semua kriteria kami.
Prosesnya berlangsung sangat cepat, di mana pada tanggal 18 Januari 2022 kami mengirim lamaran lewat Immobilienscout24, dan tak lama kami mendapat undangan untuk melihat apartemen pada 21 Januari 2022.
Setelah kami datang dan tertarik, kami mengirim lamaran beserta dokumen yang dibutuhkan pada keesokan harinya, pada 22 Januari 2022 melalui surel.
Melalui telepon, kami diminta datang ke kantor agen properti Bärlin Housing, agen yang mengurusi properti tersebut, untuk menandatangani kontrak sewa.
“Cahaya matahari dan wine!”, kata agen kami saat kami tanya kami perlu membawa apa saja.
Maksud kami tentu perlu membawa dokumen apa, yang tentu saja kami membawakan sebotol wine sebagai ucapan terima kasih.
Tanggal 2 Februari 2022 kami melakukan tanda tangan kontrak, dan keesokan harinya, kami menerima kunci pada tanggal 3 Februari 2022.
Kontrak kami harusnya berlaku mulai pertengahan Februari, namun pihak agen properti (Hausverwaltung) berbaik hati memberikan kunci jauh-jauh hari agar bisa segera menaruh barang.
Kami masih tidak percaya, karena prosesnya cepat, bahkan bisa dibilang kami tidak siap untuk pindah.
Namun apa boleh buat, kami tetap harus pindah, mengikuti keinginan kami.
Membayar Uang Sewa
Tentu saja, setelah kontrak ditandatangani, kami wajib membayar uang sewa (kaltmiete), uang perawatan (nebenkosten), dan uang jaminan (kaution) sebesar 3 bulan sewa.
Uang perawatan (nebenkosten) sendiri mencakup biaya pemanas ruangan, air (termasuk air minum dari kran), penggunaan air panas untuk kamar mandi dan dapur, pembuangan sampah, perawatan, dan kebersihan gedung.
Sementara uang jaminan biasanya digunakan oleh pemilik properti jika misal kami selesai kontrak, ada beberapa hal yang perlu diperbaiki atau diganti, uang jaminan ini akan digunakan untuk membayar biaya tersebut.
Uang jaminan ini bisa dikembalikan ke penyewa, namun kecil kemungkinan uang kembali utuh, karena biasanya uang jaminan ini digunakan untuk ongkos perbaikan properti.
Biaya listrik, gas (jika butuh), dan telepon, tidak termasuk dalam sewa, dan menjadi tanggung jawab penyewa.
Kami harus mengurus sendiri urusan listrik, karena meski di gedung apartemen sudah ada listrik, namun kami harus mengurus kontrak dengan perusahaan penyedia layanan listrik.
Di Jerman, ada sekitar 1.000 perusahaan penyedia layanan listrik yang bisa dipilih, sehingga jika misal kita tidak puas dengan layanan listrik dari satu perusahaan bisa berpindah ke perusahaan listrik lainnya.
Tentu saja jika area tempat tinggal itu tercakup oleh layanan perusahaan tersebut.
Begitu juga dengan internet, yang mana karena tempat kami termasuk baru, perusahaan penyedia layanan internetnya belum banyak, hanya ada Vodafone dan Deutsche Telekom.
Jaringannya pun masih menggunakan kabel (coaxial) dan DSL, meski di beberapa tempat sudah mendukung jaringan serat kaca (fiber optic).
Jika di apartemen yang sekarang kami membayar uang sewa dengan transfer ke rekening perseorangan si pemilik, di apartemen kami mengirim uang sewa ke rekening bank perusahaan.
Pemilik properti kami adalah perusahaan properti yang membangun kompleks hunian dan bisnis baru di Berlin.
Pindahan
Setelah memegang kunci apartemen baru, kami sudah bisa memulai pindahan kami.
Cerita tentang proses pindahan ini akan saya tulis di tulisan selanjutnya.
Yeaaay… Selamat menikmati apartemen baru, Mas Zam! Semoga betah.