Mencapai Puncak Tertinggi (Top of) Innsbruck, Austria

20 minutes 57 2

Jika 2 tahun lalu saya sempat menginjakkan kaki di Zugspitze, puncak tertinggi di Jerman, yang juga merupakan salah satu puncak dari Pegunungan Alpen, pada tahun ini saya berkesempatan mengunjungi salah satu puncak Alpen di sisi Austria.

di Top of Innsbruck, Austria

Berbeda dengan saat mengunjungi Zugspitze di tahun 2021, di mana pada saat itu saya hanya datang sebagai turis yang hanya ingin menikmati pemandangan, di tahun 2023 ini saya dan istri berniat untuk melakukan aktivitas wandern, istilah orang Jerman untuk merujuk ke aktivitas luar ruangan seperti trekking atau hiking.

Kami memilih Innsbruck, Austria, karena tempat ini memiliki bentang alam yang sangat mendukung wisata pendakian dari pemula hingga yang berpengalaman.

Tentu saja, sebagai pemula, kami menyiapkan fisik, melakukan survei rute yang sesuai kemampuan, dan menyiapkan peralatan yang dibutuhkan untuk keamanan dan kenyamanan.

Kami berencana mendaki Gunung Hafelekar yang berada di rantai utara (Nordkette) Pegunungan Alpen Timur yang berketinggian 2.256 meter di atas permukaan laut.

Salah satu cara yang paling populer untuk mencapai puncak ini adalah dengan menggunakan kereta gantung.

Perjalanan dengan kereta gantung ini memakan waktu sekitar 20 menit, namun jika melakukan pendakian, untuk naik ke atas dibutuhkan waktu sekitar 3-4 jam.

Persiapan Pendakian

menggunakan sepatu outdoor untuk pendakian

Kami sejak jauh-jauh hari sudah mempersiapkan diri, karena ini adalah pertama kalinya saya dan istri akan melakukan kegiatan ini bersama.

Sebenarnya sejak SMU saya sudah beberapa kali mendaki gunung, namun saat itu karena masih muda dan pengetahuan mounteneering masih terbatas, pendakian saya lakukan dengan sedikit ugal-ugalan.

Tidak ada persiapan atau peralatan khusus karena tidak ada dana, dan hanya bermodal mental dan nekat.

Namun semakin ke sini, semakin bertambahnya akses pengetahuan tentang mounteneering dan tentu saja usia, saya lebih banyak mempersiapkan diri, apalagi medan gunungnya berbeda dengan gunung di Indonesia.

Salah satu persiapan fisik yang kami lakukan adalah mempersering olahraga, untuk meningkatkan kekuatan kaki dan nafas.

Saya memulai lagi aktivitas berlari selain demi kebugaran dan stamina, juga persiapan melakukan wandern ini.

Selain fisik, kami juga mempersiapkan peralatan untuk kenyamanan dan keselamatan pendakian, terutama sepatu dan ransel.

Selengkapnya tentang persiapan ini akan saya tulis di tulisan terpisah.

Mencapai Top of Innsbruck

funicular (kereta kabel) Hungerburg

Dari Innsbruck, ada beberapa cara untuk mencapai puncak, yang mana salah satu cara terpopulernya adalah menggunakan kereta gantung dari Hungerburg.

Hungerburg bisa dicapai dengan menggunakan funicular, salah satu jenis kereta yang ditarik dengan kabel dengan jalur yang miring.

Tapi kami tidak naik funicular alias kereta kabel ini untuk mencapai ke Hungerburg, karena kami harus membeli tiket lagi, yang tidak termasuk dalam tiket Welcome Card kami.

Kami memilih memanfaatkan tiket transportasi publik gratis Welcome Card dengan naik bus yang akan membawa kami ke Hungerburg.

Dari Halte Markplatz yang terletak tak jauh dari hotel tempat kami menginap, kami naik bus J berwarna merah jurusan Nordkette.

bus berhenti untuk memberi jalan kendaraan dari arah berlawanan

Bus yang dioperasikan oleh IVB (Innsbrucker Verkehrsbetriebe und Stubaitalbahn) ini melaju kencang menyusuri Gunung Hafelekar.

Kami cukup terkejut saat bus melewati jalan sempit, menanjak dan berkelok dengan lincah.

Saya membayangkan apa jadinya kalo penumpang bus ini ada yang mengupas jeruk hingga baunya menguar, atau bau minyak angin yang dihirup penumpang yang menahan mual.

Di beberapa sudut, bus kadang harus berhenti untuk bergantian melewati jalan sempit di tikungan.

Situasi ini mengingatkan saya dengan kondisi tanjakan di area Puncak, Bogor, namun bedanya di sepanjang jalan tidak terlihat mamang-mamang yang menawarkan vila.

Yang menarik, meski jalan berkelok dan pandangan sering tertutup tebing, rumah, atau pepohonan, saya tidak mendengar suara klakson sekalipun untuk sekadar memberi peringatan bagi kendaraan dari arah berlawanan.

stasiun funicular (kereta kabel) Hungerburg di Nordkette

Bus akhirnya tiba di Hungerburg dan berhenti di tepat di dekat stasiun kereta gantung menuju ke Seegrube, sebuah restoran di ketinggian 1.905 meter di atas permukaan laut.

Di sampingnya terdapat stasiun funicular, yang mempunya bentuk arsitektur lengkung indah karya Zaha Hadid dengan lengkungannya.

Meski begitu, jalur funicular ini sempat menuai kontroversi saat proses revitalisasi jalur bersejarah yang sudah ada sejak tahun 1906.

Saat kami datang, stasiun kereta gantung terlihat sepi, dan kami tidak melihat aktivitas kereta gantung wara-wiri, atau mungkin karena masih pagi.

Sebelumnya, saat berkunjung ke pusat informasi wisata, petugas di sana juga mengatakan bahwa sedang ada perawatan kereta gantung, dan mungkin ini lah kami tidak melihat aktivitas kereta gantung.

Hal ini cukup dimaklumi, karena musim panas sudah lewat dan ini lah saat yang tepat untuk melakukan perawatan.

tanda stasiun kereta gantung di Hungerburg

Kami yang awalnya berencana untuk melakukan pendakian ke puncak dan turun dengan menggunakan kereta gantung ini, sempat ragu untuk melakukan pendakian, karena jika kami tetap melakukan pendakian hingga ke atas selama 3-4 jam, kami akan kesulitan turun jika tidak ada kereta gantung yang beroperasi.

Akhirnya kami tetap memutuskan untuk melakukan pendakian, setidaknya tidak sampai puncak, namun cukup mencapai restoran Umbrüggler Alm yang berada di tengah jalur pendakian pada ketinggian 1.123 meter di atas permukaan laut dengan waktu tempuh sekitar 1 jam.

Apalagi kami melihat banyak orang yang juga mendaki, membuat kami makin percaya diri.

Rute pendakian di area ini juga sangat jelas dan tidak perlu khawatir tersesat selama mengikuti petunjuk.

Tidak hanya pendaki, rute ini juga mencakup rute untuk sepeda gunung, yang beberapa di antaranya jadi satu dan beberapa memang dikhususkan untuk sepeda.

papan petunjuk rute pendakian di Nordkette, Innsbruck

Di papan petunjuk terdapat tanda tingkat kesulitan jalur yang dilalui, di mana jika ada tanda titik lingkaran berwarna merah, artinya jalur pendakian termasuk kelas menengah.

Jika ada tanda titik lingkaran hitam, artinya jalur tersebut merupakan jalur sulit, di mana pendaki memerlukan pengalaman dan peralatan pendakian khusus.

Selain tingkat kesulitan, penanda rute ini juga memiliki simbol lain, misal simbol sendok-garpu untuk menunjukkan restoran, jungkat-jungkit untuk menunjukkan taman bermain anak, kereta gantung untuk menunjukkan stasiun kereta gantung, dan sebagainya.

Di beberapa penanda, meski tidak semua, terdapat juga nomor jalur yang bisa digunakan untuk navigasi di peta, dan juga perkiraan waktu tempuh dari lokasi tanda.

Bisa dibilang, pendaki benar-benar dimudahkan di sini, dan ini lah yang membuat kami merasa aman.

Akses ke layanan darurat juga tersedia, jika misal amit-amit, mengalami kecelakaan, nomor 114 merupakan nomor darurat khusus area pendakian, yang terpisah dari nomor darurat 112.

jalur pendakian menuju Umbrüggler Alm

Jalur pendakian kami juga cukup mudah, hanya tinggal lurus saja, namun kemiringannya cukup membuat paha dan betis mengerang.

Beberapa kali kami berhenti untuk foto-foto sambil istirahat, membuat perkiraan waktu yang hanya 1 jam menjadi 1,5 jam sampai di restoran Umbrüggler Alm.

Sepanjang perjalanan, kami berpapasan dengan pendaki lain yang mendahului kami atau turun dari atas, sambil menyapa ramah, “Gruß Gott!”, atau “Servus!”, atau hanya sekadar “Hallo!”.

Ah, memang benar kata orang-orang bahwa orang Austria adalah orang Jerman versi ramah.

Jalur pendakian berupa kerikil dan bebatuan yang cukup licin dan membuat kami bersyukur menggunakan sepatu pendakian yang proper.

Beberapa kali saat kami menginjak kerikil lepas dan terpeleset, boots berhasil menahan pergelangan kaki tidak terkilir.

Dengan sudut kemiringan yang lumayan curam, boots juga membantu menopang pergelangan kaki menahan beban.

duduk beristirahat di bangku sumbangan warga

Di sepanjang jalur ini terdapat beberapa bangku panjang yang bisa digunakan untuk duduk-duduk beristirahat sembari menikmati pemandangan alam yang menakjubkan.

Bangku-bangku ini beberapa di antaranya adalah sumbangan dari warga atau perusahaan.

Saya menemukan beberapa bangku yang merupakan hadiah ulang tahun atau hanya sekadar ucapan terima kasih dari orang-orang.

Cuaca juga sangat bersahabat, di mana matahari bersinar cerah membuat langit berwarna biru dengan beberapa awan putih menggantung.

Temperatur udara saat itu sekitar 17°C yang ajaibnya tidak terasa dingin dan cenderung hangat buat kami.

Mungkin karena kami bergerak dan menghasilkan energi, kami justru merasa kegerahan dan akhirnya melepas jaket.

restoran Umbrüggler Alm

Kami pun akhirnya sampai di restoran Umbrüggler Alm yang secara jarak tempuh sebenarnya tidak jauh, hanya 2 kilometer dari stasiun kereta gantung Hungerburg, namun medannya menanjak.

Sayangnya, kami harus menelan kecewa karena kami melakukan pendakian pada tanggal 10 Oktober 2023, yang jatuh pada hari Selasa, yang merupakan ruhetag alias hari libur restoran ini.

Harapan kami untuk makan siang dan sekadar minum minuman dingin pun buyar, namun apa boleh buat.

Kami pun memanfaatkan waktu dengan berfoto-foto dan duduk-duduk di pelataran restoran yang memiliki pemandangan cantik.

Di sini pula kami mendiskusikan kembali rencana kami untuk mendaki hingga Seegrube, yaitu sebuah restoran yang berada di ketinggian 1.905 meter di atas permukaan laut, tujuan awal pendakian kami semula.

pemandangan dari restoran Umbrüggler Alm

Namun mengingat bahwa jika kami meneruskan naik ke atas, kemungkinan kami untuk turun ke bawah akan sulit jika tidak ada kereta gantung, kami memutuskan untuk kembali turun saja.

Saat perjalanan turun dan sudah sampai di dekat lokasi awal kami memulai pendakian, yakni stasiun kereta gantung Hungerburg, tiba-tiba kami melihat kereta gantung lewat dengan santainya.

Sialan, ternyata kereta gantungnya beroperasi!

Dengan sedikit dongkol, kami pun berdiskusi lagi apakah hendak kembali mendaki, atau sekalian naik kereta gantung ke atas saja.

Tiket kereta gantung untuk naik dan turun harganya berbeda dengan tiket untuk naik saja atau turun saja, dan ini yang membuat kami berpikir karena jika naik kereta gantung naik dan turun, jadinya over-budget.

tiket kereta gantung Hungerburg-Seegrube-Hafelekar

Namun karena memang ini adalah liburan, dan over-budget adalah hal yang umum, serta, kapan lagi mendapat kesempatan ini, kami memutuskan untuk naik kereta gantung sekalian untuk naik dan turun.

Kami sekalian membeli tiket kereta gantung dari Hungerburger ke Seegrube (Seegrubenbahn), dan dari Seegrube ke puncak Hafelekar (Hafelekarbahn) naik dan turun dengan harga 37,40€.

Kereta gantung ini cukup besar, dengan kapasitas sekitar 95 orang per kereta.

Ternyata kereta ini beroperasi setiap 30 menit sekali pada musim ini, di mana pada musim puncak, kereta ini beroperasi setiap 15 menit sekali, dengan 2 kereta yang naik dan turun secara bersamaan.

Penumpang masuk ke ruang tunggu dengan memindai kode batang pada tiket, dan gerbang akan terbuka secara otomatis.

kereta gantung dari Hungerburg ke Seegrube

Saat masuk ke ruang tunggu, saya dan istri sempat terpisah, karena saya menjadi penumpang terakhir pada batch ini dan istri tidak diperbolehkan masuk karena kapasitas penumpang terpenuhi.

Saya harus menunggu istri saya di atas sekitar 30 menit kemudian.

Perjalanan kereta gantung ini menempuh jarak ketinggian 1.405 meter dalam waktu sekitar 6 menit dengan melewati 6 pylon alias menara penyangga.

Di dalam kereta ada petugas yang mengoperasikan kereta gantung ini, berkomunikasi dengan petugas di stasiun untuk menjalankan kereta gantung.

Dari stasiun kereta gantung, saya langsung keluar ke arah teras restoran Seegrube sambil menunggu istri yang akan berangkat menggunakan kereta berikutnya.

Saya lalu memakai jaket karena hawa mulai terasa dingin karena angin bertiup cukup kencang.

Kräftige Rindssuppe mit Kaspressknödel restoran Seegrube

Meja dan kursi restoran yang berada di teras penuh dengan tamu, dan pelayan terlihat wara-wiri melayani.

Saat saya berjumpa dengan istri saya kembali, kami pun mencari tempat duduk yang kosong di area restoran.

Beruntung, tak perlu menunggu lama, kami pun mendapatkan meja.

Saya memesan sop Kaspressknödel alias pangsit keju dengan kuah sapi khas Tirol, Austria, yang rasanya mirip sekali dengan bakwan atau bakso.

Hawa dingin dengan bakso ala Austria sangat cocok sekali!

Sementara istri memesan sosis ayam dengan kentang yang sangat Jerman sekali.

burung jalak Alpen (Pyrrhocorax graculus) di restoran Seegrube

Burung-burung jalak Alpen (Pyrrhocorax graculus) terlihat terbang dengan santai lalu hinggap di meja tamu restoran untuk mengais makanan.

Ukuran burung ini cukup besar bila dibandingkan dengan burung jalak, dan lebih condong ke arah burung gagak.

Perilaku burung berwarna hitam dengan moncong kuning ini mirip dengan perilaku kucing di warung kaki lima, bedanya, burung ini lebih agresif dan berani.

Tamu-tamu tidak ada yang memberi makan, namun burung cerdas ini beberapa kali terpergok mencuri kentang dari piring tamu saat lengah.

Setiap kali diusir pun, ia akan terbang sebentar, lalu kembali lagi.

Perilaku burung ini di satu sisi menarik, namun di sisi lain cukup mengganggu.

Meski begitu burung ini adalah burung khas pegunungan Alpen dan biasa ditemui di ketinggian di atas 1.000 meter di atas permukaan laut.

kereta gantung dari Seegrube ke Hafelekar

Setelah kenyang makan siang, kami meneruskan perjalanan ke puncak Gunung Hafelekar, alias puncak tertinggi Innsbruck (Top of Innsbruck) menggunakan kereta gantung Hafelekarbahn.

Rencana awalnya, setelah kami mendaki hingga ke Seegrube, kami hanya membeli tiket kereta gantung ini untuk naik dan turun, karena jalur pendakian ini termasuk kategori sulit.

Kereta gantung menuju ke puncak Gunung Hafelekar ini lebih kecil, dengan kapasitas sekitar 70 orang per kereta plus satu petugas.

Waktu tempuh kereta gantung ini sekitar 3 menit dengan jarak ketinggian 351 meter tanpa ada pylon atau menara penyangga.

Dari stasiun kereta gantung, kami berjalan ke arah lapangan yang cukup luas di area puncah Gunung Hafelekar.

tanda salib “Bergsöhne Innsbruck” di puncak Gunung Hafelekar

Beberapa puncak yang membentuk gugusan Nordkette terlihat mengelilingi area lapangan ini.

Saya tertarik dengan tanda salib di salah satu puncaknya, dan saya pun melanjutkan pendakian ke arah tanda salib ini.

Tanda salib ini bertuliskan “Bergsöhne Innsbruck” alias “anak pegunungan Innsbruck” yang merupakan nama kelompok musik rakyat Austria yang berasal dari Innsbruck.

Kelompok musik yang didirikan pada tahun 1973 ini sangat mencintai gunung dan terlibat dalam berbagai aksi pelestarian dan lingkungan.

Salah satu wujud kecintaan mereka kepada gunung adalah dengan memasang tanda salib di puncak ini pada tahun 1974.

Tanda salib setinggi 23 meter yang terbuat dari baja dan perunggu seberat 30 ton ini kini jadi tujuan para wisatawan yang mencapai puncak ini.

stasiun kereta kabel (funicular) Gedung Kongres

Setelah puas dan hari mulai sore, kami pun turun dengan menggunakan kereta gantung hingga Hungerburg dan disambung dengan naik kereta kabel alias funicular.

Kami membeli tiket turun saja dengan harga 6,90€ per orang.

Perjalanan kereta kabel memakan waktu sekitar 8 menit untuk sampai di stasiun akhir Gedung Kongres Innsbruck.

Kereta kabel ini berkapasitas 130 orang per kereta yang terbagi menjadi 5 kabin.

Seperti pada stasiun di Hungerburg, gedung stasiun Gedung Kongres juga dirancang oleh Zaha Hadid.

Dari stasiun ini, kami berjalan kaki ke arah kota tua Innsbruck untuk sekadar nongkrong di Kafe Kucing (Café Katzung) yang berada di depan menara jam kota sambil menunggu senja.

Kami pun kembali ke hotel dengan berjalan kaki saat langit memburatkan warna oranye.

4 responses
  1. Gravatar of Blogombal.com
    Blogombal.com

    Gak nyoba naik sepeda, Zam?

    Gravatar of Muhammad Zamroni
    Muhammad Zamroni

    tidak, Paman. capek nanjaknya. 😅

  2. Gravatar of fanny_dcatqueen
    fanny_dcatqueen

    Kok bisa ternyata buka si kereta gantung nya 🤣🤣🤣. Prank banget mas. Pusat informasinya ga sinkron ya 🤭

    Tapi enak kalo mau trekking aja fasilitas pendakian komplit ya mas. Informasinya jelas banget pula. Kayaknya naik gunung di Indonesia ga tertulis sejelas itu info di atas. Boro2 ada restoran 🤣.

    Pengen juga ih ikutan kalo ada kesempatan kesana

    Gravatar of Muhammad Zamroni
    Muhammad Zamroni

    pusat informasi turisnya ga salah juga, sih. mungkin emang jadwalnya ngga sinkron ajah.

    kalo di Indonesia, mungkin peminat pendakian ga sebanyak di sini kali, ya..