Mengisi liburan Paskah selama 4 hari (19-22 April 2019), saya dan istri memutuskan untuk jalan-jalan di sekitar Berlin saja.
Kami memutuskan pergi ke Potsdam, ibukota Bundesland (negara bagian) Brandenburg, yang mengelilingi Berlin.
Berlin sendiri, selain ibukota negara, juga berstatus sebagai kota setingkat negara bagian.
Jika diibaratkan, Berlin ini semacam DKI Jakarta sedangkan Brandenburg adalah provinsi Jawa Barat yang mana Potsdam ini ibukotanya, namun lokasinya berada di Bogor.
Berlin dan Brandenburg ini bergabung menjadi satu daerah bernama Berlin/Brandenburg Metropolitan Region, semacam Jabodetabek.
Oleh karena itu, jaringan transportasinya pun jadi satu di bawah pengelolaan VBB (Verkehrsverbund Berlin-Brandenburg) alias asosiasi transportasi umum Berlin-Brandenburg.
Sekilas Potsdam
Hingga tahun 1918, Potsdam yang berada di barat daya Berlin, merupakan kediaman raja-raja Prusia dan Kaisar Jerman.
Potsdam ini kotanya sangat cantik, dikelilingi oleh beberapa danau besar (See) yang saling berhubungan.
Kotanya pun, jika dibandingkan dengan Berlin yang terkesan sedikit kumuh, sangat bersih dan cantik!
Kami berangkat menuju ke Potsdam Hauptbahnhof menggunakan S-Bahn S7.
Karena kami tinggal di zona A Berlin, dan Potsdam Hauptbahnhof berada di zona C, maka kami membutuhkan tiket dengan zona A-B-C.
Pemegang tiket langganan tahunan BVG-Abo A-B atau VBB-Umweltkarte Berlin AB tinggal membeli tiket tambahan C.
Perjalanan menuju Potsdam Hauptbahnhof dari tempat kami naik sekitar 40 menit menggunakan S7.
Sepanjang perjalanan, selepas stasiun Westkreuz, pemandangannya berubah.
Pepohonan dan hutan pinus mulai menghiasai jendela.
Rel yang sejajar dengan jalan tol Autobahn Dreieck Funkturm, membuat saya seolah-olah sedang naik kereta menyusuri tol Cikampek.
Masuk Stasiun Wansee, danau besar Wansee mulai terlihat dan pemandangan pun makin cantik.
Stasiun utama (hauptbahnhof) Potsdam memang tidak sebesar Berlin Hauptbahnhof, namun soal kebersihan, Potsdam Hauptbahnhof jauh lebih bersih dan asri.
Kami turun di peron 7 stasiun lalu naik menggunakan eskalator lalu mengikuti petunjuk ke arah Tram.
Untuk menuju Biosphäre Potsdam, kami harus naik Tram bernomor 96 tujuan Potsdam, Campus Jungfernsee dan turun di halte Potsdam, Volkspark.
Tram di Potsdam berbeda dengan Tram yang biasa kami lihat di Berlin, di mana Tram di Potsdam lebih ramping, mungil, dan warnanya cantik.
Jika di Berlin, Tram dioperasikan oleh BVG dengan warna dominan kuning, Tram di Potsdam dikelola oleh ViP yang menggunakan warna putih dan toska.
Kami menunggu Tram 96 sekitar 10 menit di halte Potsdam Hauptbahnof di jalur 2 dan perjalanan menempuh waktu sekitar 15 menit dengan melewati 11 halte.
Halte Potsdam, Volkspark berada tepat di depan Biosphäre Potsdam.
Biosphäre Potsdam
Biosphäre Potsdam adalah hutan tropis dalam ruangan (indoor tropical rain forest) seluas 72.000 M2.
Koleksi tanaman yang ada di sini berjumlah 20 ribu, yang mewakili 350 spesies, serta beberapa hewan khas tropis berupa serangga, unggas, reptil, dan ular.
Selain hutan, kawasan ini juga memiliki restoran, kafe, ruang eksplorasi, ruang multimedia Aiship, ruang pertemuan, dan Aquasphäre.
Kawasan ini menjaga nuansa hutan tropisnya tetap hangat sepanjang tahun, lengkap dengan hujan buatan, suara petir dan efek kilat yang muncul setiap jam.
Kami membeli tiket masuk harian seharga 11,50€ per orang.
Selembar brosur berisi peta dan beberapa informasi tentang acara yang diadakan di sini diberikan sebagai panduan.
Di tempat ini terdapat loker untuk menyimpan tas, jaket, dan barang-barang bawaan yang sekiranya mengganggu.
Tidak ada penjaga yang memeriksa tiket, di mana setelah membeli tiket bisa langsung masuk.
Biosphäre Potsdam buka setiap hari, dengan jadwal hari Senin hingga Jumat jam 09:00 hingga 18:00 (penjualan tiket terakhir jam 16:30) dan hari Jumat, Sabtu, Minggu dan hari libur buka jam 10:00 hingga 19:00 (penjualan tiket terakhir jam 17:30).
Seperti pada tempat-tempat lain di Jerman, Biosphäre Potsdam sangat ramah terhadap penyandang disabilitas.
Hampir seluruh sudutnya bisa dijangkau dengan kursi roda atau stroller bayi menggunakan lift atau jalan landai khusus.
Anjing, kecuali anjing pelayan (service dog), tidak diperkenankan masuk karena dikhawatirkan akan mengganggu hewan-hewan yang ada di dalam.
Ruang Eksplorasi
Kami masuk menuju Ruang Eksplorasi (Forscher Zimmer).
Kami sempat clingak-clinguk mencari penjaga pemeriksa tiket, rupanya di sini tidak ada penjaga yang memeriksa tiket.
Di depan Ruang Eksplorasi terdapat beberapa koleksi hewan pengerat dari Brasil yang bentuknya sekilas mirip hamster namun berukuran lebih besar.
Karena suasana Paskah, kami juga melihat cangkang telur burung unta yang dikumpulkan dengan telur bebek, telur ayam, dan telur puyuh.
Kami kemudian kami menuju lorong yang berisi beberapa kutipan dari tokoh-tokoh biologi dan ilmuwan lain tertulis di dinding dalam Bahasa Jerman dan Bahasa Inggris.
Di lorong ini pula, kami melihat alat peraga tentang pengolahan ulat sutera dari kepompong hingga menjadi kain.
Beberapa alat peraga di sini boleh disentuh, misal kepompong ulat sutera dan kain olahan hasil sutera yang berbeda-beda.
Saya bisa menyentuh dan merasakan sendiri bentuk kepompong sutera dan kain olahan sutera lembut yang tidak pernah saya sentuh sebelumnya.
Di ujung lorong terdapat ruang pamer yang menggambarkan penerapan teknologi yang terinspirasi dari alam, misalnya teknologi antiair dari daun talas, metode sisik ikan hiu untuk perlindungan kuat, hingga tumbuhan jarum yang menginspirasi velcro.
Beberapa alat peraga di sini dibuat interaktif, misal ada tampilan yang bisa dilihat menggunakan kacamata 3D dan contoh daun talas dan air untuk dimainkan supaya anak-anak bisa melihat langsung konsep antiair.
Di ruangan ini pula terdapat lift satu arah yang akan membawa kami ke bawah menuju ke hutan tropis.
Hutan Tropis
Suara air yang bergemericik berasal dari air terjun buatan yang jatuh ke kolam menyambut kami begitu pintu lift terbuka.
Saya langsung mencium aroma lembap yang biasa saya rasakan di Indonesia.
Saya langsung terkagum-kagum melihat taman yang lebat dan membuat saya merasa berada di hutan tropis.
Ruangan ini diselimuti dengan rangka-rangka baja dan kaca untuk menjaga temperatur dan kelembapan, serta memberi efek rumah kaca.
Ini adalah atraksi utama dari Biosphäre Potsdam, di mana di sini selain hutan tropis mini, juga terdapat alat peraga dan jembatan gantung untuk melihat dari dekat pucuk pohon-pohon yang bisa tumbuh hingga 14 meter.
Di dalam kolam saya melihat kura-kura Brasil tengah berjemur dan bebek berleher putih (Dendrocygna viduata) tengah bersantai di tepi kolam.
Meski ada papan petunjuk yang memberi informasi satwa penghuni kolam, saya tidak melihat seluruh hewan ini di dalam.
Di beberapa sudut terdapat kode QR yang bila dipindai menggunakan aplikasi Actionbound akan memberikan informasi detail tentang koleksi tersebut.
Alat peraga di hutan tropis ini sungguh menyenangkan dan interaktif.
Saya mencoba alat peraga yang merupakan simulasi fungsi kapiler pada batang pohon, dengan cara memompa air pada tabung-tabung sampai ke atas.
Rupanya berat sekali karena tekanan yang cukup besar membuat saya hanya kuat memompa beberapa kali dan hanya sanggup mengangkat air beberapa sentimeter.
Di sudut lain terdapat alat peraga geiser, yang bila dipompa akan muncrat air di kolam. Ini memberi informasi tentang bagaimana geiser bekerja yang mana karena tekanan dari perut bumi, air bisa muncrat ke permukaan.
Alat peraga lain yang membuat saya berdecak kagum adalah sebuah alat peraga yang terbuat dari kayu dan selang karet dengan ujung kayu.
Di ujung kayu ini ada lubang-lubang yang bila dicium akan tercium bau yang berbeda di setiap ujungnya.
Alat peraga ini memberi informasi tentang berbagai bahan di alam yang diambil aromanya.
Saya hanya bisa mengenali bau coklat, bau citrus, bau rempah, dan bau segar seperti parfum.
Beberapa ekor pheasant dengan warnanya yang cantik terlihat berjalan-jalan bebas di antara semak-semak.
Di hutan ini pula, saya melihat pohon yang rasanya tidak asing, pohon pisang dan bambu kuning!
Rumah Kupu-Kupu
Salah satu atraksi utama di Biosphäre Potsdam adalah rumah kupu-kupu, yang memiliki setidaknya 20 spesies kupu-kupu tropis.
Begitu masuk, saya langsung disambut puluhan kupu-kupu yang berterbangan dan beberapa terlihat hinggap di bunga menyesap nektar atau sekadar berjemur di bawah terik matahari.
Seorang petugas tengah menjelaskan proses metamorfosis kupu-kupu kepada pengunjung bule sambil menunjukkan beberapa contoh ulat dan kepompong yang dipelihara di sini.
Buat saya yang biasa di daerah tropis dan mengetahui proses metamorfosis dan pernah melihat langsung bentuk ulat, kepompong, hingga kupu-kupu, terlihat biasa saja.
Namun bagi bule yang tidak pernah melihat langsung, hal ini sangat menakjubkan.
Dari 20 spesies yang ada, saya hanya melihat sekitar 5 spesies yang beterbangan ke sana kemari.
Saya melihat 3 spesies yang cukup dominan, yaiut kupu-kupu emas (Heliconius hecale), kupu-kupu Red Postman (Heliconius erato), dan kupu-kupu burung hantu (Caligo memnon) yang ukurannya besar.
Aquasphäre
Dari rumah kupu-kupu, kami melanjutkan perjalanan ke arah Aquasphäre alias dunia air.
Di pintu masuk Aquasphäre, ada sebuah ruang yang bisa menggaungkan suara, di mana anak-anak suka sekali berteriak-teriak di dalam ruang ini lalu suara akan terpantul berkali-kali.
Konsep Aquasphäre mengajak pengunjung seolah-olah berada di dalam kapal selam yang sedang melaju di tengah laut.
Di beberapa jendela, menampilkan beberapa sosok hewan laut dalam yang buruk rupa, salah satunya anglerfish lengkap dengan lampu yang menyala-nyala dari antenanya.
Di ruang kemudi, jendela-jendela diisi dengan akuarium yang menampilkan hewan-hewan karang lengkap dengan terumbu karang yang cantik.
Saya melihat ikan badut, surgeonfish, dan angelfish tengah berenang-renang membuat saya ingin kembali menyelam.
Di ruang ini juga terdapat periskop yang bila diintip terdapat tampilan video tentang laut.
Keluar dari ruang kemudi menuju pintu keluar, terdapat ruangan yang menjelaskan tentang cara menjaga kelestarian laut.
Beberapa alat peraga menampilkan sampah plastik yang memenuhi lautan, di mana diharapkan manusia mengetahui dampak negatifnya dan tidak membuang sampah plastik ke laut.
Kafe Tropencamp
Kami naik ke lantai paling atas, menuju ke Kafe Tropencamp di bagian paling belakang.
Untuk menuju kafe ini bisa menggunakan lift atau tangga yang melewati jembatan di atas hutan tropis.
Jembatan di atas ini menghubungkan Kafe Tropencamp dan area pertunjukan Airship, restoran Urwaldblick, dan toko suvenir, sebelum akhirnya keluar.
Di tengah jembatan terdapat alat peraga berisi contoh sayap kupu-kupu yang di-laminating dan kaca pembesar yang bisa digunakan untuk melihat lebih detail corak dari sayap kupu-kupu.
Kami memutuskan untuk beristirahat sejenak di kafe ini sembari menunggu jadwal pertunjukan di Airship yang berlangsung setiap jam, mulai dari jam 10:30.
Namanya juga kafe, tempat ini menjual kopi, minuman segar, es krim, dan kue-kue untuk menikmati suasana kolam yang ada di depannya.
Harga makanan dan minuman di sini wajar, tidak berbeda dengan harga makanan di tempat lain.
Jika di Indonesia, biasanya harga makanan di kawasan wisata akan mahal sekali, di sini semua harga sama, karena tidak ada pajak macam-macam.
Tentu saja, karena pajak yang ditarik oleh pemerintah Jerman sudah sangat tinggi, jadi tidak perlu lagi memungut pajak lainnya.
Kami membeli dua potong kue dan dua minuman jus, menghabiskan 10,50€.
Kafe ini juga memiliki area merokok yang ada di bagian luar dan area bermain untuk anak-anak.
Saat kami bersantai, seekor burung dengan santai mendarat dan mendekati kami.
Tiba-tiba air dari atap jatuh menetes ke kolam di depan kafe.
Rupanya air ini merupakan simulasi dari hujan yang jatuh ke kolam yang dihuni beberapa bebek, ikan, dan kura-kura.
Yang membuat saya heran, bebek di kolam ini tidak pergi ke mana-mana meski tidak ada pagar yang membatasi kolam dan sekitarnya.
Airship
Sekitar jam 15:30 kami masuk ke ruang multimedia Airship yang berbentuk semacam kapal dengan balon udara.
Di dalam ruangan ini terdapat layar besar dan 4 deret bangku panjang.
Selain kami, ada 3 anak-anak dan 3 orang dewasa ikut masuk untuk melihat pertunjukan selama 5 menit.
Setelah pintu ditutup, kami seolah-olah dibawa menuju ke hutan di Kalimantan, Malaysia, dengan menggunakan airship.
Bangku yang kami duduki rupanya bisa ikut bergerak-gerak, mengimbangi gerakan di layar saat menukik atau terbang ke atas.
Tayangan di layar bercerita tentang hutan tropis dan fungsinya sebagai paru-paru bumi serta pentingnya menjaga kelestarian hutan.
Dalam hati saya sedih, karena mengetahui kondisi hutan di Kalimantan yang makin lama makin menipis karena penebangan liar atau pembukaan hutan.
Setelah tayangan selesai, kami keluar dan menuju ke toko suvenir lalu keluar.
Informasi Lain
Saya sempat membuat sebuah Instagram Story tentang kunjungan saya ke sini, di mana di dalamnya terdapat foto-foto dan video.
Selain cerita dari Instagram Story saya, beberapa foto bisa dilihat di beberapa kanal media sosial (Facebook, Youtube, Instagram, dan Pinterest) Biosphäre Potsdam, atau menggunakan tagar #biosphaerepotsdam.
Lokasi Biosphäre Potsdam juga bisa ditemukan di Peta Google.