Membeli Obat Menggunakan Aplikasi MAYD

9 minutes 37 3

Jerman memang agak-agak tertinggal untuk urusan layanan belanja cepat online.

situs MAYD di iPhone 14 Pro

Dibandingkan di Indonesia, yang apa-apa bisa di-gojek-kan atau di-grab-kan, Jerman baru mulai marak layanan seperti ini sejak pandemi Covid-19.

Meski belum secanggih dan semudah layanan serupa di Indonesia, tapi sekarang sudah lumayan lah.

Kali ini saya mencoba aplikasi pembelian obat menggunakan MAYD, salah satu dari sekian layanan belanja cepat online.

Ini berawal dari kesulitan saya mendapatkan obat yang diresepkan oleh dokter.

Entah kenapa, dari sekian apotek yang saya datangi, semuanya tidak memiliki obat yang sesuai resep saya.

Mereka semua menawarkan untuk memesankan obat tersebut, yang kemudian saya ambil di apotek tersebut.

Walau sebenarnya tidak masalah juga, namun saya heran saja, kenapa obat ini tidak ada yang langsung tersedia.

Untungnya, obat saya ini bukan obat yang harus segera digunakan, jadi urgensinya termasuk rendah.

Saya pun kemudian teringat aplikasi MAYD, yang beberapa kali saya lihat iklannya di Instagram, dan ingin mencobanya.

Apakah mungkin obat yang saya cari tersebut ada di sana?

Jika pun tidak, saya hanya perlu menunggu saja karena obat akan dikirim daripada saya berkeliling ke berbagai apotek.

tampilan utama aplikasi MAYD

Saya lalu memasang aplikasi ini ke ponsel dan melakukan pendaftaran menggunakan nomor telepon.

Kemudian saya diminta memasukkan kode pos saya, yang ternyata digunakan untuk mencari apotek terdekat dengan area saya.

Oalah, ternyata Mayd ini semacam aplikasi GoFood atau GrabFood, namun khusus untuk apotek.

Di Jerman, layanan pengiriman macam ini biasanya dibatasi dengan luas maksimal area pengiriman hingga 5 kilometer, karena rata-rata kurir menggunakan sepeda untuk mengantar.

Kasihan juga jika si kurir harus mengantar ke tempat yang jauh, sementara ada target waktu pengiriman yang harus dipenuhi.

Setelah memasukkan kode pos, saya hanya melihat 1 apotek saja yang tersedia, termasuk jam operasionalnya, dari jam 08.00 hingga 22.40.

Jam operasional ini dugaan saya adalah jam operasional si apotek.

Di Jerman, layanan online pun tidak 24 jam dan ada waktu operasionalnya.

Menariknya, apotek ini lokasinya lumayan jauh dari tempat saya, sekitar 3,8 kilometer, dan apotek tempat biasa saya membeli obat justru tidak muncul.

Dugaan saya karena tidak semua apotek bekerja sama atau menjadi mitra layanan ini.

menu mengunggah resep dokter di aplikasi MAYD

Semoga ke depan makin banyak apotek yang tergabung sehingga makin memudahkan konsumen untuk membeli obat.

Selain pengiriman obat, Mayd juga memberikan opsi untuk mengambil obat ke apotek setelah pemesanan.

Tentu ini bisa menghemat ongkos kirim, namun karena saya baru mendaftar, sama mendapatkan promosi gratis ongkos kirim.

Belakangan saya ketahui, bahwa saya bisa memilih beberapa apotek yang lebih dekat setelah memasukkan alamat pengiriman.

Mungkin jika hanya memasukkan kode pos, jangkauan areanya tidak terlalu akurat.

Saya lalu memilih apotek yang lebih dekat, dengan jarak sekitar 2,5 kilometer dari lokasi saya.

Tampilan utama aplikasi ini menampilkan kategori produk yang bisa dipilih, yaitu obat-obatan; produk perawatan dan kecantikan; vitamin dan nutrisi kebugaran; produk untuk anak-anak dan kehamilan; musim flu; dan penawaran alias promo.

Selain itu ada menu pencarian obat, merek-merek terpopuler, dan promo produk yang ditawarkan di sana.

Namun yang paling penting dari aplikasi ini untuk saya adalah menu untuk menebus resep dokter.

menu mengunggah resep di aplikasi MAYD

Di menu tebus resep ini, ada 4 jenis resep yang bisa diunggah ke aplikasi.

Di Jerman, resep dokter tidak berbentuk kertas dengan tulisan yang tidak terbaca oleh masyarakat umum, namun berupa formulir yang biasanya dicetak lewat printer.

Warna kertas resep tergantung pada asuransi kesehatan yang digunakan, di mana biaya obat juga ditanggung oleh asuransi, yang besarnya tergantung pada jenis asuransi.

Namun kali ini resep saya berupa resep digital (e-rezept) yang menggunakan kode batang 2 yang sekilias mirip, tapi berbeda dengan kode QR.

Kode ini kemudian dipindai oleh apotek yang kemudian seluruh informasi ini nantinya akan dikirim ke pihak asuransi.

Resep digital ini baru diluncurkan awal tahun ini pada 1 Januari 2024 oleh Kementerian Kesehatan Jerman, namun belum semua dokter bisa menerbitkan resep ini.

Meski berupa resep digital, saya tetap meminta resepsionis dokter saya untuk menyetak resep tersebut karena saya tidak menerima resep tersebut ke alamat surel saya atau di aplikasi asuransi kesehatan saya.

Saya lalu memindai kode yang tercetak di resep melalui aplikasi MAYD, dan kemudian harga obat langsung muncul.

Karena saya menggunakan asuransi publik, harga obat sebagian besar ditanggung oleh asuransi dan saya hanya membayar biaya sebesar 10% dari harga obat, dengan minimum pembayaran 5€ dan maksimal 10€ per obat.

pesanan sedang diproses di aplikasi MAYD

Saya hanya perlu membayar sebesar 10€ untuk obat tersebut, meski saya yakin harga obat saya jauh di atas harga tersebut.

Pada area pembayaran, ada menu untuk memberikan tip kepada kurir di luar ongkos kirim, yang tip ini akan langsung diberikan untuk si kurir.

Karena saya mendapat promo gratis ongkos kirim, saya hanya membayar harga obat dan tip untuk kurir karena kasihan juga si kurir harus bersepeda 2,5 kilometer di cuaca yang saat itu dingin dan bersalju.

Setelah membayar, saya menunggu obat saya disiapkan yang tertera pada status pemesanan saya di aplikasi MAYD.

Namun tak lama kemudian, saya ditelepon pihak apotek yang mengatakan, lagi-lagi, obat saya harus dipesan dan baru bisa dikirim di sore hari (saya memesan obat di pagi hari).

Di aplikasi memang dibilang bahwa waktu pengiriman paling lama 40 menit sejak pemesanan, namun karena ini kasus khusus, ya saya memaklumi.

Saya pun menyetujui pengiriman obat tersebut di sore hari, karena toh memang si obat sulit didapat.

obat dari MAYD

Bedanya, saya hanya perlu menunggu di rumah tanpa perlu datang ke apotek untuk menjemput si obat.

Akhirnya sekitar jam 15.30 sesuai janji pihak apotek, obat saya terima melalui kurir Uber.

Yang menarik, si kurir menggunakan seragam layanan pengantaran makanan Wolt.

Dugaan saya, si kurir melakukan kerja ganda, yang cukup umum dan bisa dimaklumi demi menambah rezeki.

Saya cukup puas dengan layanan MAYD, yang mungkin akan saya gunakan lagi jika memang dalam kondisi darurat, misal sedang sakit dan tidak bisa membeli obat ke apotek atau obat yang dicari sulit didapat.

Namun saya sendiri lebih memilih untuk membeli langsung ke apotek terdekat, karena selain lebih cepat juga lebih hemat.

3 responses
  1. Gravatar of fanny_dcatqueen
    fanny_dcatqueen

    Wolt itu banyak di eropa ya mas? Soalnya kemarin di azerbaizan ada juga wolt 😅. Banyak lewat.

    Jerman msh menganggab cash is a king sih yaa, makanya kurang banyak yg namanya online kah?

    Tapi jujurnya, aku kalo traveling di Indonesia memang cashless bangettt. Tapi di LN, aku tuh cash mas. Dan maleeeees pake kartu. Kecuali urgent luar biasa. Mungkin Krn pernah di hack sih, jadi sejak itu, selalu cash kalo LN. Makanya aku pisah2 tempat simpan uangnya. Ga mau di 1 tempat.

  2. Gravatar of Zizy
    Zizy

    Baru tahu kalau ternyata di Jerman masih baru untuk urusan apotik online begitu. Tapi saya sendiri sekarang kalau beli obat pun online aja, menghemat waktu.
    Kalau belum ada resep, langsung konsul saat itu juga sama dokter online, gratis pula (:p).
    Obat-obat yang susah didapat memang peer carinya, pengalaman saya juga saat mencari obat untuk ayah saya, akhirnya carinya online di apotik Toped.

  3. Gravatar of Nohirara Swadayana
    Nohirara Swadayana

    Berkat layanan kedokteran digital (telemedicine) yang sudah mencakup dari konsultasi hingga pengantaran obat, membuat saya jadi jarang untuk konsultasi ke dokter secara langsung.

    Namun, ketika saya berkunjung ke Australia pada tahun lalu, saya lebih senang membeli makanan dan kebutuhan harian (termasuk obat-obatan) secara langsung. Alasannya sederhana, karena udaranya segar dan enak untuk jalan-jalan. 😁