Menyelam bisa dibilang merupakan aktivitas yang berbahaya. Tidak sembarang orang bisa menyelam, tapi dengan mengikuti pelatihan untuk mendapatkan sertifikasi menyelam, kegiatan ini bisa dibilang sangat aman.
Sudah hampir setahun ini saya memegang lisensi menyelam Open Water PADI. Pada kartu selam saya yang diterbitkan oleh PADI Asia Pasifik yang berkedudukan di Australia, tercantum tanggal 8 Agustus 2011.
Meski sudah cukup lama memegang lisensi, namun kegiatan intensif menyelam baru saya lakukan beberapa bulan terakhir.
Menurut catatan divelog saya, pertama kali saya menyelam rekreasional adalah tanggal 11 Januari 2012, di titik penyelaman USS Liberty, Tulamben, Bali. Hingga penyelaman terakhir saya di Papa Theo, Kepulauan Seribu, saya telah mengantongi 22 divelog.
Apa Sih Yang Harus Dipersiapkan Jika Ingin Menyelam?
“Saya nggak bisa berenang,” adalah alasan yang sering saya dengar ketika orang mendengar kata menyelam. Well, walau kemampuan berenang sebaiknya dimiliki oleh penyelam, tapi ini bukan kemampuan yang harus dimiliki kalau ingin menyelam.
Jujur, saya sendiri tidak bisa berenang. Maksudnya dengan teknik berenang yang sempurna, cuma bisa asal gerak saja. Bahkan, saya tidak bisa mengapung, baik dengan hanya diam atau dengan teknik gerakan tertentu. Justru yang harus dimiliki adalah sikap tenang, percaya diri, dan tidak mudah panik.
Menyelam melatih saya untuk selalu tenang, tidak panik, ketika berhadapan dalam situasi sulit atau berada dalam tekanan (dalam arti konotasi maupun denotasi).
Dalam pelatihan, kita akan diajarkan prosedur keselamatan yang harus dipatuhi, sekecil dan “sesepele” apa pun. Tahu sendiri kan kita sering kali meremehkan hal-hal kecil. Namun dalam dunia selam, menyepelekan hal-hal kecil bisa membahayakan nyawa.
“Menyelam itu hobi mahal,” adalah alasan lain. Memang benar, menyelam membutuhkan peralatan yang mahal. Untuk memiliki peralatan selam yang lengkap, seseorang minimal perlu merogoh kocek 10-15 juta rupiah.
Namun bila dipertimbangkan lagi, membeli alat selam itu hampir mirip dengan kita membeli gadget canggih terbaru yang harganya juga jutaan. Orang bisa punya gadget mahal lebih dari satu, berarti soal uang tidak ada masalah, bukan?
Yang namanya hobi, memang biasanya menguras uang demi kepuasan, bukan? Sama dengan mereka yang punya hobi bersepeda, naik gunung, semuanya bila diseriusi juga akan membutuhkan biaya yang besar pula.
Peralatan selam, seperti peralatan pada hobi aktivitas luar ruangan lain, memiliki fungsi untuk melindungi nyawa dan menambah kenyamanan ketika menikmati pemandangan bawah air. Alat selam juga bisa dipakai seumur hidup, selama perawatan kita benar. Membelinya pun bisa dicicil, misal beli google dan snorkel-nya dulu. Lalu disusul beli fin, lalu ke benda-benda yang mulai mahal namun vital seperti wetsuit, lalu BCD dan regulator, serta dive comp.
Beberapa toko selam, misalnya toko favorit para penyelam proletar macam saya, Lautan Mas atau Alatselam.com, bahkan sering memberikan paket diskonan. Dengan harga sekitar 500-700 ribu rupiah, bisa dapat paket google, snorkel, dan fin yang bagus.
Atau kalo mau lebih bersabar, tunggu saja acara tahunan Deep and Extreme Indonesia yang diadakan setiap bulan Maret, yang bisa mematok diskon hingga 50%! Saya pun kalap membeli semua alat selam pas acara ini.
Kalo pun belum punya, jangan khawatir. Kita bisa menyewa peralatan selam di dive center, apalagi kalo kita gak begitu sering menyelam. Namun menurut pengalaman saya, menggunakan alat sendiri jauh lebih nyaman daripada menggunakan alat sewaan.
Biaya trip, kalo dihitung-hitung sama aja dengan biaya kalo kita traveling biasa. Ongkos juga bisa diakali dengan melakukan trip bersama-sama, sehingga biaya sewa kapal, akomodasi, biaya sewa pemandu, bisa ditekan. Lagian, menyelam bersama teman-teman akan jauh lebih menyenangkan. Ingat, never dive alone.
Menyelam juga bisa menambah banyak teman. Prinsip never dive alone, membuat aktivitas menyelam minimal harus bersama seorang buddy. Selain sebagi teman, buddy adalah “perangkat” keselamatan kita di bawah air. Jadi bisa dibilang, menyelam adalah aktivitas sosial.
Mengikuti trip selam atau bergabung dengan komunitas selam bisa membantu meringankan biaya trip. Saya biasanya ikut trip-trip yang ditawarkan oleh Dive Indonesia dan tidak menutup kemungkinan bergabung dengan trip-trip yang lain.
Mari Menyelam!
Sebelumnya, perlu diketahui dulu bahwa menyelam di sini adalah menyelam rekreasional. Penyelaman rekreasional adalah menyelam dengan tujuan berekreasi dan bersenang-senang, sehingga tekniknya pun sangat mendasar.
Untuk menguasai teknik penyelaman rekreasional, kita harus menjalani pelatihan yang nantinya akan mendapatkan sertifikasi dari suatu lembaga atau organisasi yang memiliki kewenangan untuk memberikan pelatihan penyelaman.
Ada beberapa lembaga, namun yang sering terdengar namanya dan bertaraf internasional antara lain PADI (Professional Association of Diving Instructors), SSI (Scuba School International), dan NAUI (National Association of Underwater Instructors). Sedangkan yang Indonesia punya adalah POSSI (Persatuana Olahraga Selam Seluruh Indonesia).
Tidak ada perbedaan signifikan dari keseluruh lembaga tersebut, namun saya menyarankan untuk mengambil lisensi internasional, karena ketika suatu saat kita menyelam di luar negeri, kita diperbolehkan karena dianggap memiliki standar penyelaman yang sama.
Karena saya mengambil sertifikasi PADI, ada beberapa jenjang pelatihan yang harus kita tempuh jika ingin mendalami dunia selam. Setiap jenjang membutuhkan kecakapan khusus dan memerlukan pelatihan tertentu. Jenjang-jenjang yang penting adalah Open Water, Advanced Open Water, Rescue Diver, Dive Master, hingga Dive Instructor. Untuk penyelaman rekreasional, jenjang Open Water sih sudah cukup.
Biayanya standar. Untuk Open Water, rata-rata 1,5 juta hingga 2 juta rupiah untuk buku (dan VCD/DVD) materi dan sertifikat. Lalu ada biaya lain untuk dive trip, biaya jasa instruktur, dan fasilitas pelatihan (sewa alat, sewa kolam, dan sebagainya). Yang bisa ditekan biasanya biaya-biaya lain ini, misal trip yang lebih dekat, alat meminjam, dan sebagainya.
Di dive center, biasanya untuk program Open Water ditawarkan rata-rata seharga 5 juta rupiah, itu sudah lengkap (tidak perlu memikirkan biaya-biaya lain, tinggal ikuti saja kelasnya).
Waktunya pelatihan, ada yang berjadwal ada juga yang fleksibel. Namun biasanya seminggu sudah lebih dari cukup, bahkan untuk yang intensif, pelatihan bisa dilakukan saat akhir pekan (Sabtu-Minggu). Materinya mencakup teori, sesi kolam, dan sesi laut (dive trip) yang biasanya pas di laut adalah sesi ujian.
Selesai ujian, instruktur akan mengirimkan hasil ujian ke kantor lembaga atau organisasi penyelaman (kalo PADI, dikirim ke Australia lewat email), dan jika lulus maka kita akan mendapatkan kartu selam sementara, sembari menunggu kartu selam yang akan dikirimkan dari kantor tersebut (yang kalo dari Australia ke Indonesia membutuhkan waktu selama 2 minggu).
Ingin tahu kira-kira materi yang diajarkan seperti apa? Saya mengumpulkan beberapa video tentang materi pelatihan penyelaman Open Water di Youtube.
Yang Saya Dapat Dari Menyelam
Menyelam sebenarnya adalah racun yang menyenangkan. Saya masih ingat kalimat pada halaman pengantar buku pelatihan PADI Open Water saya.
Menyelam adalah pintu menuju ke dunia baru. Masukilah pintu itu, niscaya hidupmu tak akan pernah sama lagi.
Dengan menyelam, selain mendapatkan pengalaman yang sama sekali berbeda, saya juga menjadi lebih tenang, tidak mudah panik, dan selalu berusaha bertindak yang benar ketika berada dalam situasi sulit dan penuh tekanan. Selain itu, menyelam juga bisa menambah teman, menambah wawasan dan berbagi pengalaman menyelam.
Namun di karena menyelam pula lah, rekening saya juga lebih cepat terkuras!
errrr……kalo aku, gara2 dulu ikut klub renang 4 taun lebih, trus jadi badannya refleks ngapung kalo di air..ga bisa nyelem..ga tau cara nyelem yang bener aja gitu :))