Tanggal 24 November 2020 lalu, saya memenuhi undangan makan malam seorang teman Jerman.
Dia memang suka sekali memasak lalu mengundang teman-temannya datang untuk makan di rumahnya.
Tentu saja dengan senang hati kami menerima tawaran tersebut, apalagi mumpung di Jerman belum ada larangan berkunjung ke rumah orang lain karena terkait pandemi.
Menu utama malam itu adalah Sauerbraten, makanan tradisional khas Jerman yang berisi daging dimarinasi lalu dipanggang, dengan karbohidrat kentang kukus bernama knödel atau kloße, dan wortel rebus.
Kombinasi daging, kentang, dan sayuran adalah kombinasi umum yang ditemukan pada masakan tradisional Jerman.
Ini adalah pertama kalinya saya mencoba menu Sauerbraten ini, yang mana dagingnya begitu lembut dan empuk, sehingga saat dipotong ia tidak melawan.
Tentu saja karena daging sapi ini dipanggang secara perlahan selama dua setengah jam setelah diendapkan dalam bumbu.
Kentangnya juga rasanya unik, teksturnya kenyal dan di dalamnya berisi potongan kentang.
Sekilas seperti bakpao, namun saat dipotong teksturnya melar seperti moci, namun lumer di mulut.
Sausnya begitu lezat, perpaduan manis dan sedikit pedas, membuat saya cukup kesulitan mencari padanannya dengan masakan Indonesia.
Biasanya anggur merah digunakan sebagai penutup sekaligus memberikan kehangatan di cuaca yang dingin.
Sebagai hidangan pencuci mulut adalah Rotegrütze, desert yang terbuat dari campuran bebijian dan berbagai jenis beri berwarna merah.
Hidangan ini memang berasal dari Denmark dan Jerman Utara, yang terdiri dari berbagai jenis bebijian, diberi krim, lalu di atasnya dituang saus yang berasal dari stroberi, rasberi, ceri, beri hitam, dan sebagainya.
Daging dipanggang dengan panas rendah selama dua setengah jam?
Oh.