Di Berlin, transportasi umumnya bisa dibilang cukup lengkap, mulai dari kereta S-bahn (semacam KRL) dan kereta regional yang dioperasikan oleh perusahaan Deutsche Bahn, serta kereta bawah tanah (U-bahn), bus, tram, dan kapal yang dioperasikan oleh perusahaan BVG.
Dari semua moda transportasi tersebut, hanya kapal feri yang belum pernah saya coba.
Di Berlin (dan beberapa kota di Jerman pada umumnya) transportasi umumnya menggunakan sistem tiket yang terpadu, di mana dengan satu tiket bisa digunakan untuk berbagai moda transportasi.
Tidak seperti tiket transportasi umum di Indonesia atau Singapura yang modelnya menggunakan tap kartu dan memotong saldo, di Berlin masih menggunakan tiket manual dalam bentuk kertas, kartu, atau aplikasi, untuk sekali jalan atau berlangganan.
Menariknya, tidak ada petugas yang akan meminta penumpang menunjukkan tiket saat naik, dan orang bisa bebas naik meski tidak membeli tiket.
Sepertinya kejujuran menjadi dasar penerapan sistem transportasi dan hal umum lainnya di Jerman.
Namun pada waktu dan tempat yang acak, ada petugas pengontrol tiket (bahasa slang-nya, kontie, dari kata Kontrolletti) yang tiba-tiba melakukan inspeksi dan meminta penumpang menunjukkan tiket.
Jika tertangkap tidak mempunyai tiket atau tidak memvalidasi tiketnya, orang tersebut akan diturunkan di halte berikutnya dan dikenai denda sebesar 60€ (sekitar Rp 1.000.000).
Petugas pengontrol ini biasanya menyamar menjadi penumpang biasa, dan biasanya terdiri dari 2 hingga 3 orang dalam sekali operasi.
Setelah pintu kendaraan tertutup, kontie akan mengeluarkan kartu identitas dan berteriak, “(Die) Fahrscheine, bitte!”, alias “tolong (tunjukkan) tiketnya!”.
Kembali ke soal moda transportasi, pada Jumat, 19 Februari 2021 lalu, akhirnya saya mencoba naik feri dengan menggunakan tiket langganan BVG saya.
Ada 6 jalur yang dilayani oleh feri BVG, yaitu F10, F11, F12, F21, F23, dan F24.
Saya memilih mencoba rute F11 yang melayani rute Baumschulenstraße-Wilhelmstrand, yang dermaganya mudah dicapai dengan menggunakan kereta S-bahn S9 jurusan Bandara Berlin-Brandenburg.
Sebelum mencoba naik feri, saya sempat mampir sebentar ke Treptower Park karena searah, untuk sekadar duduk-duduk mencari matahari, setelah beberapa pekan Berlin dihantam salju dan cuacanya cukup sendu.
Tepat sepekan sebelumnya, dermaga Treptower Park bahkan membeku berselimut salju.
Beberapa orang warga yang memiliki nyali sempat berjalan-jalan bahkan melakukan ski di atas Sungai Spree yang membeku itu.
Sementara saat saya datang pada hari itu, hanya melihat lapisan es yang cukup tebal mengikat kapal-kapal wisata yang tak beroperasi karena aturan lockdown yang diperpanjang hingga 7 Maret 2021.
Cuaca saat itu cukup hangat, dengan temperatur sekitar 9°C membuat saya ingin duduk-duduk di taman sambil menyerap tenaga matahari.
Saya sepertinya mulai merasakan apa yang orang bilang sebagai winter depression, atau seasonal affective disorder (SAD), yang mana menjadi hal umum di negara 4 musim karena kurangnya asupan vitamin D dari sinar matahari.
Jika sebelumnya saya belum pernah mengalami seperti ini, saya mulai bisa mengerti bagaimana berharganya matahari bagi orang-orang yang tinggal di negara yang jarang berjumpa dengan sang surya.
Sepertinya saya sudah mirip orang barat yang doyan berjemur saat melihat matahari.
Jumat itu saya sengaja mengambil cuti karena melihat cuaca yang cerah dan ingin memanfaatkan momen tersebut untuk memulihkan mental saya yang turun dan mempengaruhi kinerja saya di kantor.
Terlalu lama bekerja dari rumah ditambah tidak ke mana-mana karena lockdown memang sedikit banyak mempengaruhi mental saya.
Saya juga merindukan ngobrol dan nongkrong bertatap muka dengan teman-teman, namun sayangnya aturan lockdown membuat hal ini tidak memungkinkan.
Belum lagi soal traveling, yang untungnya meski lockdown, warga tetap diperbolehkan berjalan-jalan namun tidak bisa keluar kota jika bukan urusan yang penting.
Maka muncul lah ide untuk mencoba hal baru yang selama ini belum pernah saya coba, yaitu mencoba naik kapal feri BVG yang kebetulan lokasi dermaganya belum pernah saya kunjungi.
Dari Treptower Park, saya naik kereta S-bahn lagi, turun di Stasiun Baumschulenweg lalu jalan kaki sekitar 10 menit ke dermaga yang berada di hutan Plänterwald.
Karena saya memiliki tiket berlangganan, saya langsung naik ke kapal dari Dermaga Baumschulenstraße dan menyeberangi Sungai Spree menuju ke Dermaga Wilhelmstrand.
Perjalanan feri sendiri memakan waktu tak sampai 5 menit, dan saat itu meski hanya ada 2 penumpang, feri tetap beroperasi sesuai jadwal.
Di Wilhelmstrand rupanya banyak terdapat rumah-rumah cantik yang jauh berbeda dengan pemukiman di Berlin kota yang berupa apartemen dan flat.
Tiap rumah di area ini memiliki halaman, dan sekilas bentuknya seperti kampung.
Saya kemudian berjalan-jalan di area pemukiman ini sebelum akhirnya menuju ke jalan besar untuk naik bus dan pulang.
Jalan-jalan pada hari Jumat itu rupanya membuat saya senang, apalagi hawa-hawa musim semi sudah di depan mata, membuat saya bersemangat kembali.
Berikut ini video perjalanan saya!
Aku kalau tersesat sendirian gitu kayaknya bakalan panik deh. 😆
Btw, ayo, Mas, semangat terus! Sebentar lagi musim semi!