Selesai mengunjungi Biosphäre Potsdam, kami bergeser ke Volkspark, taman besar sekaligus menjadi lokasi dari Biosphäre Potsdam, untuk menikmati bunga yang bermekaran.
Selain itu, kami juga mengunjungi dua gerbang yang merupakan bangunan bersejarah di Potsdam, yaitu Nauener Tor dan Brandenburger Tor, sebelum kembali ke Berlin.
Volkspark
Volkspark sendiri berarti taman rakyat, dari kata volks yang berarti rakyat dan park yang berarti taman.
Taman ini merupakan taman termuda yang ada di Potsdam, dengan luas sekitar 65 hektar, yang terdiri dari 4 taman, yaitu Remisenpark di utara, In den Wällen yang merupakan taman utama, Waldpark di timur, dan Wiesenpark di selatan.
Dari abad ke 18, dulunya taman ini merupakan lapangan untuk latihan militer, pantas saja taman ini begitu luas dan minim pohon besar.
Hingga pada tahun 2001, di bawah pengelolaan Bornstedter Feld, taman ini dirombak dan dialihfungsikan menjadi area utama untuk Pameran Holtikultura Federal 2001 (Bundesgartenschau 2001).
Kini area taman ini menjadi taman modern dengan berbagai fasilitas, mulai area jogging, skating, sepeda, dan olah raga lainnya, hingga kafe serta area bermain anak.
Sejak Februari 2019, taman ini memungut tiket masuk yang harganya menyesuaikan musim, di mana untuk musim panas (tanggal 1 Maret hingga 30 November) tiket untuk dewasa seharga 1,50€ dan untuk musim dingin (tanggal 1 Desember hingga 28/29 Februari) tiket untuk dewasa seharga 0,50€.
Tiket kami beli melalui sebuah kios yang juga menjual makanan ringan, minuman segar, dan es krim.
Belakangan kami mengetahui ada mesin otomatis yang juga menjual tiket ini setelah keluar.
Karena kami berkunjung sudah sore, sekitar pukul 16:00, kami hanya sempat berkeliling menikmati bunga yang bermekaran di area In den Wallen saja.
Kami masuk dari pintu masuk utama yang berada di samping Biosphäre Potsdam, salah satu dari 18 pintu masuk.
Begitu masuk, bunga-bunga tulip beraneka warna yang bermekaran menyambut kami.
Kami lalu naik ke atas bukit yang rupanya di balik bukit terdapat lapangan sepak bola dan bola basket.
Dari bukit ini, kami berjalan melewati jembatan-jembatan kayu menuju area bunga dahlia berwarna putih, kemudian turun ke area taman piramida.
Di sepanjang rumput, kami melihat bunga aster berwarna putih dan kuning.
Bunga lavender berwarna ungu mekar di taman piramida, di mana di taman ini terdapat piramida-piramida kecil dari batu.
Tak jauh dari taman piramida, terdapat sebuah kolam yang berisi dengan geromboloan ikan mas.
Warga terlihat asyik bersepeda, berlari-lari, bermain skateboard, di sekitar taman ini.
Sayangnya karena hari sudah cukup sore, kami hanya sebentar main ke sini dan tidak sempat menjelajah berbagai fasilitas yang ada.
Fasilitas yang ada di taman ini adalah tempat parkir mobil gratis, tempat parkir sepeda yang lengkap dengan peringatan pencurian sepeda, kios penjual makanan ringan, dan persewaan berbagai sarana bermain semacam kereta atau mobil-mobilan.
Untuk bule yang gemar berburu matahari, tempat ini juga cocok untuk lokasi piknik.
Nauener Tor
Dari Volkspark, sebelum kembali ke Berlin, kami menyempatkan diri mampir ke Nauener Tor, salah satu dari tiga gerbang bersejarah di Potsdam.
Kebetulan pas kami menuju Biosphäre Potsdam, tram yang kami tumpangi melewati gerbang ini.
Dengan tram nomor 96 tujuan Potsdam Hauptbahnhof, kami turun di halte Potsdam, Nauener Tor.
Nauener Tor dibangun pada tahun 1755, di mana gaya arsitektur bangunannya merupakan bangunan pertama sekaligus tertua di Eropa yang terpengaruh oleh gaya arsitektur gotik baru (neo-gothic) Inggris.
Gerbang ini dirancang oleh Johann Gottfried Büring yang menggambar berdasarkan sketsa dari Raja Prusia, Friedrich II yang Agung.
Nauener Tor ini dulunya menyambung dengan Jägertor dan Brandenburger Tor melalui tembok yang mengelilingi Potsdam.
Awalnya di bagian tengah gerbang terdapat barok berhiaskan bunga-bunga, dengan hiasan kepala makhluk ala gotik.
Pada abad ke 19, sekitar tahun 1867, barok tersebut dihancurkan bersamaan dengan penghancuran tembok kota.
Sepanjang bekas tembok kota yang telah hancur tersebut kini berganti dengan jalur pejalan kaki yang asri.
Tahun 1996-1997, Nauener Tor dipugar dan dikembalikan ke bentuk aslinya, dengan bangunan penghubung dua menara dibangun dengan gaya gothic revival.
Nauener Tor terletak di kawasan Belanda (Dutch quarter), yang dulunya banyak ditinggali tentara dan pedgang.
Kini di sekitaran Nauener Tor terdapat kafe dan restoran-restoran dan menjadi salah satu kawasan turis.
Di pelataran Nauener Tor ini juga sering dijadikan lokasi pasar natal atau keriaan.
Yang menarik, jalur tram nomor 92 dan 96 melewati pintu masuk Nauner Tor secara bergantian, karena lebarnya hanya muat untuk satu tram.
Brandenburger Tor
Brandenburger Tor yang ada di Potsdam ini berbeda dengan Brandenburger Tor yang ada di Berlin.
Gerbang ini dibangun pada tahun 1770-1771 oleh Carl von Gontard dan Georg Christian Unger atas perintah Raja Prusia, Friedrich II yang Agung.
Dari Nauener Tor kami berjalan kaki menuju ke Brandenburger Tor menyusuri Friedrich-Ebert Straße lalu berbelok ke Brandenburger Straße hingga ujung selama 15 menit.
Sepanjang jalan Brandenburger Straße, toko-toko membuka lapak hingga ke jalan.
Brandenburger Tor berada di ujung jalan dan menjadi pembatas dengan lapangan Luisenplatz.
Gereja St. Peter dan St. Paul berada persis di seberang Brandenburger Tor dengan jarak 800 meter.
Sebelumnya pada tahun 1733, terdapat gerbang kecil yang dibangun untuk mencegah penyelundupan dan menjadi pintu masuk barang ke kota untuk ditarik uang pajak.
Pada akhir perang tujuh tahun di Eropa, Raja Prusia, Friedrich II yang Agung memerintahkan penghancuran gerbang lama ini dan membangun gerbang baru sebagai tanda kemenangannya.
Gaya arsitektur Brandenburger Tor ini mengambil gaya romawi yang ditandai dengan tiga lengkung mengerucut (triumphal arch) yang mengacu pada bangunan Arch of Constantine di Roma.
Tampilan Brandenburger Tor memiliki dua sisi yang berbeda, di mana sisi yang menghadap ke kota dirancang oleh Carl von Gontard dan sisi yang menghadap ke luar, ke arah Luisenplatz dirancang oleh Georg Christian Unger.
Gontard menggunakan gaya Corintian dengan susunan bata horisontal dan memasang piala, sedangkan Unger menggunakan gaya Corintian dengan dua kolom dan menggunakan ornamen terompet ganda.
Dua sisi pejalan yang ada di gerbang baru ditambahkan pada tahun 1843 atas perintah Raja Friedrich William IV untuk meningkatkan kapasitas lalu lintas keluar masuk kota.
Setelah tembok kota runtuh di abad ke-19, bangunan Brandenburger Tor kini menjadi menonjol sendiri.