Mengunjungi Innsbruck, Austria

15 minutes 140 2

Jika mendengar kata Austria, orang rata-rata menyebut Wina, ibukota negara yang juga terkenal sebagai rumah bagi banyak musisi klasik terkenal, seperti Mozart, Beethoven, dan Schubert.

area kota tua Innsbruck

Selain Wina, orang juga akan menyebut Salzburg, kota cantik kelahiran Wolfgang Amadeus Mozart, yang juga memiliki banyak bangunan bersejarah dan pemandangan alam yang sering muncul di brosur-brosur wisata dan kartu pos.

Namun kali ini saya dan istri memutuskan pergi ke Innsbruck, kota terbesar kelima di Austria dan merupakan ibukota negara bagian Tyrol.

Kami sendiri pernah menginjakkan kaki sebentar di wilayah Tyrol, Austria, saat berkunjung ke Zugspitze, yang berbatasan langsung dengan Jerman.

Karena kami merasa belum secara “resmi” mengunjungi Austria, kami memutuskan untuk sekalian menginjakkan kaki di Innsbruck.

Kenapa memilih Innsbruck dibandingkan Wina atau Salzburg, karena kami berencana melakukan kegiatan wandern alias trekking atau hiking, di kota yang memang terkenal dengan aktivitas ini.

Sungai Inns dengan pemandangan Nordkette

Sungai Inn membelah Innsbruck yang berada di lembah dan diapit dua pegunungan timur Alpen, yakni rantai gunung utara (Nordkette) Karwendel dan Patscherkofel di utara, serta Series di selatan.

Saat kami berkunjung, air sungai berwarna kehijauan (tosca), sementara jika musim dingin, air sungai berwarna putih karena berasal dari salju yang mencair.

Nama Innsbruck sendiri memiliki arti “Jembatan Sungai Inn”.

Innsbruck menjadi tujuan wisata favorit di musim dingin untuk ski dan pendakian di musim panas.

Bahasa yang digunakan di Austria adalah Bahasa Jerman, yang tentu saja agak sedikit berbeda dengan Bahasa Jerman di Jerman, selain dialek dan aksennya.

Untungnya, hampir semua orang di Innsbruck juga bisa berbahasa Inggris, sehingga tidak masalah juga jika tidak bisa berbahasa Jerman.

Menuju Innsbruck

Stasiun Utama Innsbruck

Kami menuju ke Innsbruck menggunakan kereta cepat ICE 501 yang dioperasikan oleh perusahaan Jerman, DB (Deutsche Bahn) dari Berlin menuju ke München, kemudian disambung dengan kereta EC 83 yang dioperasikan oleh perusahaan Austria, ÖBB (Österreichische Bundesbahne) tujuan Bologna, Italia.

Perjalanan ini menempuh waktu sekitar 7 jam, di mana dari Berlin ke München memakan waktu sekitar 5 jam, dan dari München ke Innsbruck memakan waktu sekitar 2 jam.

Untungnya kereta ICE yang kami naiki dari Berlin tiba tepat waktu di München, dan kami harus berlari mengejar kereta EC di peron lain yang cukup jauh dengan waktu transfer hanya 12 menit!

pemandangan kereta menuju Innsbruck

Pemandangan sepanjang perjalanan dari München menuju Innsbruck sangat cantik.

Kereta merayap di pinggir pegunungan, dengan pemandangan gunung, lembah, jurang, dan sungai yang meliuk.

Saya yang sebenarnya mengantuk karena bangun sejak subuh untuk naik kereta pertama, berusaha keras membuka mata agar tidak melewatkan pemandangan yang luar biasa ini.

Beberapa kali kereta masuk terowongan panjang yang mana terowongan ini menembus perut gunung yang terbuat dari batu kapur (limestone).

Pegunungan Alpen memang sebagian besar berupa pegunungan kapur atau limestone, yang merupakan hasil endapan organisme laut selama jutaan tahun.

Rasanya sulit dipercaya jika pegunungan yang membentang sepanjang 1.200 kilometer dengan ketinggian rata-rata 2.000 meter ini dulunya adalah lautan.

pemandangan di Stasiun Utama Innsbruck

Saat tiba di Stasiun Utama Innsbruck (Innsbruck Hauptbahnhof) pun, mata kami disuguhi dengan pemandangan cantik pegunungan Alpen.

Stasiun Utama Innsbruck merupakan stasiun yang vital di Austria, karena stasiun ini merupakan stasiun yang menghubungkan jalur dari Jerman bagian selatan ke Italia bagian utara.

Innsbruck konon sudah menjadi jalur transportasi dan komunikasi yang penting sejak era pre-Romawi dan pada masa Romawi.

Nama Innsbruck baru mulai muncul pada tahun 1200-an dan terus menjadi jalur transportasi penting.

Innsbruck juga memiliki bandara yang terletak sejauh 4 kilometer di sebelah barat kawasan kota tua.

Akomodasi

Hotel Basic Innsbruck, Austria

Saat kami berkunjung, pada 9 hingga 11 Oktober 2023, saat itu masih termasuk off-season, di mana jumlah pengunjung ke kota ini tidak terlalu banyak.

Karena kami berkunjung di musim gugur, kami mendapat harga sewa hotel yang cukup murah.

Namun karena off-season pula lah, pilihan hotel dan layanannya tidak terlalu banyak, karena banyak hotel tutup atau mengurangi layanan dan operasionalnya.

Kami menginap di Basic Hotel Innsbruck, sebuah hotel bintang 3 yang berada di lokasi strategis tepat di pinggir Sungai Inn, kawasan kota tua, serta halte bus dan tram.

Uniknya, meski hotel berbintang 3, kami tidak mendapatkan ketel pemanas air di dalam kamar, yang biasanya ada, namun hal ini tidak terlalu masalah buat kami.

Kami sudah cukup beruntung mendapatkan hotel ini yang lokasinya strategis dengan harga miring, karena mengingat banyak hotel yang tutup di musim saat kami berkunjung.

Welcome Card Innsbruck

Yang menarik, karena kami menginap 2 malam, kami mendapatkan Welcome Card, yaitu tiket transportasi publik yang bisa digunakan di Innsbruck secara gratis.

Program Welcome Card ini merupakan inisiasi dari badan pariwisata Innsbruck, yang hanya tersedia di musim-musim tertentu.

Tergantung jumlah malam inap, fasilitas Welcome Card juga berbeda-beda, misalnya jika menginap selama 3 malam, kartu ini bisa digunakan untuk naik ke kereta gantung, atau ikut program dan tur menarik lainnya.

Untungnya kami masih kebagian Welcome Card dari musim panas, yang mana Welcome Card kami hanya berlaku untuk transportasi publik dan beberapa tur yang kami tidak berencana mengikuti.

Meski begitu, kami hanya menggunakan bus 2 kali selama 3 hari di Innsbruck, karena kotanya kecil, ke mana pun bisa dijangkau dengan berjalan kaki.

Apalagi hotel kami yang terletak tak jauh dari kota tua dan Sungai Inn, dengan berjalan-jalan di sekitar hotel saja sudah cukup puas.

Berkeliling Innsbruck

di Triumphpforte (gerbang kemenangan)

Kami hanya menjelajahi area pusat Innsbruck (Innenstadt) yang mencakup wilayah kota tua dan beberapa bangunan ikonik dan bersejarah.

Dari Stasiun Utama Innsbruck, kami berjalan kaki menuju ke hotel sambil mampir ke Triumphpforte alias gerbang kemenangan (triumph arch) bergaya Romawi yang dibangun oleh Maharani (kaisar perempuan) Maria Theresa pada tahun 1765 untuk merayakan perkawinan puteranya.

Gerbang ini tepat berada di ujung selatan Maria-Theresa-Straße, yang seolah-olah menjadi gerbang masuk area kota lama.

Maria Theresa adalah penguasa perempuan satu-satunya Habsburg pada tahun 1700-an yang wilayahnya mencakup area yang kini Austria, Hungaria, Kroasia, dan sebagian Italia utara.

monumen St. Anne

Di bagian tengah Jalan Maria Theresa (Maria-Theresa-Straße), terdapat monumen yang terbuat dari marmer dengan sosok St. Anna (Hannah), ibunda dari Bunda Maria, yang merupakan ibu dari Yesus Kristus.

Sepanjang jalan Maria-Theresa-Straße hanya pejalan kaki yang boleh melintasi, bahkan sepeda pun dilarang masuk.

Meski begitu, tetap saja ada satu-dua pesepeda yang melintas, entah karena memang ngeyel atau tidak tahu dan tidak melihat rambu.

Area ini merupakan area komersial, di mana berderet toko dan restoran berjejer sepanjang jalan.

Kami tertarik saat melihat beberapa orang terlihat menggenggam gelatto di tangan mereka.

menikmati gelatto di Innsbruck

Sepertinya seru sekali menikmati gelatto sambil menikmati suasana meski temperatur saat itu sekitar 15°C.

Kami pun mampir ke sebuah warung gelatto yang kami temui secara acak dengan antrean yang tidak terlalu panjang.

Saya memilih satu kugel (scoop) gelatto rasa hazelnut dalam wafel (cone) dan istri memilih satu kugel rasa tiramisu juga dalam wafel.

Satu kugel-nya ternyata cukup besar dan dihargai 2€ sudah termasuk wafelnya.

Harga per kugel gelatto ini sedikit lebih mahal bila dibanding dengan harga per kugel di Berlin, namun jika melihat ukurannya, jadinya cukup worth it.

Salah satu perbedaan gelatto dan es krim adalah kandungan susunya lebih banyak dari es krim sehingga kalorinya juga lebih rendah.

Puas menikmati gelatto, kami berjalan menuju ke arah kota tua.

Di kawasan kota tua, gangnya lebih sempit sehingga banyak kafe dan restoran menggelar meja dan kursi di pelataran.

tanda toko yang menjulur ke jalan

Yang menarik, setiap toko di yang ada di kawasan ini sepertinya wajib memasang tanda namanya menjulur ke arah jalan.

Banyak tanda nama yang terbuat dari besi ini terlihat tua, sesuai dengan usia gedung atau tokonya, dan ada pula yang baru namun dibuat seakan-akan terlihat tua.

Saya melihat tanda toko modern seperti Starbucks dan McDonald’s yang juga dibentuk mengikuti gaya lama.

Di kawasan kota tua yang segaris dengan Maria-Theresa-Straße, terdapat menara jam kota (Stadtturm) yang masih berfungsi dan Goldenes Dachl, bangunan dengan atap yang berlapis lembaran emas (gilded).

Bangunan beratap emas ini dulunya adalah singgasana kaisar untuk melihat acara yang dilangsungkan di pelataran tepat di bawahnya.

bagian dalam pusat informasi wisata Innsbruck

Kami juga mampir ke pusat informasi turis Innsbruck, yang kemudian kami takjub dengan bangunan di mana kantor ini berada.

Di sini, kami mencari informasi dan peta rute pendakian yang akan kami lakukan.

Kami juga mengambil beberapa brosur wisata gratis yang tersedia dalam Bahasa Inggris, Jerman, Italia, dan Prancis.

Brosur-brosur ini pun terlihat mahal dan didesain dengan baik, terlihat dari material dan cetakan yang digunakan.

Petugas pusat informasi sangat ramah dan membantu sekali, bahkan ia memberikan informasi bahwa jalur kereta gantung yang rencananya akan kami naiki tengah menjalani perawatan berkala, kemungkinan karena sedang off-season.

brosur wisata Innsbruck

Kami sempat kecewa mendengar informasi ini, namun cukup maklum dan bersyukur karena kami bisa mengubah rencana dan mempersiapkan diri.

Informasi semacam ini yang tidak selalu ada di internet, dan kami senang ada pusat informasi seperti ini.

Sepertinya ini pertama kalinya kami mengunjungi pusat informasi wisata seperti ini.

Di pusat informasi wisata ini, kami membeli peta wilayan Innsbruck yang juga memuat jalur pendakian seharga 2,99€ dan kartu pos cantik yang harganya sangat mahal, 3,99€, di mana kartu pos yang biasa saja harganya hanya 0,50€.

Tapi tidak apa-apa, karena kami akan mengirimkan kartu pos ini kepada kami sendiri ke Berlin, dengan prangko seharga 1,20€.

Jembatan Inn (Innbrücke)

Kami juga menyempatkan mengunjungi Jembatan Inn (Innbrücke), salah satu jembatan yang melintangi Sungai Inn menuju ke pegunungan Nordkette.

Di bagian utara sungai, berjejer rumah-rumah tinggi menjulang berwarna-warni dengan latar belakang gunung yang cantik.

Jembatan yang dibangun pada abad ke-12 ini lah yang menjadi cikal bakal nama kota ini dan menjadi lambang kota (city coat of arms).

Pada lambang kota Innsbruck, jembatan ini tergambar arah atas dan berada tepat di tengah.

Hingga tahun 1581, jembatan ini merupakan jembatan satu-satunya yang melintangi Sungai Inn.

Jembatan yang dulunya sangat strategis ini hingga kini masih menjadi jembatan utama di Innsbruck.

Selain bisa dilewati kendaraan, jembatan ini memiliki trotoar yang sangat lebar dan nyaman digunakan untuk pejalan kaki atau turis yang hendak foto-foto.

5 responses
  1. Gravatar of Peri Kecil Lia 🧚🏻‍♀️
    Peri Kecil Lia 🧚🏻‍♀️

    akhirnya mulai ditulis cerita perjalanan Kak Zam hihihi. beneran pemandangan kotanya bagus banget kayak di kartu pos, brosur dan wallpaper yang selama ini cuma bisa dipandang dari kertas atau digital :’) nggak nyangka kalau tempat kayak begini real dan amaze dengan fakta pegunungan Alpen yang dulunya di bawah laut!
    aku jadi kepikiran kalau di sana sedang off-season dan banyak penginapan ataur resto tutup, penduduknya jadi kerja apa ya Kak? apa istirahat aja terus nanti baru kerja kalau mulai musim wisata gitu kah?

    Gravatar of Muhammad Zamroni
    Muhammad Zamroni

    iya, biasanya saat off-season, mereka ganti yang beristirahat dan berlibur. di Eropa, hal semacam ini lumrah. tidak selamanya bekerja mencari uang, tapi juga mencari keseimbangan.. tsaahh..

  2. Gravatar of fanny_dcatqueen
    fanny_dcatqueen

    Ya ampuuuun kapan ih aku bisa kliling eropa 🤣🤣. Baguuus banget. Sukaaa kota tua begini. Jembatannya udh uzur banget berarti ya mas 😄 tapi pasti kuat kebangetan bisa bertahan Ampe skr.

    Kalo beda bahasanya, itu mungkin kayak Indonesia dan Malaysia yaaa? Saling paham tapi banyak arti beda juga ?

    Kalo okt off season, winter gimana? Atau malah peak? Soalnya aku LBH suka traveling saat winter dari dulu.

    Gravatar of Muhammad Zamroni
    Muhammad Zamroni

    jembatannya udah mengalami beberapa kali restorasi dan renovasi. perawatannya juara.

    untuk bahasa, ya ada dikit-dikit bedanya, tapi secara umum emang bahasa yang dipake Bahasa Jerman, dan dikit banget bedanya.

    justru winter adalah salah satu puncaknya, karena Innsbruck emang terkenal untuk olahraga ski.