Entah apa yang dipikirkan oleh Sir Isaac Newton saat ia sedang duduk-duduk di bawah pohon apel. Tiba-tiba saja sebuah apel jatuh menimpa kepalanya.
Peristiwa sederhana tersebut rupanya menjadi sesuatu yang mengubah dunia.
Apel yang jatuh menimpa kepalanya seakan-akan menekan tombol “aha!” di kepalanya. Saat itulah, teori gravitasi tercipta.
Dari sudut pandang orang biasa, apel jatuh memang sudah menjadi kodratnya. Namun di mata Sir Isaac Newton, jatuhnya apel menimbulkan pertanyaan, kenapa apel itu jatuh, kenapa selalu ke bawah, hingga apa yang membuatnya jatuh.
Sir Isaac Newton bisa melihat hal-hal sederhana, menelaah, dan akhirnya menemukan jawaban yang bisa menjadi manfaat bagi seluruh umat manusia.
Teori gravitasinya menjadi dasar dari teori terciptanya alam semesta.
Hukum Gravitasi dalam Kehidupan Sehari-Hari
Tentu kita tak harus secerdas Sir Isaac Newton. Namun, apa yang dialaminya bisa menjadi pelajaran untuk kita, bahwa dari hal sederhana, bisa menjadi sesuatu yang luar biasa.
Saya kemudian teringat pelajaran Fisika saat duduk di bangku SMA. Hukum gravitasi Newton menyatakan sebagai berikut.
Setiap massa benda menarik massa benda yang lain dengan gaya segaris yang menghubungkan keduanya. Besarnya gaya tarik yang terjadi berbanding lurus dengan perkalian kedua massa benda dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara kedua titik massa tersebut.
Secara awam, gravitasi akan makin besar jika massa benda tersebut besar dan jarak antar kedua benda berdekatan.
Hukum fisika akan selalu bisa diterapkan dalam kehidupan kita. Dalam kehidupan sehari-hari, sesuai dengan hukum gravitasi Newton, jika ingin memberi pengaruh atau menarik perhatian orang-orang, maka menjadi “besar” adalah hal yang wajib.
Tentu bukan “besar” secara fisik, namun dengan pengaruh, ide, pengetahuan, hingga kebiasaan yang “besar” akan memberikan “gaya gravitasi” yang besar, sehingga lingkungan dan orang-orang sekitar bisa terpengaruh dan tertarik kepada kita.
Pengaruh “gaya gravitasi” akan makin kuat dan bagus jika kita menerapkannya pada orang-orang terdekat kita, lingkungan terdekat di sekitar kita.
Ini selaras dengan bunyi hukum gravitasi yang kedua, yaitu tentang jarak. Jika makin dekat, maka gaya gravitasinya makin kuat.
Gravitasi memang tidak dapat dilihat, namun bisa dirasakan. Bukan gravitasi atau pengaruh yang kita lakukan yang terlihat, namun perubahan atau hasil dari apa yang kita lakukan lah yang akan tampak.
Saya pribadi sedikit demi sedikit menerapkan teori gravitasi ini untuk membuat lingkungan dan orang-orang di sekitar saya menjadi lebih baik dan menyenangkan.
Salah satu contoh, saat saya makan di restoran cepat saji atau nongkrong bersama teman di minimarket, saya selalu membuang sampah saya sendiri.
Saya berusaha memberi contoh membuang sampah sendiri karena saya kesal dengan kelakuan orang-orang yang seenaknya meninggalkan sampah berharap ada petugas yang membersihkan.
Sedikit demi sedikit, teman dan orang-orang yang makan atau nongkrong bersama saya mengikuti kebiasaan saya, membuang sendiri sampah ke tempatnya setelah selesai dan hendak meninggalkan tempat.
Begitu juga dengan kebiasaan saya terhadap fotografi dan videografi. Di tengah maraknya kamera canggih, saya berusaha tetap menggunakan kamera ponsel untuk menuangkan ide dan menjadikannya sebuah karya.
Saya membagikan hasil foto saya ke akun Instagram, di mana seluruh foto yang ada di sana dihasilkan oleh kamera ponsel. Buat saya, memotret menggunakan kamera ponsel memiliki tantangan tersendiri.
Begitu juga dengan membuat video. Saya selalu mengambil video melalui ponsel, mengolahnya menggunakan aplikasi yang terpasang ponsel, lalu mengunggahnya ke vlog saya di Youtube langsung dari ponsel.
Beberapa teman yang mengetahui kebiasaan saya memotret dan mengambil video melalui ponsel, mulai meniru apa yang saya lakukan. Selain senang karena ada yang mengikuti, saya merasa memiliki teman berdiskusi karena melakukan hal yang sama.
Menjadi Pusat Gravitasi Dengan Luna Smartphone
Buat saya, salah satu kekuatan yang wajib dipertimbangkan dalam sebuah ponsel adalah kamera.
Apalagi hobi dan kebiasaan saya memotret dan mengambil video menggunakan ponsel, kamera menjadi komponen utama.
Luna smartphone menarik perhatian saya. Seperti slogannya, “be the gravity“, perhatian saya tertarik oleh gravitasi Luna smartphone.
Kamera utama berlensa Sony dengan resolusi 13 MP memberi jaminan hasil foto yang jernih. Bukaan diafragma (aperture) f2.0 membuat kamera Luna smartphone mampu menghasilkan gambar lebih terang bahkan pada kondisi minim cahaya.
Lampu kilat ganda (dual tone flash) berwarna kuning dan putih mampu menyeimbangkan warna sehingga foto yang dihasilkan terlihat natural.
Kamera depan beresolusi 8 MP dan bersudut lebar 80° tentu menjadi andalan saya untuk melakukan swafoto. Sudut lebar membuat berswafoto bersama teman-teman akan lebih menyenangkan karena mampu menampung lebih banyak orang dalam gambar.
Dengan memegang Luna smartphone, saya bisa menjadi pusat gravitasi dari teman-teman yang ingin ikut nampang saat ber-wefie ria.
Prosesor quad-core Qualcomm Snapdragon 801 berkecepatan 2,5 GHz menjadi otak dari Luna smartphone. RAM sebesar 3 GB yang ditanam pada Luna smartphone memastikan kinerja ponsel selalu prima.
Media simpan sebesar 64 GB yang tersedia membuat puas berfoto dan mengambil video tanpa perlu khawatir kehabisan ruang.
Jika masih merasa kurang dengan kapasitas penyimpan, Luna smartphone bisa ditambahkan kartu micro SD hingga 128 GB.
Luna smartphone mendukung kartu SIM ganda berformat micro dan nano. Untuk konektivitas, Luna smartphone mendukung jaringan 4G/LTE kategori 4 yang memiliki kecepatan unduh hingga 150 Mbps. Sebagai vlogger, kecepatan tinggi menjadi salah satu kebutuhan yang harus terpenuhi.
Baterai berkapasitas 3.000 mAh membuat Luna smartphone mampu siaga hingga 500 jam. Teknologi Quick Charge 2.0 mempercepat pengisian baterai hingga 40% dalam waktu 30 menit. Tak perlu lagi menunggu berjam-jam untuk menunggu ponsel terisi penuh.
Badan Luna smartphone terbuat dari logam, membuat ponsel ini kokoh dan berkesan mewah. Layar IPS berukuran 5,5 inchi berlapis Gorilla Glass 3, membuat layar Luna smartphone tak mudah tergores.
Fitur teknologi NFC dan wireless display yang memudahkan ponsel berkomunikasi makin memantapkan Luna smartphone menjadi pusat gravitasi.
Kompetisi Blog #BeTheGravity #SmartphoneLUNA
Luna Indonesia mengadakan kompetisi blog bertema #BeTheGravity.
Total hadiah yang diperebutkan pada kompetisi blog ini adalah Rp 25.000.000.
Cukup dengan menulis blog tentang bagaimana menjadi pusat gravitasi di lingkungan sekitar, baik itu lingkungan kerja, sekolah, keluarga, dan lainnya.
Ceritakan juga bagaimana Luna smartphone mampu menjadi pusat gravitasi di lingkungan sekitar.
Untuk syarat, ketentuan, dan cara mengikuti kompetisi blog lebih lanjut, kunjungi informasi kompetisi blog bertema #BeTheGravity berikut.
Tulisan ini juga diikutsertakan dalam kompetisi blog #BeTheGravity. Gambar Luna smartphone diambil dan diolah dari situs Luna Indonesia. Foto lukisan dan ilustrasi Sir Isaac Newton diambil dari Wikipedia.
Kereeeeennn… Mau mz, mauuu