Pada akhir perang dunia kedua, kota Berlin yang berada di area Jerman Timur yang dikuasai Uni Soviet, terbagi menjadi dua yang dipisahkan dengan Tembok Berlin, Berlin Barat dan Berlin Timur.
Karena perebutan kekuasaan, hari Kamis, 24 Juni 1948, Republik Demokratik Jerman (Jerman Timur) menutup seluruh akses jalur darat dan sungai ke Berlin Barat.
Area yang dikuasai sekutu tersebut, semakin terpencil di tengah area Jerman Timur. Akses logistik, listrik, dan makanan pun terputus.
Selain merugikan 2,2 juta warga Berlin Barat, blokade ini juga merugikan sekutu yang menguasai area tersebut.
Amerika Serikat, Prancis, dan Inggris kemudian melaksanakan aksi untuk menyuplai kebutuhan warga Berlin Barat melalui udara, yang kemudian peristiwa ini dikenal dengan nama Airlift.
Untuk mengangkut logistik, 96 pesawat-pesawat pengebom C-47 Skytrain, tipe militer dari Douglas DC-3 (Dakota), digunakan untuk mengangkut kargo seberat 3,5 ton.
Suplai logistik dan barang kebutuhan dikirim dari pangkalan militer Inggris di Celle dan pangkalan militer Amerika Serikat Rhein-Main di Frankfurt.
Di Berlin Barat, pesawat-pesawat ini mendarat di Bandara Tempelhof, yang kemudian seluruh pasokan diditribusikan menggunakan truk-truk militer.
Selain sekutu, operasi kemanusiaan ini juga dibantu oleh negara-negara lain, yaitu Kanada, Australia, Selandia Baru, dan Afrika Selatan.
Blokade yang dilakukan Uni Soviet selama 322 hari ini akhirnya selesai di 12 Mei 1949.
Untuk memperingati berakhirnya blokade dan peristiwa Airlift 70 tahun lalu, pada 12 Mei 2019, pemerintah kota Berlin menggelar Airlift Festival (Fest der Luftbrücke) yang berada di bekas Bandara Tempelhof, bandara bersejarah yang menjadi bagian dari peristiwa Airlift.
Bandara Tempelhof berhenti beroperasi melayani penerbangan pada tahun 2008, dan kini menjadi ruang terbuka yang bisa digunakan warga untuk menggelar acara hingga sekadar jalan-jalan atau berpesta barbekyu.
Airlift Festival
Saya dan istri datang ke acara ini sekitar jam 12:00 dengan naik U-bahn U6 dan turun di Stasiun U Platz der Luftbrücke.
Keluar stasiun, kami langsung disuguhi tanda petunjuk untuk menuju ke lokasi acara yang ditempel di jalan.
Kami melewati monumen Airlift yang saat itu baru saja digelar upacara untuk memperingati peristiwa Airlift yang dipimpin oleh walikota Berlin, Michael Müller.
Selain di Berlin, monumen Airlift juga dibangun di Frankfurt dan Celle pada 1985 dan 1988.
Dari stasiun U Platz der Luftbrücke, kami berjalan mengikuti petunjuk yang ditempel sejauh 2 kilometer ke arena.
Meski matahari bersinar terik menyengat namun hawa dingin membuat kami tidak merasa gerah atau haus, meski saat itu kami sedang berpuasa.
Kami masuk melalui taxi way bekas bandara sebelah utara. Selama kami jalan, banyak orang yang datang menggunakan sepeda menuju ke lokasi acara.
Saat kami datang, parkiran sepeda yang luas terpampang di depan pintu.
Parkir sepedanya berupa pagar-pagar besi untuk tempat mengikat sepeda dengan rantai.
Tidak ada biaya untuk parkir sepeda ini.
Sebelum masuk ke lokasi, petugas keamanan memeriksa bawaan pengunjung karena untuk masuk kawasan ini dilarang membawa alkohol, petasan, dan benda tajam.
Makanan dan minuman dari luar tidak diperbolehkan, kecuali botol minuman berukuran kurang dari 1 liter.
Kami melewati gerbang yang memiliki sensor untuk menghitung jumlah pengunjung yang masuk.
Seorang petugas membagi-bagikan booklet berisi program acara dan peta yang dikemas dengan baik dan jelas.
Avenue of the Allies yang berupa pilar-pilar yang terbuat dari peti kemas yang diberdirikan di bagian apron langsung menyambut kami.
Bendera-bendera negara yang pernah berpartisipasi dalam peristiwa Airlift dipasang di tiang-tiang, lengkap dengan foto tokoh dan cuplikan peristiwa.
Kami menuju ke arah hangar yang sekaligus menjadi panggung utama, untuk melihat secara langsung pesawat Douglas C-54 yang ikut berperan dalam peristiwa Airlift.
Selain pesawat, ada beberapa kendaraan koleksi dari Deutsche Technikmuseum yang ikut dipajang, termasuk bus tingkat NAG.
Di depan pesawat, sebuah peti kemas yang diubah menjadi sebuah panggung yang bisa dinaiki pengunjung untuk mengambil gambar pesawat dari atas.
Meski antrean naik ke atas panggungnya cukup panjang, kami tetap antre dengan tertib.
Petugas menjaga arus pengunjung yang naik ke panggung agar di atas tidak terlalu sesak dan kondusif.
Begitu sampai di atas, rupanya banyak orang yang berfoto dengan latar belakang pesawat, sehingga kami tidak menemukan posisi yang bagus.
Kami kemudian turun panggung dan memutuskan berfoto dari bawah saja.
Tiba-tiba terdengar suara musik.
Rupanya di panggung utama sedang tampil kelompok musik dari Kepolisian Federal (Bundespolizeiorchester) membawakan lagu-lagu bertema mars dan patriotik.
Di depan panggung disediakan tempat duduk yang penuh terisi oleh pengunjung yang ingin menonton penampilan polisi-polisi bermain alat musik.
Sambil menikmati lagu-lagu yang dibawakan di atas panggung, saya berkeliling melihat-lihat koleksi kendaraan yang dipamerkan.
Sayangnya saya tidak dapat melihat dengan detail karena banyaknya pengunjung yang berkerumun melihat koleksi-koleksi bersejarah ini.
Di sekitar panggung banyak penjual makanan dan minuman bertebaran.
Yang cukup menggoda saya adalah kios penjual es krim, di mana saat panas-panas begini memang paling enak makan es krim.
Namun mengingat saya sedang berpuasa, saya pun bisa menahan diri.
Dari kejauhan, saya melihat benda putih terbang-terbang ke udara.
Karena penasaran, kami pun mendekat menuju ke Hangar 5.
Di sini terdapat ruang pamer yang berisi tentang Airlift, yang koleksinya diambil dari AlliertenMuseum, Deutsche Technikmuseum, Militärisches Museum der Bundeswehr Flugplatz Berlin-Gatow, dan beberapa museum lainnya.
Rupanya benda putih beterbangan itu berasal dari salah satu kios di ruang bermain anak, di mana busa sabun terbuat dari gas hidrogen berbentuk pesawat diterbangkan oleh seorang bapak.
Anak-anak dan orang dewasa pun berdecak kagum melihat busa-busa berbentuk pesawat tersebut terbang ke angkasa.
Saya melihat seorang badut tengah menghibur anak-anak dengan bercerita.
Kami pun bergeser ke arah apron di area pertunjukan, di depan Hangar 4.
Rupanya di sini tengah berlangsung pertunjukan ketangkasan anjing-anjing polisi yang dibawakan oleh Kepolisian Federal.
Anjing-anjing pintar ini memperagakan cara mereka menjaga, mengendus, mengejar, hingga melumpuhkan penjahat.
Di area ini juga terdapat tenda dari Kepolisian Federal yang menampilkan beberapa alat perlindungan keamanan, mulai dari mobil polisi yang bisa dilihat isinya, hingga helikopter AS-332.
Selain itu ada juga mobil tanggap darurat penanggulangan bencana, mobil palang merah Jerman, mobil pemadam kebakaran.
Beberapa lembaga keamanan dan kemanusiaan ikut membuka lapak di acara ini untuk memperkenalkan lembaganya juga membuka lowongan pekerjaan.
Setelah puas menikmati acara, meski tidak semua alat peraga kami lihat dan kami kunjungi karena lokasi yang sangat luas sekali, kami memutuskan untuk pulang.