Ini adalah ketiga kalinya saya mengganti gelang karet pelacak kegiatan Xiaomi Mi Band 2 saya.
Alasannya sama, lubang karet penahannya sudah longgar dan unit pelacaknya lepas dari gelang.
Gelang silikon Xiaomi Mi Band 2 sebenarnya awet, terutama bagian kait penguncinya yang tidak mudah lepas serta gelangnya tidak gampang putus.
Saya sangat puas dengan kualitas gelang silikon asli yang saya beli di Erafone, sebagai salah satu distributor resmi Xiaomi di Indonesia, secara online.
Selama menggunakan gelang ini dalam aktivitas sehari-hari, saya tidak mengalami gangguan pada kulit akibat bergesekan dengan gelang.
Saya pernah membeli dan memakai gelang yang bukan asli, harganya murah, tapi penguncinya gampang lepas, dan silikonnya membuat kulit saya gatal.
Salah satu ciri keaslian gelang adalah ada tulisan Xiaomi dan nomor seri yang tertulis di salah satu ujung gelang.
Dulu gelang silikon saya berwarna hitam, kemudian karena saya bosan dengan warna hitam, saya membeli warna hijau ini.
Saya membeli pada 22 September 2019 seharga Rp 39.000 sebanyak 2 buah, plus ongkos kirim Rp 9.000, karena saya pikir bisa masing-masing gelang bisa bertahan selama setahun.
Saat saya cek di Erafone online (yang kini berubah nama menjadi Eraspace), rupanya gelang tersebut masih ada, dan harganya sudah naik menjadi Rp 49.000.
Pesanan saya kirimkan ke alamat seorang teman, yang kemudian berbaik hati membawakan gelang tersebut kepada saya saat ia berkunjung ke Berlin, sekitar November 2019 lalu.
Jika dihitung, gelang silikon ini usianya tidak sampai setahun sejak saya ganti dari bulan November itu.
Gelang silikon ini dibungkus dengan plastik berwarna putih.
Dari kemasannya tertulis nama importir, PT Sinar Ekas Selaras dan kode produk MII-MYD4086-GRY.
Plastiknya pun tebal dan pengunci kemasannya menggunakan semacam zip lock.
Saya mendapatkan Xiaomi Mi Band 2 ini saat dulu sering mendapat undangan peluncuran produk terbaru Xiaomi, yang saat itu belum produk tersebut belum beredar.
Meski seri terbaru Xiaomi Mi Band 4 sudah beredar (dan sebentar lagi muncul Xiaomi Mi Band 5), saya enggan mengganti karena pelacak aktivitas ini masih berfungsi baik, meski layarnya sudah agak pudar dan agak sulit dibaca.
Namun selama seluruh data bisa diunduh dan ditampilkan melalui ponsel Xiaomi Mi 8 Lite saya, saya tidak masalah.
Sebenarnya saya masih punya Xiaomi Mi Band, namun pelacak aktivitas ini saya lungsurkan ke adik saya.
Saya menggunakan Xiaomi Mi Band 2 ini rata-rata untuk memonitor jam tidur dan jumlah langkah kaki saya.
Namun sejak pandemi dan saya bekerja dari rumah, jumlah langkah kaki saya sangat sedikit.
Selain itu, gelang ini juga berfungsi untuk membangunkan saya karena ketika alarm dari ponsel berbunyi, gelang ini akan bergetar dan membuat saya terbangun.
Aha! Menarik!
1. Saya termasuk tak gampang mengamini “ada harga ada rupa”. Sering kali tak terbukti. Kalau “barang bagus biasanya (lebih) mahal” saya menerima kalau terbukti.
2. Saya senang kalau ada orang bisa beli barang fungsional, apalagi ori, tapi harga bersahabat
3. Soal tali jam, memang merepotkan bagi saya. Kalau logam pasti berat di tangan, dan mengganggu saat kerja pakai laptop. Kalau kulit, akan cepat berjamur dan rusak karena kelenjar keringat saya aktif. Padahal tali kulit jam itu gak boleh Rp 100.000. Tali karet termasuk yang sintetis? Akhirnya robek juga.
4. Soal smartwatch, para 2018 saya Zeblaze Thor. Ada SIM card tapi gak pernah terima dan lakukan panggilan. Ada kamera tapi nggak pernah saya pakai. Baterai boros. Dan ini yang payah: gak bisa menghitung aktivitas bersepeda, terutama jarak dan kalori, padahal ada menunya. Kalo buat ngetrek jalan kaki sih bisa. Tertipu saya. ๐