Hari Sabtu, 22 Januari 2021, sebuah tweet yang cukup kontroversial dilontarkan oleh Pandji Pragiwaksono.
Dalam tweet-nya tersebut, Pandji mengirim pesan berupa pekerjaan kepada anak buahnya pada pukul 00.44 WIB melalui pesan WhatsApp.
Pandji menyatakan bahwa bekerja dengannya bukan lah hal yang mudah dan memerlukan dedikasi tinggi bahkan harus bekerja hingga dini hari.
Tentu saja netizen yang haus drama pun langsung bereaksi dengan berbagai respon.
Ada yang marah, mencak-mencak, menghujat, menuduh bahwa Pandji seorang bos yang ekspolitatif, hingga respon bercanda, mengirim meme, dan banyak juga yang sependapat dan mendukung Pandji.
Saya sendiri menanggapi tweet Pandji ini dengan santai, karena toh semua orang boleh berpendapat di media sosial, apalagi melalui akun Twitternya sendiri.
Namun tentu saja, setiap orang juga berhak untuk tidak mendengar, atau menanggapi pendapat orang tersebut.
Saya justru tergelitik saat membaca tweet dari Ruswandi Y. Karlsen, orang Indonesia namun sudah berpindah kewarganegaraan dan tinggal di Norwegia, terutama di kota Tromsรธ.
Ruswandi mencuitkan bagaimana suasana bekerja di Norwegia, yang ia anggap sebagai kemewahan atau privilege, yang berbeda dengan kondisi di Indonesia.
Cuitan Ruswandi yang seolah menanggapi Pandji, meski no mention, disambut oleh netizen yang tinggal dan bekerja di luar negeri.
Dari balasan yang kemudian di-retweet oleh Ruswandi, terlihat bahwa hampir semua mengamini dan membagikan pengalaman mereka bekerja di luar negeri.
Persoalan dunia kerja di Indonesia memang cukup banyak, apalagi pada 5 Oktober 2020 lalu, UU Cipta Kerja (Omnibus Law) yang kontroversial disahkan oleh Presiden Joko Widodo.
Undang-undang yang menurut saya sedikit merugikan kaum buruh dan pekerja itu seolah-olah tercermin pada cuitan Pandji, yang mana perlindungan terhadap pekerja di Indonesia bisa dibilang sangat kurang.
Saya termasuk beruntung dan sependapat dengan Ruswandi, yang mana pengalaman saya bekerja di Berlin tersebut saya tuangkan dalam sebuah siniar alias podcast.
Ingin tahu pengalaman saya saat bekerja di Berlin, simak siniar saya berikut.
You’re not a slave
Bagus itu. ๐๐ช