Sudah sejak lama sekali saya penasaran dengan gokart, namun belum pernah mencobanya karena akses yang terbatas, karena yang menawarkan lintasan dan penyewaan gokart juga terbatas.
Di Jabodetabek sendiri, ternyata ada 5 tempat yang menyediakan fasilitas gokart dengan harga yang ternyata cukup terjangkau.
Akhirnya saya bisa mencoba permainan yang cukup memacu adrenalin itu, yang dibiayai oleh kantor.
Kantor memang mempunyai anggaran yang diberikan kepada karyawan untuk kebersamaan, yang penerapannya diserahkan ke masing-masing tim.
Biasanya anggaran ini digunakan untuk kegiatan main bersama, entah makan bersama, bermain paintball, atau gokart.
Di masa pandemi ini, cukup sulit untuk melakukan aktivitas berkumpul, karena ada aturan jumlah maksimal orang bertemu serta penerapan protokol kesehatan yang tidak semua fasilitas boleh buka.
Meski demikian, anggaran tersebut harus digunakan, karena dianggap cukup penting untuk membangun kekompakan dan kebersamaan anggota tim.
Saya pun akhirnya bisa mengerti kenapa ada istilah “penyerapan anggaran” yang sering didengung-dengungkan.
Setelah hampir setahun dana tersebut nganggur karena adanya pembatasan terkait pandemi, akhirnya pada hari Senin, 5 Oktober 2020, rencana tersebut terlaksana.
Keputusan tersebut pun tidak mudah diambil, karena selain mencari waktu yang tepat, penentuan jenis kegiatannya juga menimbulkan perdebatan pelik di grup Slack.
Dari 10 orang anggota tim, yang bisa dan mau ikut gabung ada 4 orang, namun pas hari-H, satu orang yaitu atasan saya akhirnya membatalkan rencana karena ada urusan pekerjaan yang lebih penting.
Akhirnya yang berangkat hanya kami bertiga, yaitu saya, Gabriel, seorang teman dari Brasil, serta Azeez, seorang teman dari Nigeria.
Kami menyelesaikan pekerjaan kantor lebih awal, karena kami sudah memesan untuk permainan pukul 17:00.
Setelah pamitan di grup, kami janjian bertemu langsung di sirkuti, Berlin Kart yang berada di area Neukölln.
Pertama Kali Bermain Gokart!
Saya datang tiba lebih awal di lokasi yang sekilas seperti gudang besar.
Berlin Kart merupakan wahana indoor gokart yang menurut saya cukup menyenangkan dilakukan di musim dingin begini.
Bunyi deru mesin gokart terdengar hingga luar gedung lengkap dengan bau solar yang tajam.
Saya celingukan mencari Azeez yang telah lebih dulu memesan tempat namun rupanya dia belum datang.
Setelah mengirim pesan kepada Azeez saya pun masuk ke dalam karena di luar dingin plus gerimis.
Begitu masuk, saya duduk sambil menunggu Azeez dan Gabriel datang.
Petugas yang melihat saya duduk pun langsung menghampiri karena saya masuk tanpa permisi dan melewati resepsionis yang memang tidak ada yang jaga.
Saya menjelaskan ke petugas dengan setengah berteriak karena suara bising, yang kemudian tak berapa lama kedua teman saya datang.
Kami digiring kembali ke meja resepsionis untuk menyelesaikan urusan pembayaran.
Berlin Kart memiliki beberapa paket yang dibagi menjadi dua grup berdasar jumlah peserta.
Pertama paket yang pesertanya kurang dari 6 orang dan paket untuk orang maksimal 11 orang.
Tiap paket dibedakan lagi berdasar durasi permainan, di mana paling dasar adalah bermain selama 15 menit tanpa ada kompetisi, sementara paket paling lama adalah 65 menit di mana 10 menit pemanasan, 15 menit kualifikasi, dan 40 menit balapan.
Kami memilih paket dengan durasi 55 menit, yang bernama Le Mans Race, dengan harga 63€ per orang dengan waktu balap hanya 30menit.
Menurut kami, 55 menit sudah lebih dari cukup.
Setelah membayar, kami diberikan penutup kepala untuk melindungi kepala sebelum menggunakan helm.
Benar-benar seperti pembalap sungguhan.
Sebelum turun ke lintasan, kami diberi pengarahan dan informasi terlebih dahulu.
Dengan Bahasa Inggris yang terpatah, petugas berusaha menjelaskan berbagai prosedur, terutama soal sinyal bendera yang digunakan selama bermain gokart.
Misal bendera kuning atau saat lampu-lampu kuning berkelip-kelip, maka artinya seluruh pemain harus mengurangi kecepatan karena ada kondisi darurat, atau misal jika pengemudi dianggap terlalu berbahaya, bendera merah adalah peringatan terakhir untuk si pemain meninggalkan lintasan.
Termasuk cara mengemudikan gokart yang hanya punya dia pedal, gas di kiri dan rem di kanan, tanpa ada perseneling atau penggantian gerigi yang rumit.
Sebelum masuk lintasan, kami menyimpan seluruh barang mulai dari tas hingga ponsel ke dalam loker yang tersedia.
Tidak ada jaket khusus yang disediakan, mungkin karena lokasinya di dalam ruangan dan dianggap cukup aman.
Gentlemen, Start Your Engine!
Setelah mengambil helm dan naik ke atas gokart masing-masing, petugas mulai menyalakan mesin dengan menarik tali starter yang berada di sisi kanan belakang.
Brum.. Brum.. Bau solar langsung menguar memenuhi udara.
Petugas mengatur barisan dan urutan dengan memberikan jeda karena ini adalah sesi pemanasan yang fungsinya membiasakan pemain dengan cara mengendalikan kendaraan.
Ngeeng.. Gokart yang saya kendarai langsung meluncur saat pedal gas saya injak.
Meski agak kaget, say bisa langsung mengendalikan.
Sudah lama saya tidak menyetir mobil, dan pikir saya mengendarai gokart tak jauh beda dengan menyetir mobil
Rupanya saya salah, karena gokart adalah binatang yang sangat berbeda.
Lupakan semua teori keselamatan terutama saat menikung, di mana jika mengendarai mobil, sebisa mungkin saat menikung, kecepatan diturunkan.
Pada gokart, justru saat berbelok tajam, gas harus diinjak sambil menahan setir karena momentumnya yang pendek dan rasio setirnya tidak linear.
Membelokkan setir sedikit saja, roda sudah menyimpang sekian sudut.
Menginjak rem saat berbelok justru menambah masalah karena gokart bisa drifting yang jika tidak bisa mengendalikan, pemain akan menabrak bantalan sirkuit.
Menit-menit pemanasan ini benar-benar saya manfaatkan untuk mempelajari dan membiasakan diri menyetir gokart serta menghafal sirkuit, apalagi ini pengalaman saya yang pertama kali.
Melahap tikungan U tentu berbeda saat berkelok di tikungan S, apalagi saat keduanya dikombinasikan, di mana ada lintasan lurus panjang sebelumnya.
Dalam beberapa putaran, saya mulai bisa menghafal sirukit dan menandai titik-titik mana yang menurut saya cukup kritis.
Tak terasa, bendera kotak-kotak dikibarkan oleh petugas, yang mana seluruh pemain wajib menyelesaikan satu putarn lagi sebelum kembali ke pit.
Rupanya waktu pemanasan usai, dan pemain diminta untuk beristirahat sejenak sebelum masuk ke babak kualifikasi yang diakhiri dengan race.
Saya kaget saat petugas membagikan kertas berisi catatan waktu semua pemain.
Rupanya hasil pemanasan, saya berada di posisi paling bontot, dengan waktu putaran tercepat 1 menit 38,59 detik dari 12 putaran saat melahap lintasan sepanjang 725 meter ini.
1.. 2.. 3.. Go!
Setelah istirahat sejenak, kami memulai babak kualifikasi.
Selain rombongan kami, petugas menggabungkan peserta lain yang sudah datang dan bermain sebelum kami.
Total pemain ada 9 orang yang akan berkompetisi menjadi pembalap gokart tercepat.
Saya tentu tak mau kalah, dan jiwa kompetitif saya bergejolak.
Namun rupanya jiwa kompetitif tanpa pengalaman dan kemampuan rupanya tidak cukup, karena beberapa kali saya didahului oleh beberapa anak baru ini, yang jika dilihat dari gayanya menyetir, adalah akamsi alias anak kampung sini, yang kemungkinan besar udah sering bermain di arena ini.
Rupanya priviledge juga ikut bermain di sini, tapi saya tetap berusaha sekuat tenaga.
Hingga akhirnya babak kualifikasi selesai, dan saya mencatatkan waktu yang agak lebih baik dari waktu pemanasan, yaitu 1 menit 23,85 detik pada 8 putaran.
Dari hasil kualifikasi tersebut, saya menempati urutan keenam pada pole position pada sesi balap.
Setelah lampu merah menyala tiga kali, lampu hijau lalu menyala dan seluruh pemain langsung menginjak gas sekuat tenaga untuk menjadi yang terdepan.
Tak terasa, balap gokart pun usai, dan seperti biasa, kami diberikan lembaran kertas berisi hasil balap siang itu.
Hasilnya, Azeez berada di posisi kedua, disusul Gabriel di posisi ketiga, sedangkan saya berada di posisi kelima, dengan catatan waktu lap tercepat 1 menit 21,601 detik dari 13 putaran.
Informasi waktu ini cukup lengkap, di mana saya bisa mengetahui bahwa waktu lap tercepat ini saya dapatkan pada putaran ketiga, dan saya tertinggal 2 putaran dari si juara pertama.
Saya sendiri cukup senang akhirnya bisa menyentang salah satu keinginan saya sejak lama, yaitu bermain gokart.
Walau saat pulang, seluruh badan bau solar karena tidak ada jaket dan balapan dilakukan di ruang tertutup.
Apalagi, usia memang tidak berbohong, karena keesokan harinya barulah saya merasa pinggang bagian belakang saya terasa njarem dan harus ditempel koyo akibat bermain gokart.
Namun ini menjadi alasan saya agar lebih sering lagi bermain gokart, dan teman-teman yang lain sepakat untuk bermain lagi di lain kesempatan, tentu dengan jumlah peserta yang lebih banyak, dan saat pandemi berakhir.
Saya malah belum pernah setir go-kart 🙈😁