matriphe! personal blog

Two thousand years ago..

Two thousand years ago..

The proudest boast was..

Civis Romanus sum..

Today, in the world of freedom..

The proudest boast is..

Ich bin ein Berliner!

Kutipan pidato bersejarah Presiden Amerika Serikat, John F. Kennedy, pada 26 Juni 1963, di depan Balaikota Schöneberg, terdengar begitu heroik.

Kalimat terakhirnya, Ich bin ein Berliner (aku warga Berlin), menjadi slogan populer terutama warga Berlin yang saat itu dikepung Tembok Berlin.

“Dua ribu tahun lalu, slogan yang membanggakan adalah civis Romanus sum (aku warga Roma), kini di dunia yang merdeka, slogan yang membanggakan adalah Ich bin ein Berliner“, yang langsung disambut oleh tempik sorak warga Berlin Barat.

Saya tergetar saat mendengar cuplikan pidato tersebut digubah secara apik oleh musisi Prancis, Gostan, dalam lagunya yang berjudul Klanga (suara).

Gostan bisa dengan apik menggubah cuplikan pidato tersebut menjadi remix asyik yang membuat saya bergoyang sekaligus membuat kebanggaan terasa sangat membuncah.

Entah bagaimana, saya bisa merasakan nuansa heroik plus terharu saat mendengar lagu ini, apalagi saya bisa paham bagaimana suasana Berlin saat tembok itu membelah kota, memisahkan keluarga, saudara, sahabat, dan sesama.

Freedom, has many difficulties..

And democracy is not perfect..

But we have never had to put a wall up to keep our people in..

Berlin Barat yang memang saat itu berada di tengah kepungan komunisme Jerman Timur memang menganut demokrasi yang terbagi menjadi tiga wilayah kekuasaan, Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis.

I know of no town, no city..

That has been besieged for 18 years..

That still lives with the vitality and the force..

And the hope and the determination..

of the city of West Berlin!

Delapan belas tahun, Berlin terkepung di wilayah Jerman Timur, sebelum Tembok Berlin dibangun pada tahun 1961.

Namun Berlin tak menyerah, meski terkurung tembok, Berlin Barat justru memunculkan banyak harapan dari warga yang tak betah tinggal di timur dan mereka menyeberang ke barat untuk mencari kebebasan.

Kebebasan yang tak murah, karena mereka mempertaruhkan nyawa untuk menyeberang ke tanah kemerdekaan.

Kini setelah 33 tahun Tembok Berlin runtuh, wajah Berlin terasa sangat berbeda.

Kesan dinamis, bebas, dan beragam sangat terasa terutama di area timur yang dulunya wilayah komunis.

Lapangan di depan balaikota Schöneberg (Rathaus Schöneberg) kini diberi nama John-F-Kennedy-Platz, sebagai penghargaan dan monumen atas momen bersejarah tersebut.

Video klip Klanga yang dirilis pada 2014 bisa menggambarkan suasana Berlin yang bebas, beragam, dan dinamis tersebut.

Ah, Berlin. Saya jatuh cinta dengan kota ini, dan dengan bangga saya berteriak, Ich bin ein Berliner!

Donat Berliner

Istilah berliner sendiri sering digunakan untuk merujuk pada donat tanpa lubang, yang bertabur gula putih, dan berisi selai.

Oleh karena itu, istilah Ich bin ein Berliner juga sering diartikan menjadi “saya sebuah donat”.

Sebutan berliner untuk donat ini konon berasal dari seorang koki pada tahun 1800-an yang membuat donat ini untuk hidangan tentara Prusia.

Nama kota asal si koki, Berlin kemudian menjadi rujukan atas nama makanan ini.

Ini mirip dengan kisah penyebutan “kentang mustofa”, yang kisahnya berasal dari nama koki istana saat pemerintahan Presiden Sukarno.

Kentang balado kesukaan presiden tersebut populer setelah presiden menyebutnya dengan “kentang (buatan) Mustofa”.

Donat ini sebenarnya disebut dengan Pfannkuchen, yang di Bavaria, mereka menyebutnya dengan nama Krapfen.

Isian donat bisa diketahui dari lapisan atasnya, misal jika donat dengan lapisan atas berupa gula bubuk, isiannya adalah selai stroberi, selai raspberi (frambos), atau ceri, sementara jika lapisan atasanya adalah lelehan gula isinya bisa selai coklat, selai nanas, dan sebagainya.