Untuk meningkatkan layanan pada saat musim mudik Lebaran Idulfitri 1438 H, PT KAI meluncurkan beberapa kereta api ekonomi premium tambahan. Meski berstatus kereta ekonomi, namun fasilitasnya jauh meningkat, bahkan lebih bagus dari kelas bisnis.
Ada 4 rangkaian kereta ekonomi premium yang dioperasikan oleh PT KAI selama musim mudik 2017, yaitu KA Mataram Premium (Pasar Senen-Lempuyangan), KA Gaya Baru Malam Selatan Premium (Pasar Senen-Surabaya Gubeng), KA Tawang Jaya Premium (Pasar Senen-Semarang Poncol), dan KA Mantab Premium (Pasar Senen-Madiun).
KA Mataram Premium mulai beroperasi pada tanggal 15 Juni 2017. Saya dan istri berkesempatan naik kereta KA Mataram Premium pada tanggal 5 Juli 2017 karena saat itu hanya kereta ini yang tersedia.
Harga tiket untuk pemesanan tanggal 15-26 Juni 2017 adalah Rp 320.000 per orang. Sedangkan jika memesan pada tanggal 27 Juni-11 Juli 2017, harganya Rp 150.000 per orang. Saya mendapat tiket KA Mataram Premium seharga Rp 320.000 melalui situs penjualan online, karena memesan pada 15 Juni 2017.
Dari Stasiun Lempuyangan, Yogyakarta, KA Mataram Premium bernomor 7029 berangkat tepat waktu pada pukul 08:20 WIB. Ada total 10 rangkaian kereta penumpang, plus kereta restorasi dan kereta pembangkit. Seluruh kereta dibuat oleh PT Industri Kereta Api (INKA) dengan nomor lambung bertahun 2017.
Tampilan keretanya pun berbeda dari tampilan kereta ekonomi biasa. Badan kereta berwarna krem dengan garis berwarna merah-kuning-merah. Di beberapa kereta terdapat layar LED yang menampilkan nama kereta. Tulisan “Premium” berwarna merah tercantum tepat di sisi pintu masuk.
Kami duduk di kereta nomor 9 pada kursi bernomor 7A dan 7B. Kereta ekonomi premium berdaya tampung 80 kursi. Uniknya, posisi kursi ini separo menghadap ke arah jalannya kereta, sebagian menghadap berlawanan dengan jalannya kereta.
Bagian bordes (sambungan antarkereta) dan pintu masuk terasa lebih lega. Terdapat pintu geser yang mengurangi bunyi bising kereta dari luar.
Kursi berlapis kulit imitasi berwarna krem kecoklatan menampilkan kesan premium. Kursinya pun bisa disetel (reclining) untuk menambah kenyamanan. Jujur saja, jika biasanya saya naik kereta ekonomi berakhir dengan pinggang pegal, naik kereta ini pinggang saya tidak terasa pegal.
Sandaran tangan pada bagian tengah juga bisa diangkat ke atas jika ingin tempat duduk lebih lega. Meski tidak ada pijakan kaki seperti di kelas eksekutif, namun ruang untuk kaki terasa lega.
Tersedia 4 layar televisi yang terpasang di langit-langit yang menayangkan iklan dan informasi seputar kereta api. Namun sayang, audionya kurang terdengar.
Pendingin ruangan tersebar pada kereta terasa sangat dingin. Saya merasa bahwa temperaturnya lebih dingin dari kereta eksekutif.
Ruang bagasi penyimpan di atas terasa lebih lega dan luas. Tidak perlu khawatir lagi berebut tempat di bagasi yang sempit dan takut barang jatuh.
Terdapat lampu baca di bagian atas untuk kenyamanan jika ingin membaca. Di setiap tempat duduk terdapat colokan listrik dan meja kecil yang cukup untuk menampung 2 botol air minum berukuran sedang.
Pada bagian atas terdapat cantolan yang bisa digunakan untuk mencantolkan barang bawaan, topi, atau jaket. Jika silau, terdapat tirai yang bisa dibuka dan ditutup dengan menarik secara vertikal.
Di bagian ujung kereta, terdapat layar LED yang menampilkan informasi perjalanan, misal lokasi stasiun yang sedang dilewati, nomor kereta, dan waktu. Nomor telepon penanggungjawab perjalanan (kondektur) juga terpampang jika penumpang membutuhkan bantuan.
Dua buah toilet terletak di ujung kereta. Ruang toiletnya terasa sangat sempit. Kloset yang digunakan berupa kloset duduk dengan sebuah flusher untuk bersuci. Sebuah wastafel kecil, tisu, dan sabun cuci tangan tersedia di toilet ini.
Tidak hanya kenyamanan, keselamatan pun diperhatikan oleh PT KAI. Saat berangkat, video tentang keselamatan tampil di layar televisi di atas, namun saya amati tidak banyak orang yang memperhatikan video tersebut, apalagi audionya hampir tak terdengar.
Pada kantung kursi di bagian depan, terdapat kartu petunjuk keselamatan, berisi jalur evakuasi dan prosedur keselamatan jika terjadi keadaan darurat. Mirip seperti pada pesawat terbang!
Pada lantai terlihat garis jalur yang akan menyala jika kondisi gelap untuk menuntun penumpang keluar menuju jalur evakuasi. Garis bantu ini mengandung fosfor, di mana garis ini akan menyerap dan menyimpan cahaya, dan akan mengeluarkan cahaya pada saat gelap.
Di beberapa titik terdapat palu pemecah kaca jika diperlukan, namun sayangnya palu pemecah kaca ini sulit diakses karena ditutup akrilik yang sulit dibuka. Jika pada kondisi normal saja sulit diambil, bagaimana pada kondisi darurat? Semoga PT KAI bisa memperbaiki hal ini.
Kereta Mataram Premium saat kami naik dari Stasiun Lempuyangan tidak terisi penuh. Kereta berhenti di beberapa stasiun, di mana sedikit demi sedikit, hingga selepas Purwokerto, seluruh kursi terisi.
KA Mataram Premium berhenti untuk menaik-turunkan penumpang di Stasiun Wates, Stasiun Kutoarjo, Stasiun Kebumen, Stasiun Karanganyar, Stasiun Sumpiuh, Stasiun Kroya, Stasiun Notog, Stasiun Purwokerto, Stasiun Cirebon Prujakan, Stasiun Bekasi, Stasiun Jatinegara, dan berakhir di Stasiun Pasar Senen.
Sepanjang perjalanan, penumpang bisa memesan makanan dan minuman yang ditawarkan oleh petugas restorasi. Nasi goreng, nasi rames, ditawarkan dengan harga Rp 30.000. Minuman hangat berupa segelas kopi atau teh hangat dijual dengan harga Rp 7.000-an.
Jika tidak kehabisan, penumpang juga bisa menyewa bantal untuk menambah kenyamanan dengan harga Rp 7.000 per bantal.
Kami turun di Stasiun Bekasi pada jam 16:23 WIB, sesuai dengan jadwal yang tertera pada tiket.
Saya pribadi puas dengan layanan KA Mataram Premium, dan sebagai pecinta kereta api, saya berharap seluruh rangkaian kereta ekonomi memiliki kualitas dan layanan yang sama dengan kereta premium ini.
Ceritanya seru banget, oh ya cerita mataram premium ini saya masukkan dalam web mudikgratis.com ya..