Belgia selalu identik dengan coklat mewah, dengan berbagai bentuk, rasa, dan isian.
Namun saat kami megunjungi Brussel pada 2 hingga 4 Februari 2020 lalu, kami justru tidak mencicipi coklat yang katanya terkenal itu.
Kami justru memilih makan wafel dan makan hidangan kerang mussel lengkap dengan kentang goreng.
Makan Wafel di Maison Dandoy
Maison Dandoy adalah nama yang muncul setiap kali kami mencoba mencari tahu tempat penjualan wafel terbaik di Brussel.
Ada dua tempat yang bisa dikunjungi, di mana kedua tempat ini sama-sama rame dan dipenuhi turis.
Meski terpisah, namun kedua tempat ini masih berada di area yang sama, sekitaran Grand Palace yang tak jauh dari Stasiun Brussel Central.
Jean-Baptiste Dandoy membuka toko kuenya pada 1829, dan hingga kini toko kuenya telah diturunkan ke enam generasi selama 150 tahun.
Toko kue Maison Dandoy awalnya terkenal akan biskuit dan speculoos, namun kini, wafel dari toko ini menjadi primadona.
Ada dua jenis wafel yang ditawarkan oleh Maison Dandoy, pertama adalah wafel ala Brussel berbentuk kotak dengan kulit yang crispy namun lembut di bagian dalam, dan wafel ala Liège yang bentuknya cenderung lonjong dan biasanya bertabur gula karamel.
Kedua jenis wafel ini cocok ditaburi berbagai topping, mulai dari coklat, selai stroberi, krim kocok, dan sebagainya.
Awalnya kami hendak mampir ke toko Maison Dandoy – Tea Room & Waffles yang berada di Rue Charles Buls.
Namun saat itu restoran tersebut tengah dalam pembangunan dan kami hanya melihat antrean orang membeli wafel untuk dibawa pulang.
Kami lebih ingin duduk di dalam restoran dan menikmati wafel karena cuaca Brussel hari itu sedang gerimis dan cukup dingin.
Segera kami beranjak ke Maison Dandoy – Galeries yang berada di Galerie du Roi, yang baru saja buka.
Rupanya saat kami masuk, meja di dalam sudah penuh dan kami harus mengantre di dalam.
Apa boleh buat, karena perut keroncongan karena baru tiba dari bandara, kami mengantre di dalam saja daripada menunggu tak tentu di luar yang dingin.
Tak lama, kami dipanggil masuk dan duduk di sebuah meja bundar di pojok yang muat untuk dua orang.
Kami berdua memesan wafel ala Brussel, di mana istri memesan topping saus buah stroberi dan krim kocok, sedangkan saya memesan topping of the day, yang merupakan topping khusus hari itu.
Rupanya topping of the day hari itu adalah taburan kacang pistacio dan coklat cair.
Wafel yang disajikan memang sungguh berbeda dengan wafel yang biasa kami makan.
Wafelnya crispy namun lembut di dalam, apalagi disajikan selagi hangat di tengah cuaca dingin.
Saya juga memesan kopi hitam yang kemudian minuman tersebut datang dengan sepotong speculos.
Makan Kerang Mussel
Meski saya cukup puas makan kerang mussel saat di Lisbon, Portugal, namun Belgia juga memiliki hidangan kerang khas.
Gaya memasak kerangnya pun berbeda dengan gaya memasak di Lisbon.
Awalnya kami tidak memiliki tujuan khusus untuk makan kerang, karena di sekitar Grand Palace banyak restoran yang menyediakan menu ini.
Saat kami menyusure Rues des Bouchers, kami dipanggil seorang bapak-bapak sok ramah di depan restoran.
Rupanya dia menawarkan menu kerang mussel di restoran bernama L’Arlequin.
Awalnya kami ragu, namun entah angin apa, atau memang kemampuan menjual si bapak, kami akhirnya masuk ke dalam resto yang di dalamnya terasa dingin suasana.
Di dalam restoran ada satu meja berisi empat orang yang sedang makan.
Awalnya kami semangat, namun kami merasa ada sesuatu yang aneh. Si bapak tadi tiba-tiba memesankan kami menu kerang mussel dan paela tanpa menyebutkan harga di menu.
Wah celaka, kami sepertinya tertipu dan masuk ke dalam tourist trap!
Kami segera membuka Google dan melihat skor ulasan restoran ini. Sial, skor restoran ini hanya 1,5!
Karena sudah kepalang basah dan tidak bisa terjebak, kami menyiapkan mental dan bertanya harga supaya tidak tiba-tida kami dibebani tagihan yang tidak masuk akal.
Sepertinya si bapak tersebut mencium kecurigaan kami dan barulah ia menunjukkan harga di menu, ah cukup masuk dalam anggaran.
Walau agak sedikit tenang dengan harga yang akan kami bayar, kami tetap deg-degan dengan rasa masakannya, karena menurut dari ulasan, banyak yang kecewa.
Namun ya sudah, kami sudah menerima apa yang terjadi, dan tibalah waktu yang dinanti.
Kerang mussel datang dalam kuali berukuran besar, lengkap dengan paela yang porsinya luar biasa.
Jika dihitung-hitung, harga yang tadi ditawarkan masih masuk akal mengingat ukuran porsinya yang besar.
Soal rasa, tidak mengecewakan, walau tidak istimewa, namun tetap enak dimakan.
Sesuai cara Brussel, saya makan kerang mussel dengan kentang goreng fries yang konon fries ini berasal dari Belgia.
Kerang-kerang mussel di Brussel biasa didatangkan dari Zeeland, Belanda, yang mana bulan-bulan terbaik untuk memanen kerang ini pada Juli hingga bulan-bulan berakhiran -ber.
Cara masaknya pun sederhana, di mana kerang mussel direbus dalam air bersama bawang, seledri, garam, dan mentega.
Kami merogoh kocek sebesar sekitar 50€ untuk dua hidangan ini.
Maaasss… Wafel dan kerangnya bikin ngileeerr…