Saya sebenarnya sudah lama tidak bermain Facebook, bahkan saya sengaja untuk berhenti main Facebook.
Tidak hanya itu, saya juga berusaha untuk tidak terlalu aktif menggunakan platform milik Mark Zuckerberg itu.
WhatsApp hampir tidak pernah saya gunakan, meski saya tergabung di beberapa grup alumni sekolah, grup teman-teman sepermainan, dan keluarga.
Namun seluruh grup tersebut saya matikan notifikasinya karena saya enggan juga keluar dari grup.
WhatsApp hanya saya gunakan untuk menghubungi orang tua dan adik saya di Indonesia.
Selain WhatsApp, akhir-akhir ini saya juga mulai berhenti bermain Instagram.
Sejak berhenti bermain Twitter saat media sosial ini diakuisisi Elon Musk dan diubah nama jadi X, saya beralih cukup aktif bermain Instagram.
Namun lama-lama saya merasa jenuh dan merasa bahwa waktu saya cukup banyak terbuang di Instagram.
Apalagi makin ke sini, iklan dan pelacakan yang dilakukan Instagram sangat mengerikan.
Saya pun akhirnya berhenti main Instagram dan mengalihkan waktu yang biasa saya habiskan di Instagram untuk urusan lainnya.
Meski saya berhenti bermain media sosial, saya tidak menghapus akun-akun tersebut karena menganggap bahwa akun-akun tersebut adalah arsip kehidupan saya, yang mana suatu saat bisa menjadi catatan sejarah pribadi saya.
Saya juga mengaktifkan keamanan tambahan seperti 2FA (2 Factor Authentication) di akun-akun tersebut untuk mengurangi risiko akun saya diambil alih karena tidak atif.
Hingga pada suatu saat, saya mencoba masuk ke akun Facebook saya karena hendak mengecek foto di album saya di sana.
Tanpa saya ketahui penyebabnya, tiba-tiba akun saya dikunci oleh Facebook pada tanggal 12 Maret 2024 dengan alasan keamanan.
Dugaan saya karena saya sudah lama tidak masuk, dan saya masuk menggunakan peramban asing atau alamat IP saya dianggap mencurigakan.
Saya memang tidak memasang aplikasi Facebook, dan saat itu saya masuk melalui peramban di ponsel.
Namun karena saat itu saya tidak butuh-butuh amat, saya abaikan saja dan membatalkan niat saya untuk masuk ke akun saya.
Hingga hari ini, 1 April 2024, saya ingat hendak membuka akun Facebook saya, untuk mengamankan kembali akun saya tersebut.
Saat saya berusaha masuk, saya masih mendapatkan halaman informasi bahwa akun saya dikunci.
Untuk membuka kunci, langkahnya ternyata cukup mudah, selama bisa membuktikan bahwa saya adalah pemilik akun, saya bisa mendapatkan kembali akun saya.
Saya pun mengikuti petunjuk yang ada di sana, dengan menekan tombol Mulai.
Facebook kemudian akan mengonfirmasi beberapa hal untuk membuktikan bahwa saya memang pemilik akun.
Pertama, Facebook mengirimkan kode ke nomor ponsel saya.
Karena saya menghubungkan dua nomor ponsel, satu nomor Jerman dan satu nomor Indonesia, saya diminta memilih salah satu nomor untuk dikirimi kode.
Setelah menerima kode yang dikirimkan ke nomor ponsel yang saya pilih dan Facebook memverifikasi bahwa saya adalah pemilik akun, saya kemudian diminta untuk memeriksa alamat surel dan nomor ponsel yang tertaut ke akun Facebook saya.
Pada langkah ini, saya bisa menghapus surel atau nomor telepon yang sudah tidak saya gunakan lagi untuk meminimalisir risiko keamanan.
Saya cukup takjub saat mengetahui bahwa akun-akun ini ada yang saya tambahkan pada tahun 2007, 2009, 2013, dan terakhir pada 2019.
Setelah saya memverifikasi ulang seluruh surel dan nomor ponsel yang tertaut, saya pun akhirnya bisa masuk kembali ke akun Facebook saya.
Saya pun langsung dibombardir dengan berbagai notifikasi dan pesan yang dikirim ke saya beberapa tahun lalu karena saya lama tidak aktif.
Beberapa pesan yang saya terima cukup membuat hati saya mencelos, karena ada teman yang sudah tiada sempat mengirimi saya pesan.
Saya sempat merinding membaca pesan dari teman yang sudah tiada tersebut dan mendoakan agar ia tenang di sana.
Beberapa teman saya di Facebook rupanya masih cukup aktif, terbukti dari aktivitasnya yang muncul di halaman depan akun Facebook saya.
Bagi sebagian orang, Facebook memang lebih nyaman dan terbatas bila dibandingkan dengan media sosial lainnya, apalagi jaringan pertemanan di Facebook cenderung “setara” sehingga obrolannya pun “nyambung”.
Tentu saja, saya mengabaikan semua notifikasi dan pesan tersebut, dan segera keluar.
pantas udah beberapa waktu nggak lihat postingan Kak Zam di Instagram. apakah Kak Zam akan meninggalkan Instagram untuk waktu yang lama?
aku udah nggak punya akun FB sejak beberapa tahun lalu. benar-benar aku hapus dan teman-temanku juga udah sedikit sekali yang aktif di FB, lebih banyak yang aktif di Instagram setelah Instagram merajalela hahaha.