Melanjutkan tulisan tentang membangun home lab server, kali ini saya akan bercerita tentang penggunaan Dell OptiPlex 9010 sebagai home lab server.
Membeli Dell OptiPlex 9010 Refurbished dari eBay
Awalnya saya tidak memiliki preferensi tertentu tentang komputer seperti apa yang akan saya jadikan home lab server dan hanya browsing di eBay mencari komputer bekas atau refurbished dengan anggaran sekitar 70€ hingga 100€.
Saat menggunakan kata kunci “mini PC”, hasil yang keluar kurang sesuai harapan saya, karena rata-rata mini PC ini keluaran terbaru dengan harga sekitar 100€ ke atas, yang berada di luar anggaran saya.
Dengan harga segitu, sekalian saja saya membeli yang baru, karena selisih harganya tidak jauh berbeda.
Saya lalu memasukkan kata kunci lain, yakni hanya dengan menggunakan kata kunci “desktop PC”.
Dari hasil pencarian, cukup banyak komputer built-in limpahan dari kantor dengan berbagai merek dan seri, seperti Lenovo, Fujitsu, HP, Acer, dan Dell, dengan harga yang tidak sampai 100€.
Dengan menggunakan fitur saringan, pilihan makin mengerucut, dan saya terpapar cukup banyak seri Dell seri OptiPlex.
Seri Optiplex merupakan seri komputer kelas bisnis terpadu (all-in-one) yang biasa digunakan di perusahaan, lembaga pemerintahan, instansi kesehatan, dan institusi pendidikan, yang dirilis pertama kali pada tahun 1993.
Karena kelas bisnis, komputer ini cukup gampang mendapatkan dukungan, baik dari jenama secara langsung (jika memiliki garansi) atau mendapatkan komponen lainnya di internet.
Awalnya saya tertarik dengan Dell OptiPlex 7010 yang harganya masuk ke anggaran, di mana komputer ini mendukung prosesor Intel i3 generasi kedua dan ketiga, serta i5 dan i7 generasi ketiga, yang dijual dengan rentang harga 40€ hingga 70€.
Namun saat saya sedang melihat-lihat seri 7010 ini, saya terpapar dengan seri OptiPlex 9010 yang harganya juga masuk anggaran.
Seri OptiPlex 9010 yang secara spesifikasi sedikit di atas dan lebih baru dari OptiPlex 7010 dijual dengan rentang harga sekitar 50€ hingga 80€, tergantung kondisi.
Kemudian saya menemukan tawaran paling menarik, di mana Dell OptiPlex 9010 dengan prosesor Intel Core i5-3550 plus RAM 8GB dan SSD 256GB berisi Windows 10 Pro, dihargai 69€.
Tawaran ini merupakan tawaran paling murah dari semua tawaran seri OptiPlex 9010 yang lainnya.
Yang membuat saya langsung segera menekan tombol “beli” adalah karena saya mendapat diskon sehingga saya hanya membayar 62,79€.
Apalagi diskon ini hanya berlaku hingga tanggal itu, dan sekitar 30 menit menjelang berganti hari, saya langsung membeli tanpa berpikir ulang.
Penjualnya, Rhenus IT Cycle GmbH, memiliki reputasi cukup baik di eBay, yang rupanya merupakan perusahaan yang memang bergerak dalam menangani komputer-komputer lawas dari perusahaan atau lembaga, lalu melakukan peremajaan untuk kemudian dijual kembali.
Istilah kerennya, perusahaan e-recycler, alias pendaur ulang elektronika.
Perusahaan e-recycler macam ini cukup banyak di Jerman, dan mereka banyak yang membuka lapak di eBay, bersaing dengan penjual perorangan.
Dell Optiplex 9010 ini memiliki spesifikasi yang mirip dengan OptiPlex 7010, namun spesifikasinya sedikit lebih tinggi dan lebih baru, meski usianya kini mencapai 12 tahun karena dirilis pada pertengahan tahun 2012.
Soket yang digunakan adalah soket LGA 1155 yang kompatibel dengan prosesor Intel generasi ketiga (Ivy Bridge).
Seri OptiPlex merupakan salah satu seri yang populer di kalangan pehobi karena performanya yang masih andal untuk ukuran komputer tua.
Hal ini membuat harga jual bekasnya masih cukup tinggi, meski masih dibilang murah jika dibanding membeli mini PC terbaru dengan spesifikasi terkini.
Seri Optiplex generasi terbaru masih dijual dan beredar dengan spesifikasi terkini, yang tentunya harganya juga tidak murah.
Dari beberapa form factor seri OptiPlex ini, saya membeli yang SFF (Small Form Factor), di mana ukurannya cukup kecil dan masih memberikan ruang ekspansi untuk upgrade.
Menyiapkan Dell OptiPlex 9010
Sesuai janji di eBay, saya menerima barang dari eBay kurang dari 3 hari kerja.
Saya menerima paket dari DHL pada tanggal 10 April 2024, 3 hari setelah saya memesan di eBay pada 7 April tengah malam.
Komputer dikemas dalam kardus yang dilindungi dengan kantong plastik udara, dan dibalut dengan lapisan plastik dan pelindung kemasan.
Terlihat sekali bahwa penjualnya adalah perusahaan yang profesional dan terbiasa menangani komputer agar aman selama pengiriman.
Di dalam kemasan terdapat kuitansi dan kartu ucapan terima kasih karena telah “menyelamatkan bumi” dengan membeli komputer bekas dan menyelamatkannya dari menjadi sampah elektronika.
Saya tidak menyangka bahwa Dell OptiPlex 9010 SFF yang saya beli berukuran cukup mungil.
Tingginya sekitar 29 cm, dengan tebal 9,5 cm dan panjang 30 cm, dan beratnya sekitar 6 kilogram.
Menurut saya, ukuran komputer ini cukup ideal, meski beberapa port-nya termasuk kuno, seperti PS/2 untuk keyboard dan tetikus.
Untungnya komputer ini memiliki dua DisplayPort untuk monitor selain colokan VGA.
Colokan USB juga cukup banyak, di mana ada 2 colokan USB 2.0 dan 2 colokan USB 3.0 di depan, serta 4 colokan USB 2.0 dan 2 USB 3.0 di bagian belakang.
Komputer ini juga memiliki port serial, hal yang cukup lumrah dimiliki komputer pada masa itu, plus port RJ-45 untuk kabel jaringan dengan kecepatan 1Gbps.
Untungnya, komputer ini sudah memiliki 2 konektor SATA III untuk disk drive, dan SATA II untuk pembaca dan penulis CD/DVD.
Saya kemudian melakukan pengetesan singkat, dengan menyalakan komputer ini untuk memastikan semuanya berfungsi.
Windows 10 Pro berbahasa Jerman muncul di layar dan saya bisa langsung menggunakan komputer ini tanpa perlu login.
Kemungkinan besar saya tidak akan menggunakan Windows 10 Pro ini, namun untuk sementara, saya tetap menggunakannya untuk melakukan pembaruan BIOS dan melakukan beberapa pengaturan sistem.
Saat menyala, suara komputer ini sangat senyap, walau saya mendengar suara klithik-klithik mengganggu sedikit dari kipas casing, yang dugaan saya bagian bearing-nya sudah mulai aus.
Suara ini masih dibilang sangat lirih dan terasa mengganggu jika suasana sunyi atau mendekatkan telinga ke sumber suara.
Untuk sementara, saya membiarkannya, dan jika nanti benar-benar menggangu, saya akan mengganti kipas ini.
Saya juga menemukan bahwa salah satu colokan USB 2.0 di bagian depan juga tidak berfungsi, namun karena saya tidak menggunakan colokan ini, saya tidak mempermasalahkannya.
Sayangnya saya tidak dapat mengetes pembaca dan penulis CD/DVD, karena saya tidak memiliki CD/DVD, dan rencananya saya akan mengganti perangkat ini dengan caddy untuk SSD.
Sebelum saya mengetes komputer ini, saya mengintip dalaman komputer ini yang dengan mudah dilakukan karena bagian panel samping ada handle untuk membuka panel penutupnya.
Di dalam, saya menemukan sedikit debu yang berasal dari kipas CPU, menggumpal di panel penutup.
Saya menduga komputer ini tidak terlalu dibersihkan dan hanya diganti komponennya, karena disk drive sudah diganti dengan SSD.
Yang saya suka dari komputer Dell ini adalah kemudahan untuk membongkar pasang.
Di beberapa bagian, diberi tanda berwarna biru, yang mana bagian ini jika diangkat atau ditekan, ia akan terbuka atau terkunci.
Sticker bertulis Windows 7 bersama kode lisensinya tercetak di badan komputer, yang memang saat dirilis, komputer ini menggunakan lisensi OEM Windows 7.
Saya juga menemukan sticker bertuliskan kode service tag yang digunakan jika membutuhkan bantuan dari Dell.
Dengan memasukkan kode service tag ini di situs Dell, bisa diketahui informasi dari komputer ini, baik dari komponen yang digunakan hingga status garansinya, yang tentunya sudah kedaluarsa.
SSD yang dipasang di komputer ini berkapasitas 256GB bermerek Innovation IT seri SuperiorQ yang berisi Windows 10 Profesional.
Merek Innovation IT ini adalah merek produsen memori dan media simpan dari Jerman, yang meski namanya tidak setenar produsen lain semacam Western Digital, Seagate, Hitachi, atau SanDisk, namun saya cukup percaya dengan kualitas merek ini.
SSD berukuran 2,5 inchi dipasang pada semacam caddy berwarna biru yang mampu menampung 2 buah SSD.
Caddy ini berukuran 3,5 inchi, persis dengan ukuran hard disk, yang hanya muat satu di dalam slot yang juga bisa dibongkar dengan mudah.
Dua keping memori RAM berkapasitas masing-masing 4G Samsung DDR3-12800U (1600MHz) M378B5273CH0-CK0 terpasang di slot yang mendukung dual-channel.
Komputer ini memiliki 4 slot dual channel, dengan maksimum kapasitas RAM 32 GB, di mana masing-masing slot berisi ram berkapasitas 8GB.
Sejauh ini komponen yang digunakan adalah komponen dengan kualitas bagus dan hampir semuanya asli dari Dell.
Kipas yang digunakan juga asli dari Dell, bermerek Foxconn seri PVB120G12H-P01 di kipas prosesor dan AVC seri DASA0820R2U-P002 untuk kipas casing.
Catu daya yang digunakan mampu menyuplai daya hingga 240W dengan bentuk memanjang yang tidak standar sehingga cukup sulit menemukan catu daya dari pihak ketiga, meski banyak juga yang menjual catu daya ini.
Saya pun membongkar dan menyopot seluruh komponen lalu membersihkan seluruhnya dari debu dengan menggunakan kaleng udara bertekanan.
Kipas prosesor saya copot juga karena saya yakin, thermal paste penghantar panas dari CPU ke heat sink pasti sudah kering, apalagi komputer ini berusia 12 tahun.
Benar saja, thermal paste sudah kering dan saya lalu membersihkan sisa-sisa thermal paste ini dari prosesor Intel Core i5-3550 dan dari heat sink untuk kemudian saya ganti dengan yang baru.
Saya menggunakan thermal paste dari Arctix seri MX-4 yang sempat saya gunakan waktu mengganti thermal paste pada MacBook Pro mid-2012 saya.
Sayangnya, saya tidak menemukan di mana sisa thermal paste tersebut dan saya akhirnya membeli lagi dari toko Cyberport seharga 7,98€.
Karena butuh cepat, saya membeli thermal paste tersebut secara online, untuk kemudian saya ambil ke toko, karena hanya Cyberport yang barangnya tersedia dan bisa diambil hari itu juga (click and collect).
Setelah seluruh komponen bersih, saya merangkai kembali, menyalakan, dan memastikan semua berfungsi normal lagi.
Memasang Proxmox
Karena saya berniat memfungsikan komputer ini sebagai home lab server, saya memasang Proxmox Virtual Environment (VE), sebuah aplikasi virtualisasi yang memberikan kemudahan untuk memasang berbagai sistem operasi dan aplikasi secara virtual.
Ini adalah pertama kalinya saya memasang dan menggunakan Proxmox, di mana sebelumnya saya pernah menggunakan VirtualBox untuk menjalankan virtualisasi dari macOS.
Karena Proxmox berbasis Linux Debian, saya bisa dengan cepat menggunakan dan melakukan konfigurasi.
Saya menggunakan Proxmox versi terbaru, yaitu versi 8.1.10 saat tulisan ini dibuat.
Namun karena saya masih ingin menggunakan Windows 10 Pro bawaan dari komputer jika dibutuhkan, saya memerlukan ruang penyimpan baru.
Saya lalu berburu SSD murah meriah, dengan kapasitas 1TB yang rencananya saya gunakan sepenuhnya untuk Proxmox dan server kecil saya.
Awalnya saya ingin membeli SSD Intenso Performance seharga 72,99€, karena murah dan performanya lumayan, namun rupanya ukuran 1TB tidak tersedia saat itu.
Saya lalu menemukan SSD Western Digital (WD) Blue SA510 di MediaMarkt seharga 74,99€ yang bisa dibeli secara online dan bisa diambil ke toko, meski barang tersebut di cabang toko yang lumayan jauh jaraknya dari rumah.
SSD ini juga harganya paling murah jika dibandingkan dengan SSD lain di kelas menengah yang setara semacam SanDisk Ultra seharga 84,99€ atau Crucial MX500 seharga 87,99€).
Saya memang mencari SSD kelas menengah karena siapa tahu saya akan menggunakan SSD ini untuk production.
Sebelum digunakan, saya mengecek firmware SSD WD Blue SA510 ini karena SSD ini bermasalah dan untuk mengatasinya harus memperbarui firmware-nya.
Untuk melakukan pengecekan dan pembaruan firmware, saya menggunakan Windows 10 Pro yang datang bersama komputer ini.
Untungnya, SSD yang baru saya beli tersebut sudah menggunakan firmware terbaru dan saya tidak perlu melakukan pembaruan firmware.
Saya lalu melepas SSD Innovation IT yang berisi Windows 10 Pro, lalu melakukan instalasi Proxmox ke SSD WD Blue baru saya.
Untuk sementara, kapasitas 1TB sangat mencukupi, dan rencananya saya akan memindah Windows 10 Pro dari SSD ke virtual machine di Proxmox, karena saya tidak ingin kehilangan lisensi Windows 10 Pro.
Awalnya saya mengira lisensi Windows ini adala lisensi OEM, namun ternyata lisensinya adalah lisensi retail yang aktivasinya menggunakan metode aktivasi digital.
Artinya, saya bisa menggunakan product key lisensi yang sama, jika misalnya saya meng-install ulang Windows 10 Pro di virtual machine, dengan menonaktifkan lisensinya di Windows 10 Pro yang ada di SSD.
Saya juga sudah lama tidak menggunakan Windows, dan nanti jika saya ingin menggunakan Windows, saya tinggal menjalankan virtual machine saja.
Nantinya setelah Windows 10 Pro sudah terpindah ke virtual machine, saya bisa menghapusnya dari SSD dan memanfaatkan SSD 256GB tersebut untuk keperluan lainnya.
Konsumsi Daya
Setelah sekitar 2 pekan home lab server saya beroperasi, konsumsi dayanya, meski terbilang rendah bila dibandingkan komputer lain, menurut saya masih cukup tinggi.
Dalam posisi idle dengan beberapa VM (virtual machine) berjalan di Proxmox, komputer ini mengonsumsi daya sekitar 15W hingga 17W.
Saat melakukan beberapa aktivitas yang berat, daya yang dikonsumsi naik di sekitar 20W hingga 30W.
Saya mengukur konsumsi daya ini menggunakan perangkat smart plug Meross yang saya monitor melalui Home Assistant yang berjalan di home lab server saya ini.
Dengan harga listrik 0,40€ per kWh, jika server ini menyala 24 jam, dengan konsumsi daya rata-rata 20W, maka biaya listrik yang harus saya keluarkan adalah 70,08€ per tahun (20W × 24 jam × 365 hari × 0,40€).
Tentu saja buat saya ini ongkos yang tidak murah, dan saya berusaha untuk mencari cara agar konsumsi dayanya bisa rendah yang ujung-ujungnya ongkos listrik juga murah.
Salah satu caranya mungkin dengan menjalankan server ini seperlunya saja, karena toh ini adalah home lab server.
Pilihan lainnya adalah mencari komputer alternatif yang lebih hemat energi, seperti Raspberry Pi atau komputer modern, atau bahkan laptop yang penggunaan energinya rendah.
Namun tentunya harga yang harus dibayar di awal jadi lebih mahal jika membeli komputer baru lagi.
Walau sebenarnya, biaya listrik ini masih tergolong rendah, namun karena saya juga berencana menambah beberapa aksesoris dan melakukan upgrade, tentu saja biaya listriknya juga makin bertambah.
Menambah Aksesoris
Saya lalu berburu RAM bekas di eBay, karena menurut saya, RAM 8GB meski cukup, namun saya ingin menambah kapasitas memori agar bisa menampung lebih banyak virtual machine dan container.
Saya berencana menambah RAM dan memaksimalkannya menjadi 32GB.
Saat tulisan ini dibuat, saya masih menunggu RAM tersebut datang, karena terasa to good to be true, meski penjualnya di eBay, sebuah perusahaan berbasis di Munich, reputasinya cukup baik.
Apalagi harga RAM DDR3 1600MHz berkapasitas 8GB, rata-rata harganya sekitar 15€.
Selain RAM, saya juga membeli kabel jaringan Cat 6 yang mendukung kecepatan 1Gbps yang sesuai dengan port komputer ini dan router saya.
Saya juga akhirnya memutuskan mengganti kipas casing saya dengan kipas dari Noctua agar suara kipas makin senyap.
Apalagi kipas tersebut bunyi bearing-nya makin lama makin nyaring, meski tidak dalam taraf mengganggu.
Saya membeli kipas bekas dari Amazon yang barangnya dikirim dari produsennya langsung, dari Austria.
Kipas Noctua NF-R8 Redux yang saya tebus seharga 8€ dari harga barunya 14€ tersebut juga sedang dalam proses pengiriman saat tulisan ini dibuat.
Saya juga membeli kabel adapter kipas dari Amazon untuk kipas Noctua tersebut karena Dell menggunakan konektor kipas 5 pin, sementara kipas casing pada umumnya menggunakan konektor 4 pin.
Sementara saya belum berencana mengganti kipas prosesor, karena selain tidak ada keluhan, karena bentuknya yang khusus, mencari kipas penggantinya juga tidak mudah.
Jika dihitung-hitung, ternyata tambahan aksesorisnya biayanya lebih mahal dari harga komputernya.
Memang hobi home lab server ini bisa dibilang bukan hobi yang murah.
Namun karena saya niatkan untuk sarana belajar, anggap saja biaya ini adalah investasi.
lengkap sekali penjelasannya
dijelaskan runtut sekali
home lab server
kalau saya pengen buat cloud sendiri untuk media penyimpana yang berbasis internet