Selama di Brussel, kami menginap di Qbic Hotel Brussel, yang berada di pinggiran sebelah selatan dari pusat kota.
Untungnya hotel ini gampang sekali akses transportasi publiknya, di mana terdapat halte tram Bailli yang dilewati tram jalur 8, 81, dan 93 serta halte bus yang dilewati bus bernomor 54 berjarak kurang dari 5 menit jalan kaki.
Istri saya memesan melalui Booking.com dengan tipe double room dengan harga 230,61€ untuk 3 malam sudah termasuk pajak pertambahan nilai 6% dan pajak kota (city tax) sebesar 4,24€ per malam untuk dua orang.
Kami dapat harga yang lumayan, mengingat hotel ini termasuk kelas bintang 4, meski lokasinya yang agak jauh dari pusat kota.
Buat kami tidak masalah hotel agak jauh asal masih bisa dicapai dengan transportasi publik.
Lokasi
Berada di daerah Ixelles, sebelah selatan pusat kota Brussel, area yang penuh dengan restoran, kafe, dan toko-toko.
Terdapat sebuah minimarket kecil di ujung pertigaan Rue Paul Spaak di mana hotel ini berada dan Rue Lesbroussart.
Meski gedung bangunannya nampak tua, hotel ini bisa dibilang cukup baru, di mana konsep green sangat kental diterapkan.
Saat kami datang pun, di beberapa bagian hotel sedang direnovasi dan rangka-rangka besi scaffolding berdiri bersandar di dinding-dinding.
Kami check-in sekitar jam 16:30 setelah mengunjungi Museum Kereta Api TrainWorld.
Rue Paul Spaak rupanya menanjak dan kami harus sedikit mendaki untuk menuju ke hotel.
Kami pun harus berhati-hati berjalan di jalan raya karena trotoar dan pinggir jalan digunakan truk-truk besar pengangkut bahan material bangunan parkir.
Meski dari luar gedung terlihat tua, bagian dalam terkesan sangat modern.
Meski ada petugas di lobi, kami diminta melakukan check-in mandiri menggunakan semacam layar monitor yang tersedia, dengan memasukkan kode booking dan mengisi data diri.
Karena kami membayar dengan metode pembayaran fleksibel, di mana pembayaran akan ditarik 3 hari sebelum menginap, kami diminta membayar deposit sebesar 26€ yang akan dikembalikan nanti saat check-out secara otomatis ke kartu debit.
Dengan metode pembayaran fleksibel ini, kami bebas biaya pembatalan hingga 3 hari sebelum tanggal menginap.
Lobinya cukup unik, di mana meja reseposionisnya terbuka dan terdapat akses masuk ke restoran Motley.
Terdapat ranjang besar di area lobi berada persis di samping pintu masuk dan sebuah ayunan, dengan tulisan cukup provokatif, “swingers welcome (at your own risk)“.
Fasilitas dan Layanan
Setelah check-in, kami diberi kartu akses untuk naik lift dan membuka pintu kamar.
Petugas yang ramah di lobi memberitahu bahwa jika kami memasang tanda kamar tidak perlu dibersihkan setiap hari, kami mendapat voucher senilai 5€ yang bisa digunakan di restoran Motley.
Jika ingin mendapat voucher tersebut, kami cukup menggantungkan boneka anjing dan menyematkan pin bertuliskan I support green di pintu kamar.
Kamar yang kami pesan tidak termasuk sarapan, karena kami memang berniat sarapan wafel di luar dan berburu kuliner di Brussel.
Karena berkonsep ramah lingkungan, air putih, teh, kopi, bisa diambil sendiri di galley yang berada di tempat terpisah di luar kamar.
Air putih dalam botol kaca jika habis bisa ditukar dengan meletakkan dan menukarnya di kulkas di dalam galley.
Botol susu segar yang diganti setiap hari juga tersedia di dalam kulkas dan bisa diambil untuk campuran kopi, teh, atau diminum langsung.
Sebuah mesin kopi Jura seri X10 dengan berbagai menu semacam kopi hitam, espresso, cappucinno, cafe latte, dan sebagainya bisa dipilih dari mesin kopi.
Di galley ini juga terdapat meja setrika dan setrika jika tamu ingin merapikan pakaian.
Lampu di dalam galley pun mati dan nyala secara otomatis ketika ada orang masuk ke dalam galley.
Masuk ke dalam kamar, terdapat kasur dengan mural komik di bagian latar belakang ranjang.
Komik yang tergambar adalah salah satu bagian dari mural komik di Brussel berjudul Le Jeune Albert karya Yves Chaland.
Sebuah bangku panjang merangkap tempat sampah dengan pemisah antara sampah basah, kering, plastik, dan sebagainya makin mengukuhkan kesan cinta lingkungan.
Jendela kamar kami menghadap ke sebuah taman kecil dan tempat parkir di samping hotel, di mana saat kami menginap berisi material bangunan.
Tersedia wifi yang kecepatannya kencang dan yang penting, ada colokan listrik di samping ranjang.
Ini cocok untuk kami yang setelah lelah jalan-jalan dan ingin rebahan sambil upload foto ke media sosial sembari mengisi daya ponsel.
Kamar mandinya cukup luas dan toiletnya seperti tipikal kamar mandi Eropa, toilet duduk tanpa bidet atau flusher dan hanya menyediakan tisu.
Di dalam kamar terdapat brankas, pengering rambut, speaker portabel USB, layar televisi, dan sofa.
Kasur dan bantal Qbic Hotel Brussel sangat nyaman dan empuk, bahkan bisa dibilang paling nyaman dari beberapa hotel yang pernah kami inapi.
Kesan dan Penilaian
Secara umum, hotel di Brussel memang cukup mahal.
Kami cukup bersyukur bisa mendapat hotel yang bagus dengan harga lumayan meski lokasinya cukup jauh dari pusat kota.
Akses yang mudah dan dekat dengan halte tram dan bus, menjadikan hotel ini mudah diakses.
Konsep ramah lingkungan sangat diterapkan dengan betul oleh hotel.
Kami sendiri meski tidak pernah menggunakan layanan pembersihan kamar dan berhak mendapatkan voucher senilai 5€, namun kami tidak mempergunakan kesempatan ini.
Selain karena lupa, ya kami berusaha ikut menghemat penggunaan sabun atau alat pembersih lain yang digunakan untuk membersihkan kamar.
Toh, kamar kami juga tidak kotor-kotor amat, hanya berantakan dengan barang yang berserakan di sana-sini.
Yang paling disuka dari hotel ini adalah kasur dan bantalnya yang luar biasa empuk dan nyaman.
Mesin kopi yang tersedia di galley dan bisa digunakan kapan pun menjadi nilai lebih, karena selain menghemat kopi dan teh yang biasa tersedia di dalam kamar, merawat mesin kopi seperti ini juga murah dan kopinya jelas enak.
Tema komik yang diterapkan di kamar, mulai dari mural hingga warna-warna yang digunakan menjadi nilai lebih dan memberikan sentuhan khas Brussel yang unik.
Selain di Brussel, Qbic Hotel juga memiliki cabang di Amsterdam dan London.
Wahaha… Swinger’s welcome (at your own risk) bener-bener provokatif itu.
Mesin kopinya saingan sama mesin kopi di Indomaret itu, Mas. Keren banget ini. Di Jogja sih saya cuma pernah ke beberapa hotel berbintang, Mas Zam. Tapi nggak ada satu pun yang nyediain–entah di kamar atau di resto–mesin kopi yang bisa bikin varian minuman sebanyak itu. 😀