Setelah Omni ROM, ROM yang saya coba kali ini adalah Xenon HD. Saya memilih Xenon HD karena setelah membaca beberapa ulasan, ROM ini termasuk ROM “cantik” namun tetap mempertahankan performa.
Xenon HD dikembangkan oleh Team Horizon, yang basisnya menggunakan AOSP (Android Open Source Project).
Xenon HD, saat tulisan ini dibuat, secara resmi mendukung 26 perangkat. Beruntung, Xiaomi Redmi Note 3 (Pro) alias Kenzo merupakan salah satu perangkat yang didukung secara resmi.
Instalasi Xenon HD
Instalasi dilakukan menggunakan TWRP ZCX seperti saat saya memasang Lineage OS. Bedanya hanya pada berkas ROM yang digunakan saja.
Saya menggunakan ROM yang dirilis pada 25 April 2017 (170425) dan memasang Open Gapps versi pico. Saya tidak memasang SuperSU untuk rooting karena Xenon HD yang saya gunakan telah tertanam Magisk Manager.
Saya sempat mengalami bootloop (ponsel berhenti pada proses booting dan tidak bisa masuk ke sistem) karena memasang SuperSU saat flashing.
Sebelum instalasi, saya membersihkan (wipe) seluruh data dan membuat cadangan ROM jika nanti terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Saya memindahkan seluruh berkas zip ke flashdisk yang akan saya pasang menggunakan USB OTG.
Proses instalasi memakan waktu tak sampai 10 menit dari proses flashing hingga booting.
Antarmuka Nova Launcher
Saya dihibur dengan animasi Xenon HD yang cantik. Sebuah lingkaran waran-warni yang berputar mengelilingi tulisan Xenon HD.
Setelah melalui proses pengaturan ponsel pertama kali, saya disambut dengan tampilan cantik dari Nova Launcher.
Dari informasi Nova Launcher, rupanya Xenon HD dibangun berdasar pada Lineage OS.
Nova Launcher akan menanyakan beberapa hal terkait dengan tampilan dan tema yang akan digunakan.
Pengaturan ini nantinya bisa juga diatur di menu Pengaturan Nova.
Nova Launcher yang saya gunakan adalah versi 5.0.1, namun saya bisa memperbarui Nova Launcher ini dari Google Play ke versi 5.0.3.
Nova Launcher terdiri dari tampilan layar utama dan Drawer.
Pada layar utama, bar pencarian Google tidak dapat dihilangkan, namun bisa diganti-ganti style tampilannya.
Jika menggeser layar utama ke kiri, maka akan muncul halaman pengaturan widget untuk dipasang di layar utama.
Pada layar utama, pada aplikasi yang mendukung, saat ikon ditekan dan ditahan, akan muncul menu-menu pintasan untuk mengakses fitur aplikasi tersebut.
Misal pada aplikasi Twitter, saat ikon Twitter ditekan dan ditahan, muncul pintasan menu pencarian, membuat twit baru, membuat pesan baru, dan menampilkan kode QR.
Tampilan Drawer-nya mirip dengan tampilan Drawer pada Omni ROM. Bedanya di Xenon HD, ada tambahan menu pintasan untuk mengkases aplikasi yang terakhir digunakan.
Jumlah ikon aplikasi yang ingin dimunculkan bisa diatur sesuai keinginan. Mulai dari jumlah baris dan kolom, bisa diatur jumlahnya.
Jika tidak menyukai model ikonik, tampilan Drawer bisa diubah ke bentuk daftar seperti pada tampilan di Lineage OS.
Pada bar status, saya bisa memunculkan informasi kecepatan jaringan, mengatur posisi jam dan tanggal, dan indikator baterai.
Buat penyuka kecantikan, Nova Launcher ini patut dipertimbangkan. Beberapa menu pengaturannya membuat tampilan tetap cantik tanpa mengurangi performa.
Meski tampil cantik, entah kenapa saya kurang begitu menyukai tampilan Nova Launcher. Menurut saya terlalu fancy, dan bukan selera saya.
Tema Substratum
Xenon HD secara default Substratum menyertakan sebagai theme manager. Saya kemudian mencoba beberapa tema dengan mengunduh dari Google Play.
Untuk memasang tema Substratum dibutuhkan akses root. Magisk Manager yang saya terpasang secara default berfungsi dengan baik.
Substratum dapat mengubah banyak hal, mulai dari font, tema, hingga animasi saat booting bisa diubah oleh Substratum.
Saya kemudian mencoba menggunakan animasi booting Pixel UI dan benar saja, Xiaomi Redmi Note 3 saya memainkan animasi booting persis seperti Google Pixel!
Selain tema gratisan, jika berminat bisa membeli tema-tema berbayar yang tersedia di Google Play.
Performa dan Kinerja
Xenon HD dikembangkan berbasis pada Android 7.1.1 (Nougat) yang tentunya mewarisi semua kemampuan dari leluhurnya.
Xenon HD mendukung split screen di mana dua aplikasi bisa berjalan bersamaan dalam satu layar. Misal saat saya ingin menonton Youtube tapi tetap ingin membuka Twitter atau membaca blog, bisa dilakukan secara berbarengan dari satu layar.
Xenon HD juga mendukung mode tamu dan multiakun. Ini sangat berguna saat ponsel dipinjam oleh orang dan saya tidak ingin orang mengakses ke aplikasi dan segala hal yang ada di ponsel saya.
Untuk mengaktifkan mode tamu, saya tinggal menggulir dari bar status, menekan tombol akun, dan beralih ke mode Tamu.
Mode Tamu ini membuat seolah-olah ada dua ponsel namun berada dalam satu ponsel.
Selain mode Tamu, saya juga bisa menambah akun lain ke ponsel. Ini seperti konsep multi-desktop di komputer.
Xenon HD terasa lebih berat bila dibandingkan dengan Omni ROM atau Lineage OS. Dari posisi mati, Xenon HD memakan waktu sekitar 15 detik untuk menyala, setelah logo Mi hilang.
Dari informasi memori, Xenon HD rata-rata menggunakan memori RAM sebesar 1,3 GB dari total 1,8 GB, meski secara spesifikasi Xiaomi Redmi Note 3 mempunyai RAM 2 GB. Penggunaan memori paling besar adalah sistem operasi Android yang menghabiskan RAM sebesar sekitar 1 GB.
Dengan menggunakan Antutu Benchmark versi 6.2.7, nilai yang diraih oleh Xiaomi Redmi Note 3 dengan Xenon HD adalah 74.000-an.
Xenon HD mendukung pembaruan sistem OTA (over the air) alias melakukan pembaruan langsung dari sistem operasi. Namun saya tidak dapat melakukan pembaruan, karena saat mencoba melakukan pemeriksaan pembaruan, saya mendapat pesan kesalahan, yang intinya berbunyi bahwa perangkat Xiaomi Redmi Note 3 saya tidak kompatibel. Sungguh aneh..
Xenon HD menanamkan beberapa aplikasi tambahan secara default. Beberapa di antaranya adalah AdAway yang berguna untuk menghalau iklan yang mengganggu, Magisk Manager untuk rooting dan modifikasi sistem, Kernel Auditor untuk melakukan optimasi kernel, Substratum untuk manajemen tema, MiXplorer untuk manajemen berkas, dan 2 aplikasi kamera.
Meski banyak aplikasi tambahan yang ditanam, Xenon HD tidak menyertakan aplikasi peramban.
Jaringan 4G/LTE
Xenon HD langsung mengenali jaringan 4G/LTE. Kartu XL saya langsung dikenali dan muncul simbol LTE pada indikator sinyal di bar status.
Dugaan saya, Xenon HD juga mendukung VoLTE. VoLTE merupakan singkatan dari Voice over LTE, di mana secara singkat, jaringan 4G/LTE tidak hanya digunakan untuk data, namun juga untuk komunikasi suara (menelepon).
Saya belum mencoba fitur VoLTE, karena operator yang mendukung VoLTE di Indonesia hanya Smartfren.
Secara spesifikasi, Xiaomi Redmi Note 3 mendukung frekuensi 4G/LTE 2.300 MHz (band 40) yang dipakai Smartfren dan Bolt, juga frekuensi 1.800 MHz (band 3) yang dipakai oleh operator Telkomsel, Indosat, XL, dan Tri.
Penghematan penggunaan data bisa dengan mudah diaktifkan dari menu seluler. Penggunaan data pun bisa dipantau dan memberikan peringatan jika penggunaan data mendekati batas yang ditetapkan.
Penghemat data ini berfungsi dengan cara mencegah beberapa aplikasi mengirimkan data saat berjalan di latar belakang. Konsekuensinya, beberapa fungsi notifikasi aplikasi mungkin tidak berfungsi secara sempurna.
Fitur yang tidak ada di Lineage OS, yaitu status kecepatan pada bar status, didukung di Xenon HD. Saya bisa memunculkan kecepatan jaringan ini dari menu Bar pada Pengaturan.
Informasi yang ingin ditampilkan pun bisa dipilih apakah kecepatan unduh, unggah, atau keduanya.
Namun saat saya mencoba melakukan panggilan, saya sama sekali tidak mendengar nada sambungan. Saat ponsel tujuan diangkat, tidak terdengar suara apa pun. Bisa dibilang Xenon HD gagal dalam fungsi dasar telepon.
Saya menduga ini karena VoLTE aktif. Saat saya aktifkan VoLTE, saya tetap tidak dapat melakukan panggilan.
Pesan SMS dapat digunakan dan lancar baik dalam menerima dan mengirim.
Sensor Sidik Jari dan Keamanan
Sebagai penggemar kunci sidik jari, ini fitur penting yang harus didukung oleh sistem operasi ponsel.
Xenon HD mampu mendeteksi dan menggunakan sensor sidik jari ini dengan baik. Pembuka kunci dengan sidik jari berlangsung cepat.
Ada lima pilihan penguncian layar, pertama tanpa penguncian, kedua dengan menggesek layar ke arah tertentu, menggunakan pola, menggunakan PIN, dan menggunakan kata sandi.
Fitur Smart Lock dari Google juga berjalan baik di Xenon HD.
Mengaktifkan Smart Lock, saya bisa membuka kunci dengan mode pendeteksian pada tubuh, berbasis lokasi, dan menggunakan perangkat lain.
Xenon HD juga mendukung fungsi penguncian per aplikasi. Saat aplikasi yang dipilih dilindungi, aplikasi tidak akan bisa dibuka tanpa membuka kunci yang telah diset.
Baterai
Salah satu fitur Android N adalah penggunaan baterai yang optimal. Fitur ini diadaptasi dengan baik oleh Xenon HD.
Pada profil penggunaan normal, baterai berdaya 4.000 mAh mampu bertahan hingga sekitar 17 jam.
Penyedot daya paling besar adalah penggunaan layar dan jaringan seluler. Penggunaan daya bisa lebih dihemat lagi dengan mengaktifkan profil penghemat daya.
Pengalaman saya, setidaknya saya mengisi daya baterai sehari sekali saat akan tidur. Itu pun posisi baterai masih sekitar 15% hingga 20% setelah digunakan normal sehari-hari.
Jika tidak banyak digunakan, baterai bisa bertahan hampir 2 hari tanpa mengisi.
Indikator baterai juga bisa diset tampilannya. Saya paling suka menggunakan indikator lingkaran dengan penunjuk persentase di bagian dalam.
Jika menengok bagian Pengaturan lalu melihat performa Baterai, ada indikator kira-kira berapa lama penggunaan ponsel bisa digunakan.
Grafik penggunaan daya juga berguna untuk memantau kesehatan baterai.
Kamera
Xenon HD menyertakan 2 aplikasi kamera. Satu kamera Snap adalah bawaan Cyanogenmod (Lineage OS) satunya adalah bawaan Android. Yang utama adalah kamera Cyanogenmod.
Kamera Snap memiliki fitur yang lengkap bila dibandingkan dengan kamera bawaan Android.
Kamera Snap memiliki pengaturan lampu kilat, lokasi GPS, ukuran gambar, mutu gambar, penghitung mundur, pilihan media penyimpanan, bidik terus menerus (continous shoots), pendeteksi wajah, pengaturan ISO, kompensasi pencahayaan, keseimbangan putih (white balance), durasi fokus sentuhan, pengurangan mata merah (red eye reduction), suara rana, pembidik dengan tombol power, pengaturan saturasi, pengaturan kontras, pengaturan ketajaman, pencahayaan, antibanding, dan pengurangan noise.
Kamera Snap juga memiliki mode otomatis, HDR, action untuk memotret obyek bergerak, perkaya realita, lampu latar, pantai, cahaya lilin, kembang api, bunga, lanskap, malam, lukisan malam (night portrait), pesta, lukisan (portrait), salju, olah raga, foto stabil, senja, teater, dan bidikan terbaik.
Selain mode kamera dan video, kamera Snap juga memiliki mode panorama.
Kamera bawaan Android menunya tidak sebanyak Kamera Snap. Kamera bawaan Android hanya bisa mengatur penghitung mundur, menampilkan garis bantu, mengatur lampu kilat, dan akses ke kamera depan.
Kamera Video
Kamera video Snap mampu merekam gambar dengan resolusi 4K UHD. Pengaturan video Snap juga memiliki fitur yang lengkap bila dibanding dengan kamera bawaan Android.
Saya tidak menemukan pengaturan pencahayaan dan pengaturan jumlah frame untuk gerakan lambat atau gerakan cepat pada kamera Snap.
Saat mengambil gambar video, saya bisa mengambil foto dengan menekan layar pada frame yang ingin saya abadikan sebagai foto.
Saya mencoba mengambil video dengan format 4K UHD dan 1080p HD. Secara kasat mata, kualitas video antara kedua resolusi ini tidak begitu terlihat jelas. Kemungkinan karena saya melihatnya di layar Xiaomi Redmi Note 3 yang terbatas resolusinya di 1920×1280 piksel saja.
Saat saya lihat di layar Macbook Pro, saya juga tidak bisa melihat perbedaan signifikan antara kedua video. Kemungkinan lagi-lagi layar Macbook Pro saya yang belum mendukung format 4K.
Satu-satunya perbedaan yang bisa saya lihat dengan jelas adalah pada ukuran berkas. Berkas video berdurasi 30 detik pada format 4K menghabiskan ruang sebesar 150 MB, sedangkan untuk video berdurasi yang sama, pada format 1080p menghabiskan 70 MB.
Kualitas gambarnya walau tidak terlihat tajam sekali, tapi masih jelas dan jernih. Pada situasi minim cahaya, muncul noise yang menurut saya masih dalam batas wajar. Respon perpindahan dari situasi gelap ke terang dan sebaliknya juga cukup cepat.
Buat saya yang suka membuat vlog dengan menggunakan ponsel, hasil videonya masih bisa ditolerir. Sya juga sadar betul keterbatasan perangkat keras di ponsel.
Yang menarik, kamera video Snap menyediakan pengaturan manual dan efek-efek yang bisa dipakai, antara lain monokrom, sepia, negatif, matahari, posterisasi, aqua, menatah, sketsa, dan neon.
Sedangkan kamera video pada Kamera bawaan Android hanya mampu menampilkan garis bantu dan akses ke lampu kilat saja.
Rangkuman
Versi ROM | 170425 |
---|---|
Tanggal Rilis | 25 April 2017 |
Versi Android | 7.1.1 |
Skor Antutu Benchmark Rata-Rata | 74.000 |
Waktu Booting Rata-Rata | 25 detik |
Penggunaan Memori Rata-Rata | 1,3 GB |
Dukungan Pembaruan OTA | Ya |
Dukungan 4G/LTE | Ya |
Dukungan VoLTE | Ya, namun tidak bisa digunakan untuk menelepon |
Dukungan Kamera Video 4K | Ya |
Dukungan Kamera Panorama | Ya |