Hiu Karpet Wobbegong

4 minutes 1,631 3

Hiu merupakan salah satu faktor penting dalam ekosistem laut. Berperan sebagai predator, hiu memiliki fungsi untuk menjaga ekosistem tetap sehat dengan memangsa hewan-hewan sakit dan lemah.

Hiu adalah hewan Vertebrata yang masuk ke dalam kelas Chondrichthyes yang salah satu cirinya kerangka terbuat dari chonroblast atau tulang lunak.

Kelas Chondrichthyes terbagi menjadi 8 ordo, yaitu: Carcharhiniformes, Heterodontiformes, Hexanchiformes, Lamniformes, Orectolobiformes, Pristiophoriformes, Squaliformes, dan Squatiniformes.

Salah satu hiu yang saya temui di Selat Dampit, Kab. Raja Ampat, Papua Barat adalah hiu karpet yang sering disebut dengan nama wobbegong.

Hiu karpet merupakan keluarga Orectolobidae, anggota dari ordo Orectolobiformes, memiliki ciri-ciri sepasang sirip dorsal, tak bersirip atas (spine), mulut kecil pipih di depan, beberapa jenis memiliki barbel (semacam tentakel di depan mulut), dan sirip belah yang mungil.

memotret-wobbegong

Ada 3 genus dalam keluarga Orectolobidae, yaitu Eucrossorhinus, Orectolobus, dan Sutorectus.

Hiu karpet yang sering ditemui di perairan sekitar Australia dan Indonesia barat adalah hiu dari genus Orectolobus.

Wobbegong yang saya temui di perairan Raja Ampat dan yang saya sebut di tulisan ini adalah spesies wobbegong Orectolobus leptolineatus (Indonesian wobbegong).

Wobbegong memiliki ciri suka hidup di dasar laut. Panjang maksimal bisa mencapai 1,2 meter.

Warna kulit wobbegong abu-abu kecoklatan dan memiliki corak simetris totol-totol yang keras. Warna kulit ini digunakan wobbegong untuk menyamar dan berbaur dengan lingkungan sekitarnya. Wobbegong memangsa ikan-ikan kecil dengan cara menunggu lalu menyergap tiba-tiba pada malam hari.

wobbegong-swim

Seperti hiu pada umumnya, wobbegong relatif tidak berbahaya terhadap manusia. Wobbegong bisa menyerang hanya bila merasa terganggu.

Saya melihat wobbegong di dua titik penyelaman, yaitu di Blue Magic dan Mios Kon.

Saat ditemui, wobbegong tengah berdiam di bawah karang dan ketika terusik, dia pun berenang menghindar dengan gerakan yang anggun.

Kedua titik penyelaman ini memiliki terumbu karang yang sehat dan cukup dangkal. Dasar berada di kedalaman sekitar 20 meter berupa lapisan pasir (sandy bottom) dan puncak karang berada di kedalaman sekitar 9 meter).

Kedua titik penyelaman di atas sangat cocok untuk wobbegong. Perairan hangat, sekitar 29-30 Celcius, terumbu karang yang mendukung untuk penyamaran, dan ikan-ikan karang yang berlimpah.

wobegong-reef

Wobbegong berkembang biak dengan cara ovovivipar, telur ditetaskan di dalam tubuh, kemudian keluar menjadi anak hiu.

Meski wobbegong bukan termasuk hewan yang dilidungi, namun kelestariannya perlu dijaga.

Seperti halnya hiu, perkembangbiakan wobbegong tidak secepat dan semudah hewan lain.

Jika wobbegong punah, peran predator akan berkurang sehingga mengganggu keseimbangan ekosistem.

Apalagi di tengah maraknya perburuan hiu untuk konsumsi, keberadaan wobbegong pun bisa terancam.

Pemerintah Indonesia telah menetapkan laut sekitar Waigeo Selatan, yang meliputi pulau-pulau kecil seperti Gam, Mansuar, kelompok Yeben dan kelompok Batang Pele, telah disahkan sebagai Suaka Margasatwa Laut.

Menurut SK Menhut No. 81/KptsII/1993, luas wilayah Suaka Margasatwa Laut Raja Ampatย mencapai 60.000 hektar.

Video

Keterangan

Tulisan ini dibuat untuk memenuhi syarat mendapatkan sertifikat kecakapan (SCUBA diver speciality) National Geographic Diver. Foto diambil oleh Michael Sjukrie. Vide oleh Glenn Sjukrie.

5 responses
  1. Gravatar of Ceritaeka
    Ceritaeka

    Goooood, kerennyaaaa

  2. Gravatar of michael sjukrie
    michael sjukrie

    Luar biasa broo…..

  3. Gravatar of Chris
    Chris

    Sewaktu saya ambil sertifikat open water saya di bali, saya melakukan dive pertama saya di Padang bai dan saya melihat hiu karang. Saya sangat senang sekali karena itu pertama kali saya bisa melihat langsung bentuk hiu ๐Ÿ˜€ emang diving in Bali sangat amazing ๐Ÿ˜€