Rangkuman Februari-Maret 2022

16 minutes 85 2

Akhir Februari 2022 hingga Maret hampir usai, merupakan masa-masa yang cukup sibuk buat saya.

Rencana saya untuk rutin memperbarui blog minimal setiap pekan juga otomatis sedikit terganggu.

Oleh karena itu saya merangkum beberapa hal yang terjadi, yang saya rangkum menjadi satu tulisan.

Pindahan

tempelan permohonan maaf jika berisik

Alasan utamanya tentu saja karena kami dalam proses pindah tempat tinggal, di mana kami tidak menyewa jasa angkut pindahan karena ongkosnya tidak murah, membuat kami memilih untuk memindah barang dengan menyicil.

Menyewa jasa angkut tidak bisa sembarangan, karena kami harus benar-benar merencanakan apa saja yang akan dibawa, kemudian mengirimkan daftar barang yang akan diangkut ke perusahaan angkutan, kemudian mereka akan memberi penawaran harga.

Ini menentukan jenis mobil dan jumlah tenaga yang diperlukan si perusahaan angkut yang ujung-ujungnya menentukan ongkos pindahan.

Ongkos makin mahal jika misalnya tempat tinggal berada di lantai atas tanpa lift, hal yang sangat umum di Berlin, di mana perlu usaha lebih untuk membawa barang ke atas.

Untungnya tempat tinggal baru kami tidak jauh, bahkan masih terhitung satu “kelurahan”, bahkan satu kode pos.

menggunakan koper untuk pindahan

Setiap akhir pekan kami memindah barang-barang kami dengan menggunakan koper besar, koper berukuran 24 liter yang dulu kami pakai untuk pindahan dari Indonesia ke Jerman, dan juga troli belanja yang dilihfungsikan membawa beberapa barang yang cukup berat.

Koper yang kami beli saat promo seharga Rp300.000-an di Ace Hardware itu benar-benar hanya menjadi koper pindahan, tidak pernah sekalipun digunakan untuk bepergian.

Kami mengandalkan transportasi umu, yaitu kereta S-bahn yang kemudian disambung dengan bus untuk membawa barang-barang tersebut.

Selesai bekerja jika tidak capek, saya kadang ke tempat tinggal lama untuk mengambil barang sebisanya untuk mempercepat proses pemindahan barang.

Saat ini bisa dibilang proses pindahan sudah hampir selesai, di mana masih ada beberapa barang kecil dan printilan yang belum sempat kami bawa.

Meski sudah tinggal di tempat baru secara penuh, kami masih membayar sewa tempat lama karena berencana membersihkan tempat tersebut sebelum menyerahkan kunci kembali ke pemilik.

Mengisi Rumah

Ikea, lokasi belanja perabot favorit kami

Karena tempat tinggal baru kami kosongan, kami sedikit demi sedikit mengisi dengan membeli perabotan.

Lokasi favorit kami tentu saja Ikea, karena harga perabot di Ikea adalah yang paling murah, dan pengirimannya lumayan ringkas, karena harus dirakit sendiri.

Bisa dibilang hampir tiap pekan kami ke Ikea, membeli perabotan kecil yang bisa kami bawa sendiri, sementara untuk perabot besar, kami memesan secara online dari situs Ikea.

Di Berlin, ada 4 cabang Ikea yang bisa kami datangi, di mana beberapa kali barang yang kami inginkan tidak tersedia di Ikea yang kami tuju, sehingga kami harus mencari barang tersebut di Ikea cabang lain.

Untungnya situs Ikea sangat membantu dalam mengetahui jumlah stok, bahkan lokasi barang tersebut, sehingga kami bisa langsung datang dan membawanya pulang.

troli belanjad dimodifikasi untuk mengangkut perabot Ikea

Urusan membawa barang juga membuat kami harus berpikir karena kami mengandalkan transportasi umum untuk membawa barang.

Lagi-lagi terima kasih kepada troli belanja yang sangat membantu setelah mengalami “sentuhan engineering” dari saya.

Di sekitar Ikea biasanya ada jasa pengiriman yang disebut dengan “möbel taxi” alias “taksi mebel”, namun tentu saja ongkosnya lumayan jika hanya membawa barang yang tidak begitu banyak.

Ini semacam layanan jasa membawa barang yang mana calon konsumen perlu melakukan tawar menawar jika perlu.

Itulah kenapa, untuk beberapa barang yang besar dan berat, kami memilih memesan online karena barang diantar hingga ke rumah, tentu dengan ongkos yang lumayan.

Kegiatan merakit perabotan Ikea ini merupakan kegiatan yang menyenangkan buat saya, di mana saya bisa merakit seluruh perabot, dari ranjang, meja, hingga lemari.

sketsa kasar tata letak perabotan dengan menggunakan masking tape

Tentu saja sebelumnya kami membuat sketsa kasar lokasi-lokasi perabot ini ditempatkan, yang sudah kami ukur dan kami tandai dengan menggunakan masking tape di lantai.

Terima kasih kepada sistem pengukuran Ikea, sehingga kami bisa dengan presisi bisa memperkirakan lokasi perabot kami.

Untuk urusan listrik, soket-soket lampu harus kami pasang sendiri.

Biasanya orang menyewa tukang listrik bersertifikat yang ongkos jasanya tidak murah, karena berurusan dengan tegangan listrik sangat berbahaya.

Sebagai engineer, apalagi dulu kuliah di program studi elektronika dan instrumentasi, membuat jiwa tukang saya terpanggil.

Untungnya, sistem kelistrikan di Jerman, sama dengan sistem kelistrikan di Indonesia, dari fase, frekuensi, tegangan, bahkan standar warna kabelnya juga sama.

merakit perabot dan memasang soket lampu

Saya pun bisa mengetahui cara memasang lampu gantung, lampu dengan soket-soket ajaib, hingga mengetahui konektor kabel favorit di Jerman bernama Wago.

Tentu saja, saya juga akhirnya berbelanja peralatan untuk mendukung pekerjaan ini, mulai dari membeli bor dan obeng nirkabel, pemotong kabel, multimeter, dan berbagai pernal-pernik pertukangan lainnya.

Yang menyenangkan lagi, terdapat denah dan bagan sistem kelistrikan di tempat kami yang memudahkan saya mengetahui saklar pengaman mana yang perlu saya matikan jika hendak berurusan dengan kabel listrik.

Terima kasih kepada standardisasi kelistrikan dan keteraturan Jerman.

Kami juga memasang pengumuman di pintu, karena kegiatan mengisi rumah, mulai dari merakit perabot hingga memasang beberapa hal ke dinding menimbulkan suara berisik.

Mendaftar ke Balai Kota (Anmeldung)

balai kota Rathaus Pankow

Selain urusan pindahan, kami juga melakukan urusan administrasi yaitu mendaftarkan alamat baru kami dan memperbarui alamat di kartu identitas.

Proses ini setidaknya harus dilakukan paling lambat 14 hari setelah tanggal masuk yang tertera di kontrak sewa rumah.

Masalahnya, urusan birokrasi Jerman bisa dibilang cukup berbelit, terutama dalam mendapatkan jadwal.

Kami harus membuat jadwal di kantor urusan warga (Burgeramt) yang biasanya ada di balai kota (Rathaus) untuk mendaftarkan diri dan mengubah alamat.

Mencari jadwal ini cukup sulit, karena jadwalnya sangat terbatas dan seringkali proses mendapatkan jadwal secara online ini membutuhkan kesabaran ekstra.

Untungnya, kami bisa mendaftarkan di balai kota mana saja, selama masih berada di Berlin.

layar menampilkan nomor antrean di ruang tunggu Rathaus Pankow

Kami akhirnya mendapatkan jadwal tepat 14 hari setelah tanggal pindah, namun lokasinya cukup jauh, bahkan bukan area tempat tinggal kami, yaitu di Rathaus Pankow.

Saat itu kami tidak memilih lokasi, yang penting mendapatkan jadwal sudah sangat cukup.

Untuk mendaftar, saya dan istri harus hadir berdua, menyerahkan berkas yang diminta, yaitu surat keterangan dari pengelola apartemen bahwa benar kami merupakan penyewa, paspor, dan kartu identitas kami.

Ini adalah pertama kalinya kami melakukan pendaftaran secara mandiri, karena sebelumnya, kami dibantu oleh agen relokasi.

Prosesnya sendiri begitu cepat, di mana kami datang sesuai dengan jadwal, menunggu sebentar hingga nomor antrean yang kami peroleh secara online muncul di layar di ruang tunggu, lalu menghadap ke petugas.

Saat menunggu di ruang tunggu ini, saya merasa hawanya mirip seperti sedang berada di kelurahan.

Sekitar 30 menit menghadap petugas, lembar Anmeldung pun kami terima dan kartu identitas kami ditempeli sticker berisi alamat baru dan stempel dari Burgeramt.

Efek Invasi Rusia ke Ukraina

Stasiun Utama Berlin menampilkan lampu berwarna bendera Ukraina

Penerapan sanksi kepada Rusia atas perbuatannya menyerang Ukraina cukup terasa dampaknya.

Selain munculnya berbagai protes dan demonstrasi setiap pekan di Berlin sebagai wujud solidaritas kepada Ukraina, saya melihat sendiri peristiwa kemanusiaan yang cukup membuat haru.

Beberapa tempat, kantor, dan area publik menampilkan dukungan solidaritas kepada Ukraina dengan mengibarkan bendera, warna biru-kuning, untuk menunjukkan dukungan.

Jerman menjadi salah satu negara yang membuka pintu untuk pengungsi Ukraina, di mana mereka diberi fasilitas khusus dari pemerintah melalui relawan.

Salah satunya adalah pengungsi Ukraina mendapatkan tiket kereta gratis untuk masuk ke Jerman, dan kemudahan urusan imigrasi, karena secara politik, Ukraina bukan anggota Uni Eropa apalagi wilayah Schengen.

relawan dengan rompi berwarna terang terlihat di Stasiun Utama Berlin

Di Stasiun Utama Berlin langsung penuh dengan kehadiran relawan yang menggunakan rompi berwarna terang, yang siap membantu pengungsi yang baru saja tiba di stasiun.

Saya yang seringkali wara-wiri di stasiun ini karena urusan pindahan, mengamati beberapa hal.

Misalnya, para relawan ini sangat banyak, dan setiap kali mereka melihat ada orang yang gerak-geriknya seperti pengungsi, terlihat dari barang yang mereka bawa, para relawan langsung mendekati dan melakukan pendampingan.

Para pengungsi ini diajak ke posko di salah satu sudut stasiun, untuk kemudian diberi makan dan minuman hangat, sembari didata untuk kemudian diberikan akomodasi.

Bus-bus kota milik BVG, perusahaan transportasi Berlin, disewa untuk mengangkut pengungsi ke lokasi penampungan.

papan petunjuk untuk pengungsi yang ingin ke Paris, Prancis

Selain penampungan, beberapa orang membuka tempat tinggalnya untuk dijadikan lokasi akomodasi para pengungsi ini, bahkan ada yang menampung hewan-hewan peliharaan yang dibawa oleh pengungsi.

Berlin sendiri terlihat siap menyambut gelombang pengungsi yang masuk ke Berlin.

Meski begitu, tidak semua pengungsi akan ditampung di Berlin, karena sebagian akan diarahkan ke kota-kota lain di Jerman, bahkan saya melihat ada juga yang akan disediakan transportasi ke Paris, Prancis.

Sayangnya, meski keberadaan relawan yang begitu banyak, ada saja orang jahat yang mengambil kesempatan dari kemalangan pengungsi ini.

Beberapa oknum begitu tega meminta uang kepada para pengungsi itu dengan alasan utuk menampung akomodasi mereka.

Kepolisian Berlin pun mempublikasikan cuitan meminta warga jika menemukan ada yang meminta uang untuk akomodasi, untuk segera melaporkan ke polisi.

Kantor saya pun juga ikut berpartisipasi dengan mengirimkan bantuan sejumlah 20 ton bahan makanan ke Polandia untuk didistribusikan kepada pengungsi.

Selain itu, kantor juga memberikan paket makanan gratis kepada yang menampung pengungsi Ukraina di rumah mereka.

Kantor juga menggalang dana dengan target 1 juta Euro untuk dikirimkan ke Ukraina, serta mempermudah akses lowongan pekerjaan untuk para pengungsi Ukraina.

Saya sendiri sebenarnya ingin bergabung dengan para relawan tersebut, sayangnya saya tidak bisa berbahasa Ukraina, membuat saya mengurungkan niat menjadi relawan dan hanya bisa membantu sebisa mungkin.

Apalagi saya memiliki rekan kerja dari Ukraina dan Rusia, membuat akses saya ke informasi yang dibutuhkan oleh mereka menjadi lebih mudah.

Kelangkaan Barang

tampilan harga bahan bakar di pom bensin BfT (Bundesverband freier Tankstellen) di Berlin

Situasi di Ukraina sendiri sedikit banyak berpengaruh pada suplai barang di Jerman.

Yang paling terlihat jelas adalah naiknya harga bahan bakar karena Eropa barat banyak yang bergantung pada minyak dan gas dari Rusia, sementara sanksi ekonomi membuat suplai ini terhambat.

Saya sendiri tidak merasakan secara langsung efek kenaikan harga bahan bakar tersebut, namun saya mulai merasakan dampak lainnya.

Salah satunya adalah keberadaan Indomie yang mulai terasa langka di supermarket Asia dan juga toko online langganan saya.

Maklum saja, Ukraina merupakan salah satu penghasil gandum terbesar, yang mana Indonesia banyak mengimpor gandum dari Ukraina.

Entah berhubungan atau tidak karena Indomie yang dijual di Jerman diimpor dari Indonesia melalui Belanda.

rak minyak goreng kosong karena pasokan minyak bunga matahari dan minyak rapa langka

Selain gandum dan tepung yang langka, di Jerman juga langka minyak goreng yang terbuat dari biji bunga matahari dan rapa (rapeseed).

Tentu penyebabnya berbeda dengan kelangkaan minyak goreng di Indonesia, kelangkaan minyak goreng di Jerman adalah karena pasokan bunga matahari berasal dari Ukraina dan Rusia.

Karena minyak bunga matahari langka, berimbas ke minyak rapa ikut diborong warga, dan hanya menyisakan minyak zaitun di rak-rak supermarket.

Tentu saja, minyak zaitun kurang cocok digunakan untuk menggoreng seperti minyak bunga matahari dan minyak rapa.

Minyak goreng yang terbuat dari sawit tidak ditemukan di Eropa karena adanya larangan penggunaan minyak sawit karena imbas rusaknya hutan di Indonesia dan Malaysia akibat sawit.

Namun karena kami termasuk yang jarang menggoreng sejak mempunyai airfryer, membuat kami tidak terlalu terimbas.

Untuk pengganti Indomie, ada satu merek yang kini menjadi favorit saya, yaitu Nongshim Shin Ramyun, yang juga ada di Indonesia dan memiliki sertifikat halal.

2 responses
  1. Gravatar of Peri Kecil Lia 🧚🏻
    Peri Kecil Lia 🧚🏻

    Kak Zam, selamat atas rumah barunyaa 😀
    Kalau di Jakarta, Indomie untungnya masih ada terus di minimarket. Mungkin pasokan untuk exportnya dikurangi supaya bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri kali ya?

  2. Gravatar of fanny_dcatqueen
    fanny_dcatqueen

    Naaaah itu dia mas .. aku pun sebenernya ga mendukung minyak sawit Krn aku tau bikin lingkungan rusak. Sejak minyak naik, aku udah males bikin menu goreng2 apalagi yg deep fried. Mendingan tumis aja atau yg ga butuh minyak banyak. Itupun kalo bisa diganti pake butter, aku LBH milih butter.

    Enaaak ya kalo basic nya engineer, bisa ngerti pemasangan instalasi listrik gitu. Kalo suamiku kurasa LGS sewa orang aja drpd korslet semua 🤣🤣.