Beberapa waktu lalu, istri pulang dari belanja mingguan di supermarket langganan, lalu dengan antusias menunjukkan sebuah bungkusan berisi buah.
Saya memang sangat menggemari segala jenis buah, bahkan yang masam sekali pun.
Sekilas bentuknya seperti buah naga, namun kok ukurannya kecil dan tidak memiliki sayap.
Dari labelnya, baru lah saya tahu itu adalah buah kaktus, yang diimpor dari Italia.
Harga 500 gram buah kaktus tersebut sekitar 2€.
Istri membeli buah tersebut karena penasaran dengan rasanya dan tentu saja supaya bisa menjadi konten di media sosial.
Sekilas memang buah ini dari luar seperti buah naga, apalagi buah naga berasal dari marga Hylocereus dan Selenicereus yang berasal dari Mexico.
Sementara buah kaktus yang kami beli masuk dalam keluarga Opuntia.
Saat saya unggah foto buah kaktus ini ke Instagram Story saya, banyak yang bertanya dan penasaran bagaimana rasanya.
Famega, penulis buku perjalanan “Kelana: Perjalanan Darat dari Indonesia sampai ke Afrika”, berkomentar bahwa ia pernah makan buah yang dalam Bahasa Spanyol disebut “tuna” tersebut saat berada di Maroko.
Sepertinya buah yang belakangan kami tahu disebut dengan prickly pear ini sepertinya menjadi favorit di negara-negara Mediterania seperti Spanyol, Italia, Maroko, Mesir, dan beberapa negara di Timur Tengah.
Bahkan di Mesir dan di beberapa negara Timur Tengah, buah ini jadi favorit saat bulan Ramadan.
Dalam satu pak kami beli, ada beberapa jenis buah, yaitu yang berwarna hijau yang banyak ditemukan di Mexico dan buah berwarna oranye yang banyak ditemukan di Timur Tengah.
Untuk menjawab rasa penasaran kami, saya langsung mengupas buah ini dengan cara seperti saya memotong buah naga.
Pertama saya potong melintang di bagian tengah, lalu memotong hasil paroan sehingga buah tersebut terpotong menjadi empat.
Setelah itu, saya bisa dengan mudah mengupas kulitnya.
Daging buahnya mirip seperti buah ara (fig) yang bijinya banyak, besar dan keras.
Saat saya memotong pun, sempat terasa ada yang mengganjal di dalamnya, yang dugaan saya adalah mengenai biji buah ini.
Daging buahnya berair, mirip dengan daging buah naga, dan baunya cukup segar.
Saat dimakan, rasanya manis, mirip seperti manisnya pepaya yang bercampur dengan segarnya buah pir.
Masalahnya, bijinya yang banyak membuat kami kurang bisa menikmati karena harus me-lepeh biji-bijian ini.
Sensasinya mirip dengan sensasi makan buah delima atau makan buah jambu biji (guava), yang banyak bijinya.
Bijinya sendiri berwarna hitam dan keras, mirip seperti biji pada pisang batu, namun ukurannya tidak sebesar biji pada pisang batu.
Buah kaktus yang berwarna hijau berbeda lagi sensasinya, karena teksturnya lebih keras namun tetap manis, dan lebih mirip ke tekstur buah pir.
Saat memotong buah ini jari saya sempat tertusuk duri yang sangat kecil, yang dugaan saya berasal dari salah satu mata atau tonjolan di kulit buah yang lolos dari pembersihan duri karena sangat kecil.
Sepertinya jika buah ini di-blender lalu disaring bijinya, rasanya akan sangat segar.
Sayangnya kami tidak memiliki blender, jadi ya hanya bisa menikmati apa adanya.
Meski enak, sepertinya kami tidak akan membeli lagi buah ini, karena usaha menikmati buah ini sungguh kurang mengasyikkan.
wah, aku penasaran sama buahnya. belum pernah kutemui di daerahku