Tujuan utama kami ke kota kecil di kaki Pegunungan Alpen, Garmisch-Partenkirchen, bukanlah bersepeda di kaki pegunungannya, namun untuk mencapai Zugspitze, puncak tertinggi Pegunungan Wetterstein di gigir utara Pegunungan Alpen wilayah timur.
Zugspitze juga menjadi puncak tertinggi di Jerman, yang berada pada ketinggian 2.962 meter dari permukaan laut.
Pegunungan Alpen sendiri memiliki beberapa puncak, di mana puncak tertingginya adalah Mont Blanc atau Monte Bianco yang berada di wilayah perbatasan Prancis dan Italia, dengan ketinggian 4.808 meter dari permukaan laut.
Untuk menuju ke puncak ini ada dua cara, yaitu dengan cara mendaki dan menggunakan kereta gantung.
Karena saya bukanlah seorang pendaki gunung dan hanyalah turis, jalur pendakian tentu saja saya hindari.
Saya dulu memang pernah mendaki gunung semasa muda, di mana terakhir kali saya mendaki gunung adalah saat SMA.
Sebagai turis, tentu saja saya memilih menggunakan kereta gantung, karena selain mudah, cara ini juga merupakan cara tercepat.
Apalagi untuk mendaki gunung diperlukan persiapan fisik dan mental, sementara saya sedang dalam modus liburan.
Ada 3 jalur kereta gantung yang bisa digunakan untuk menuju ke Zugspitze, di mana kereta gantung pertama adalah Tyrolean Zugspitze Cable Car yang stasiun keberangkatannya berada di Tyrol, Austria.
Stasiun kereta gantung di Tyrol ini merupakan jalur kereta gantung tertua yang dibangun pada 1926 oleh perusahaan Jerman, Adlof Bleichert & Co.
Jalur kereta gantung dari Tyrol ini berakhir pada stasiun puncak di wilayah Austria yang bernama Kammstation.
Pada tahun 1928 dan 1930, dibangun jalur kereta bergerigi yang menembus hingga perut gunung melalui terowongan sebelum berakhir di Stasiun Zugspitzplatt di ketinggian 2.588 meter dari permukaan laut untuk kemudian berganti dengan kereta gantung ke Zugspitze.
Jalur kereta gantung ketiga, yang juga merupakan jalur kereta gantung terbaru yang dibangun pada tahun 2015 dan resmi dibuka pada tahun 2017.
Kereta gantung Eibsee Cable Car, atau yang lebih terkenal dengan Seilbahn Zugspitze ini, merupakan jalur kereta gantung terpanjang di dunia sekaligus jalur kereta gantung dengan tiang penyangga tertinggi di dunia.
Stasiun awal berada di samping Danau Eibsee yang kemudian kabelnya membentang menuju Zugspitse dengan panjang jalur 3.213 meter.
Jalur ini hanya ditopang oleh sebuah tiang penyangga setinggi 127 meter sebelum kemudian jalur menanjak curam.
Kami menuju Zugspitze dengan menggunakan kereta gantung dari Eibsee ini.
Menuju Zugspitze
Dari Stasiun Garmisch-Partenkirchen, kami berjalan menuju ke arah Stadion Olimpia, di mana stadion ini dulunya digunakan untuk Olimpiade Musim Dingin pada 1936.
Tak jauh dari stadion inilah, stasiun kereta Bayerische Zugspitzbahn berada yang akan membawa kami menuju ke stasiun kereta gantung.
Karena kami membeli tiket kereta paket yang termasuk dengan tiket masuk dan kereta ke Zugspitze, kami harus menukarkan voucher yang kami terima dari Deutsche Bahn dengan tiket Zugspitze.
Kereta yang digunakan sungguh menarik karena kereta ini menggunakan gerigi pada bagian tengah relnya sementara pada kereta terdapat roda bergerigi (cogwheel) untuk membantu menanjak.
Dari 19 kilometer jalur rel, 7,5 kilometer pertama dari Stasiun Garmisch-Partenkirchen hingga Grainau, relnya seperti pada rel kereta pada umumnya.
Di Stasiun Grainau ini lah rel bergerigi dimulai hingga sampai ke ujung Stasiun Zugspitzplatt di perut gunung yang berada di bawah Zugspitze.
Perjalanan dari Stasiun Garnisch-Partenkirchen hingga Stasiun Eibsee, di mana kami turun untuk berpindah ke kereta gantung, adalah sekitar 40 menit.
Kereta ini bertenaga listrik 1.500 volt DC yang energinya diambil menggunakan pantograf di atap.
Kecepatan maskimal kereta yang beroperasi sejak tahun 2010 menggantikan kereta lama adalah 70 kilometer per jam.
Dengan ketinggian puncak pada 2.650 dari permukaan laut, menjadikan jalur kereta ini jalur kereta tertinggi di Jerman dan ketiga di Eropa.
Danau Eibsee
Sebelum kami naik kereta gantung, kami menyempatkan diri untuk melihat Danau Eibsee.
Danau seluas 177.4 hektar ini berada pada ketinggian 973 meter dari permukaan laut.
Warna air danaunya yang biru bercampur tosca membuat danau ini menjadi salah satu danau tercantik di barisan Pegunungan Alpen di wilayah Bavaria.
Danau ini merupakan salah satu obyek wisata, di mana wisatawan bisa menyewa perahu kayuh untuk berkeliling danau.
Pecinta olah raga kayak atau kano juga terlihat dengan santai melakukan aktivitasnya di danau ini.
Saya tidak bisa membayangkan dinginnya air bila tercebur, karena saat kami ke sana, musimnya sudah musim gugur yang cukup dingin.
Saat berkeliling danau, saya melihat segerombolan bebek tengah asyik bermain dan mandi-mandi di tepi danau.
Selain tempat beraktivitas olah raga air, terdapat restoran yang berada di tepi danau, di mana pengunjung bisa menikmati makan siang sambil menikmati pemandangan danau.
Ada 8 pulau yang terbentuk di tengah danau, yang mana usia pulau ini lebih muda dari usia danau.
Fenomena geografi ini yang membuat Danau Eibsee, karena jarang ada pulau yang berusia lebih muda dari usia danaunya.
Terdapat jalur trekking yang bila diikuti akan mengarah pada sebuah jembatan di ujung utara danau.
Karena danau ini bukan tujuan utama kami, setelah puas berfoto-foto, kami pun kembali menuju ke stasiun kereta gantung yang berada di samping danau.
Naik Kereta Gantung
Awalnya kami merasa pede abis saat membeli tiket kereta gantung, namun setelah melihat kondisi kereta yang menanjak curam plus cuaca mendung dan terselimut awan tebal, membuat kereta gantung saat menanjak tidak terlihat sama sekali, membuat kami ketar-ketir.
Ada dua kereta yang beroperasi secara bersamaan, di mana di tengah jalur kedua kereta ini bertemu.
Kedua kereta ini bergerak bersama untuk saling mengimbangi, karena bobot totalnya mencapai 7 ton per kereta.
Meski agak takut, namun di satu sisi kami penasaran dan akhirnya memasrahkan diri pada German engineering.
Kereta yang menggantikan kereta lama yang dibangun pada tahun 1963 ini sempat mengalami masalah sekitar setahun setelah pembukaan.
Pada 12 September 2018, kereta ini mengalami kecelakaan saat latihan penanggulangan darurat.
Untungnya tidak ada penumpang yang naik pada saat itu, namun kereta rusak berat dan bahkan sempat tergantung cukup lama karena sulit untuk diturunkan.
Daya tampung kereta ini adalah 120 orang, namun karena pandemi, jumlah penumpangnya dibatasi.
Terdapat petugas yang duduk di dalam sambil mengoperasikan dan melakukan komunikasi dengan stasiun di Eibsee maupun di puncak Zugspitze.
Tidak ada tempat duduk di dalam kereta, sehingga penumpang bisa leluasa melihat pemandangan sekeliling, termasuk pemandangan ke bawah melalui jendela yang ada di lantai.
Waktu tempuh dari Stasiun Eibsee ke Zugspitze adalah 10 menit.
Karena awan tebal, pemandangan sejak melewati tiang penyangga hingga ke puncak hanya kelabu.
Danau Eibsee sempat terlihat cantik dari atas, sebelum pemandangan bertukar dengan warna abu-abu.
Antara bersyukur atau sedih, pemandangan kelabu ini sedikit mengurangi rasa takut saya, yang rasanya dengkul ini mau copot saat kereta berayun terkena angin.
Jika cuaca cerah, mungkin pemandangannya akan lebih cantik, namun di satu sisi saya bisa melihat langsung kecuraman kereta, yang bisa membuat saya gemetar.
Mendekati stasiun puncak, kereta pun melambat.
Dari jendela saya melihat lapisan es dan salju menyelimuti tiang-tiang penyangga Stasiun Zugspitze.
Begitu keluar kereta, udara dingin langsung menyambut plus pemandanga terbatas yang tertutup entah awan atau kabut.
Saya sudah sampai di lokasi tertinggi di Jerman! Di Zugspitze!
Berkeliling Zugspitze
Stasiun kereta gantung ini terletak sedikit lebih rendah dari puncak Zugsitze.
Terdiri dari 3 lantai, di mana lantai paling bawah adalah stasiun tempat naik kereta gantung ke Stasiun Eibsee atau naik kereta gantung menuju ke area resor ski melewati gletser.
Di lantai tengah, terdapat restoran tertinggi di Jerman, restoran Panorama 2962, yang mana angka 2962 diambil dari angka ketinggian Zugspitze.
Paling atas terdapat area restoran luar ruangan bagian dari restoran Panorama 2962, di mana pengunjung bisa makan sambil menikmati suasana puncak.
Dari area ini, terdapat teras luas untuk berfoto-foto dengan latar belakang puncak Zugzpitze yang ditandai dengan menara kecil berbentuk salib berwarna emas.
Pengunjung bisa turun dan meniti jalur ke puncak Zugzpitze ini, namun karena jalurnya yang terjal, licin, dan bersalju, hanya pendaki gunung atau yang terbiasa mendaki gunung yang boleh menuju ke puncak.
Jalur pendakian dari bawah juga berakhir ke titik ini, yang mana jalurnya terlihat sangat terjal.
Kami tentu saja cukup puas dengan hanya berfoto-foto saja, dan memilih untuk makan di restoran Panorama 2962.
Harga makanan di restoran ini terbilang standar, tidak terlalu mahal, dan masih tergolong wajar, mengingat lokasi dan suasananya.
Saya memesan semangkuk sup kentang dan puding sembari menikmati hangatnya restoran dan melihat ke luar jendela yang berwarna putih.
Namun bukan soal makanannya yang membuat istimewa, namun lokasinya, karena saya makan kentang dan puding tertinggi di Jerman!
Restoran ini juga menyediakan menu sosis khas Jerman, bratwurst, dan tentu saja bir, yang mana keduanya juga merupakan sosis dan bir tertinggi di Jerman.
Andai saja cuacanya bagus, kami mungkin memilih makan di area terbuka di atas.
Menyeberang ke Austria
Puncak Zugspitze berada di perbatasn Jerman-Austria, di mana dulu di area ini terdapat pos imigrasi dan perbatasan untuk menyeberang.
Namun sejak diberlakukan perjanjian Schengen, perbatasan ini tidak lagi diperlukan.
Kami menuju ke wilayah Tyrol, Austria, melalui sebuah jembatan besi yang dibangun pada dinding gunung.
Saat itu terdapat pekerjaan konstruksi sehingga di beberapa area ditutup dengan pagar besi dan kayu.
Area di wilayah Austria ini rasanya tidak seramai di sisi Jerman.
Pemandangan di area ini juga lebih tidak kelihatan apa-apa lagi, karena awan yang tebal dan angin yang bertiup kencang.
Saya bahkan melihat bongkahan salju runtuh dari menara-menara iklim yang suaranya cukup mengagetkan.
Di area Austria terdapat stasiun meteorologi dan penelitian iklim, beserta antena-antena cuaca dan telekomunikasi.
Saya menemukan stempel teronggok yang bergambar logo Der Schneekristall, sebuah ruang pameran yang berisi tentang segala informasi tentang kristal salju.
Seseorang dari sisi Jerman berteriak lantang, “halo dari Jerman!” sambil melambaikan tangan ke arah saya yang sedang berada di sisi Austria.
Stasiun kereta gantung dari Tirol berakhir di stasiun ini yang berada di ketinggia 2.950 meter dari permukaan laut.
Operator kereta gantung ini berbeda dengan operator kereta gantung yang kami.
Sebelumnya saya belum pernah berkunjung ke Austria, dan ini adalah pertama kalinya saya menginjakkan kaki di Austria, di salah satu puncak tertingginya.
Zugspitze sendiri bukan lah puncak tertinggi di Austria, di mana puncak tertinggi di Austria adalah Grossglockner yang berada di area timur Pegunungan Alpen.
Schneeferner (Gletser)
Awalnya kami hendak naik kereta gantung melewati Schneeferner, area gletser atau glacier, terluas di Jerman.
Sayangnya karena cuacanya buruk, jarak pandang yang pendek, angin yang kencang serta udara dingin, kami mengurungkan niat.
Tiket kami sebenarnya sudah termasuk semuanya, dari mulai naik kereta, naik kereta gantung ke Zugspitze, naik kereta gantung hingga ke resor ski.
Sayangnya kami akhirnya merelakan kesempatan ke resor ski tersebut demi keamanan dan kenyamanan kami.
Apalagi lapisan es di area gletser sudah banyak yang mencair, yang mana lebih banyak bebatuannya daripada lapisan esnya.
Pertimbangan lainnya adalah karena kami tidak bisa main ski, makin memperkuat alasan kami untuk membatalkan rencana ke resor ski.
Pameran 90 Tahun Kereta Zugspitze
Di lantai bawah di area kedatangan stasiun kereta gantung Zugspitze, saat itu tengah diadakan pameran memperingati 90 tahun pembangunan kereta Zugspitze.
Jalur kereta yang dibangun pada tahun 1930 ini memang menjadi salah satu capaian engineering Jerman.
Bagaimana tidak, pada masa itu dengan teknologi yang terbatas, insinyur-insinyur Jerman mampu membangun rel dan kereta menanjak ke gunung.
Tidak hanya itu, terowongan digali dengan menembus perut gunung yang berbatu limestone keras dan membangun stasiun kereta di dalamnya.
Selain sejarah kereta, pameran ini juga menjelaskan tentang sejarah pembangunan kereta gantung yang kini menjadi salah satu moda transportasi populer di Pegunungan Alpen Jerman.
Berbagai foto, dokumen, benda bersejarah, dan peralatan yang dulunya digunakan untuk membangun Zugspitze dan fasilitas pendukungnya dipamerkan di area ini.
Kartu Pos dari Zugspitze
Sebagai oleh-oleh untuk diri kami sendiri, kami membeli kartu pos bergambar poster wisata yang pernah digunakan untuk media promosi Zugspitze di toko suvenir.
Kami membeli prangko di toko suvenir tersebut, menulis pesan kepada diri kami, dan memasukkan kartu pos tersebut ke kotak pos yang berada di puncak tertinggi di Jerman.
Kartu pos ini makin istimewa karena stempel pos yang dibubuhkan di kartu pos ini adalah stempel pos khusus yang menampilkan tulisan bahwa kartu pos ini dikirim dari ketinggian 2.962 meter di atas permukaan laut.
Dalam waktu 2 hari dari tanggal pengiriman, kartu pos saya terima dengan selamat.
Saya mengirimkan kartu pos pada tanggal 18 Agustus 2021, kemudian dari cap pos tertulis tanggal 19 Agustus 2021 lengkap dengan nama kantor pos dan kode posnya, yaitu di Schneefernerhaus dengan kode pos 82475.
Kartu pos saya terima pada tanggal 20 Agustus 2021, ketika kami sudah pulang kembali ke Berlin.
Karena kami mengirimkan kartu pos ke wilayah Jerman, prangko yang kami gunakan adalah prangko domestik bergambar Kornblume seharga 0,60€.
Yang menarik dari stempel posnya adalah gambar menara salib di Zugspitze serta gambar situasi di puncak yang menurut saya sangat detail.
Seingat saya, stempel pos yang saya terima dari surat yang dikirim dari Jerman tidak ada yang secantik stempel pos dari Zugspitze ini.
Stempel pos dari Zugspitze ini merupakan stempel terbaik dan tercantik dari seluruh koleksi kartu pos saya.
Kak Zam, pemandangan danau dari kereta gantungnya buagus banget!
Tapi membayangkan naik kereta gantungnya, bikin dengkulku lemez juga hiahahaha. Tapi segalanya berasa worth it lah ya begitu tiba di puncak tertinggi di Jerman? 😀
Anyway, ide untuk mengirim kartu pos untuk diri sendiri it’s a great idea! Kayaknya kapan-kapan aku ingin coba deh hahaha