Kalo dengar istilah saham, orang biasanya langsung pusing duluan. Saya juga. Dulu selalu berpikir kalo saham itu mainannya orang-orang kaya, orang-orang pinter, yang dandannya parlente dan kerja di gedung-gedung bertingkat.
Namun akhir-akhir ini, istilah saham dan investasi, makin sering terdengar dan cukup akrab di telinga saya. Tapi tetap saja, ada rasa takut dan ngeri, apalagi kalo baca berita orang sampai bunuh diri karena stres akibat rugi atau kehilangan uang karena main saham.
Tapi di sisi lain, saya juga mendengar soal keuntungan yang didapat saat nyemplung berinvestasi atau trading di saham. Salah satu yang saya kenal, Simbok Venus, bahkan mengaku sudah menggantungkan hidupnya dari bermain saham.
Sudah agak lama sebenarnya saya tertarik untuk berinvestasi di saham. Sebelumnya saya pernah nyobain investasi lain semacam emas atau reksa dana, karena bisa dibilang cukup “aman” alias risikonya rendah. Tapi, di dunia investasi, risiko rendah berarti keuntungan juga rendah.
Kalo ditanya, kenapa ga saham? Saya selalu beralasan, belum ngerti ilmunya dan belum paham. Kesan, “risiko tinggi” main saham ini menjadi salah satu “momok” kenapa saya belum berani nyobain saham. Apalagi saya belum tau ke mana saya bisa bertanya, berkonsultasi, atau menimba pengetahuan. Saya pengen tau langsung dari pakarnya atau profesional yang memang bisa saya handalkan. Lha ini soal uang, je. Sampeyan ndak mau kan, mempercayakan uang ke orang yang tidak jelas?
Ikut seminar atau pelatihan investasi juga ngga murah. Baca buku soal investasi juga belum nyambung, karena belum dapat dasarnya. Saya orang yang lebih gampang belajar dengan praktik, daripada baca buku. Buat saya, buku adalah pelengkap. Belum lagi uang yang harus disiapkan untuk modal awal, menurut saya juga bukan angka yang kecil.
Hingga akhirnya kesempatan belajar investasi itu datang melalui kelas #InvestasiCerdas yang diadakan oleh Mandiri Sekuritas dan Bursa Efek Indonesia. Saya sangat excited! Apalagi kelas ini diadakan gratis, dan masing-masing peserta akan langsung dibukakan rekening efek di Mandiri Sekuritas, plus dimodalin uang Rp 250.000. Setahu saya, untuk membuka rekening sekuritas, minimal harus menyediakan modal Rp 5-10 juta, lha ini sudah dibuatkan, dikasih modal awal, pula.
Kelas #InvestasiCerdas
Sabtu pagi, 8 November 2014, saya datang ke gedung Bursa Efek Indonesia, Tower 2, tempat pelatihan ini diadakan. Kelas diadakan di main hall. Main hall ini dulunya tempat para pialang saham bertransaksi, tapi sekarang digunakan untuk sosialisasi dan edukasi dan dikenal dengan nama Galeri Simulasi IDX. Saya langsung merasa seperti jadi pialang saham seperti yang sering tampil di televisi.
Sambil menunggu acara dimulai, saya mengisi formulir pembukaan rekening efek. Formulir yang diisi cukup banyak, tapi untungnya saya dibantu oleh petugas dari Mandiri Sekuritas. Syarat yang harus dibawa adalah, fotokopi KTP, fotokopi NPWP, fotokopi halaman info rekening di buku tabungan, masing-masing 1 lembar, serta materai Rp 6.000 sebanyak 3 lembar.
Acara diawali dengan sambutan dari Yulianto Aji Sadono, Ketua Divisi Edukasi Bursa Efek Indonesia. Poin penting yang disampaikan Mas Aji adalah, investor yang tercatat di Bursa Efek Indonesia ada 315.000, namun lebih dari separonya adalah investor asing. Ini cukup mengagetkan, karena bisa dibilang, keuntungan usaha yang ada di Indonesia, separo lebih malah dinikmati oleh pihak asing.
Mas Aji juga menambahkan, bahwa pada tahun 2008, saat krisis melanda sektor ekonomi, keuntungan dari saham mencapai 86% saat pasar mulai pulih. Ironisnya, lagi-lagi keuntungan ini dinikmati oleh investor asing, karena penetrasi investasi domestik masih rendah. Ia berharap masyarakat makin mengerti tentang investasi dan ujung-ujungnya mau berinvestasi demi kesejahteraann masyarakat itu sendiri.
Febriati Nadira, Executive Vice President Corporate Communication Mandiri Sekuritas, menyampaikan pengalamannya saat berkecimpung di dunia investasi. Nadira, sapaan akrabnya, yang sebelumnya dikenal sebagai public relation digital beberapa perusahaan telekomunikasi, merasa “menyesal” kenapa tidak sejak dulu ia berinvestasi.
Ia mengibaratkan jika berinvestasi melalui reksa dana adalah naik taksi, karena investasi dikemudikan oleh manajer investasi, sedangkan investasi saham ibarat kita menyetir mobil sendiri. Analogi yang menarik dan mudah dipahami, menurut saya.
Materi pelatihan dibawakan oleh Fath Aliansyah Budiman, Assistant Vice President Equity Capital Market Retail Mandiri Sekuritas dan ditutup dengan pemaparan dari Ketua Divisi Edukasi Bursa Efek Indonesia, Derry Yustria.
Investasi Cerdas di Pasar Modal
Kenapa orang harus berinvestasi? Kenapa menabung saja tidak cukup? Ternyata banyak alasan kenapa berinvestasi jauh lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan menabung. Saya termasuk salah satu yang berpikir bahwa menabung adalah investasi, namun ternyata ini tidak tepat. Menabung, untuk tujuan jangka pendek, masih oke. Tapi jika untuk jangka panjang, menabung bukan lah investasi.
Investasi | Menabung | |
---|---|---|
Tujuan | Memperoleh keuntungan | Menyimpan |
Potensi Risiko | Ada risiko | Relatif tidak ada risiko |
Jenis Transaksi | Jual-Beli | Simpan-Pinjam |
Tempat Transaksi | Pasar Modal | Perbankan |
Apalagi dengan laju inflasi yang terus naik, membuat nilai uang di tabungan makin merosot. Ambil contoh, misal jika dulu harga gorengan pada tahun 2003 Rp 200 per buah, sekarang harga gorengan bisa mencapai Rp 1.000 per buah. Bayangkan, harga gorengan saja dalam 10 tahun sudah naik 5 kali lipat.
Belum lagi soal keterbatasan fisik kita. Masa produktif rata-rata saat berusia 20-45 tahun. Setelah itu, apa yang akan dilakukan setelah tidak bekerja? Saya sih pengen bisa pensiun dini, dan merasakan kebebasan finansial, hidup tenang di rumah tanpa perlu bekerja.
Oleh karena itu, tujuan berinvestasi jadi penting. Misal mau beli mobil, mau beli rumah, menikah, untuk biaya pendidikan anak, berpengaruh pada bentuk investasi yang digunakan. Kalo tidak punya tujuan investasi, biasanya tidak ada kemauan berinvestasi. Hidup saja punya tujuan, apalagi investasi.
Jumlah uang yang diinvestasikan sih sebenarnya tak perlu banyak, asal rutin. Kita bisa saja membagi pendapatan dengan rasio seperti ini:
- Pengeluaran Bulanan: 30%
- Gaya hidup, hobi: 30%
- Dana darurat 30%
- Investasi: 10%
Namun tentu jika angka investasi ini lebih besar, tentunya akan lebih baik.
Kemudian muncul pertanyaan, kenapa orang takut berinvestasi? Biasanya karena mereka tidak paham dan berpikir bahwa uang mereka bisa hilang. Jika melakukan investasi dengan benar, melalui sistem dan cara yang benar, uang tidak akan hilang. Bahkan jika uang sampai hilang bukan akibat dari market loss atau kesalahan berinvestasi si investor, uang akan dijamin dan dikembalikan oleh SIPF (Securities Investor Protection Fund).
Bicara tentang saham di Indonesia, sejak tahun 1998 hingga 2014, nilai IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) terus naik, sekitar 18% per tahun. Meski pada tahun 2008 terjadi krisis dan membuat harga saham merosot 62% dan pada tahun 2013 ke 2014 merosot 27%, grafiknya terus naik. Bisa dibilang, nilai saham selalu meningkat.
Kok bisa harga saham selalu meningkat? Kaitannya ada pada perkembangan usaha. Setiap perusahaan tentu ingin selalu berkembang, oleh karena itu dibutuhkan modal. Dari mana modal itu berasal? Macam-macam, bisa dari pinjaman bank atau menjual saham. Dengan memiliki saham, kita berarti juga memiliki sebagian dari perusahaan tersebut.
Sistem jual beli di pasar modal, tidak jauh berbeda dengan jual beli di pasar seperti yang kita kenal. Hanya saja yang dijual di pasar modal adalah efek atau lebih gampangnya, saham. Tipe orang yang bertransaksi di pasar saham pun seperti yang kita kenal di pasar biasa, ada orang yang berbelanja di pasar kemudian menjualnya kembali (trade) dan ada yang memang membeli untuk disimpan (invest).
Lalu dari mana keuntungannya? Ada dua jenis keuntungan yang bisa didapat, pertama dari capital gain, yaitu selisih harga saham saat jual-beli, dan kedua dari dividen alias keuntungan perusahaan kepada pemegang saham.
Saham mudah dan cepat untuk dibeli dan dijual (liquid). Oleh karena itu, para trading memanfaatkan likuiditas saham ini untuk mendapatkan keuntungan dengan cepat melalui capital gain. Sedangkan investor, mendapat keuntungan dari capital gain dan dividen atas kepemilikan saham. Namun, untuk mendapatkan keuntungan ini, investor membutuhkan waktu yang relatif lebih lama.
Memulai Transaksi di Pasar Modal
Oke, saya sudah cukup mengerti tentang transaksi di pasar modal, lalu bagaimana cara memulainya? Pertama, kita harus mempunyai rekening efek. Rekening efek ini anggap semacam “dompet” tempat untuk menyimpan uang kita yang akan kita gunakan untuk bertransaksi di pasar modal.
Untuk membuka rekening efek, dibutuhkan rekening bank aktif. Rekening efek ini akan dihubungkan ke rekening bank, untuk penarikan dana, baik mengisi rekening efek atau menarik uang dari rekening efek.
Rekening efek dibuka melalui perusahaan sekuritas, salah satunya adalah Mandiri Sekuritas. Di Mandiri Sekuritas, rekening efek disebut dengan rekening Mandiri Tabungan Bisnis Investor (MTBI).
Setelah mempunyai rekening efek, langkah selanjutnya adalah mencermati kinerja efek, alias performa dari perusahaan yang akan kita beli sahamnya. Tentu kita ingin mendapatkan untung dengan cara memilih perusahaan (kinerja efek) yang baik dan yang menghasilkan keuntungan.
Bagaimana cara memilih kinerja efek yang baik? Untuk memilih perusahaan yang baik, kita kudu paham fundamental dan teknikal.
Paham fundamental adalah memahami produk atau layanan yang dijual oleh si perusahaan. Pastikan kita mengetahui darimana keuntungan dan cara kerja si perusahaan.
Yang paling gampang contohnya adalah perusahaan yang bergerak di bidang consumer goods, barang yang kita gunakan sehari-hari. Produk-produk perusahaan ini sering kita gunakan dan konsumsi, kita tahu benar produknya, dan tau bahwa barang ini akan selalu laku.
Selain dari sisi fundamental, kita juga bisa melihat kinerja perusahaan dari laporan keuangannya. Ada 457 perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, yang semua bisa dilihat laporan keuangannya. Tentunya kita akan memilih perusahaan yang laporan keuangannya sehat dan menguntungkan, bukan?
Setelah memilih perusahaan mana yang hendak dibeli sahamnya, kita bisa langsung membelinya melalui aplikasi atau situs web yang telah disediakan oleh perusahaan sekuritas. Untuk nasahab Mandiri Sekuritas, bisa login ke situs Mandiri Sekuritas Online Trading.
Peserta kelas #InvestasiCerdas bisa merasakan situasi jual beli saham melalui simulasi. Peserta diberi username, password, dan PIN fiktif yang digunakan untuk login dan bertransaksi di situs simulasi Mandiri Sekuritas Online Trading. Sebagai modal awal, peserta diberi modal masing-masing Rp 200 juta, yang sayangnya modal fiktif.
Rupanya meski sudah cukup mengerti dengan teori transaksi saham, saat berhadapan langsung dengan tabel-tabel efek, saya langsung puyeng. Sebenarnya tidak sulit, hanya perlu memperhatikan dan mengeksplorasi menu-menu dasar yang digunakan untuk transaksi.
Sepertin halnya pada pasar tradisional, transaksi saham juga mengenal tawar menawar. Penjual saham memasang harga jual, pembeli saham memberikan penawaran harga, dan jika sepakat maka saham pun berpindah ke portofolio pembeli. Harga yang muncul adalah harga per lembar saham, dan transaksi saham menggunakan satuan lot, yang berarti 1 lot berisi 100 lembar saham.
Portofolio bisa dibilang semacam kantong tempat menyimpan saham yang sudah dimiliki. Nilai-nilai yang tercantum di portofolio ini yang nanti bisa dilihat apakah si investor atau trader mendapat untung dari capital gain atau malah rugi.
Nilai saham di portofolio ini bisa berubah-ubah, sesuai dengan kondisi perdagangan. Jika nilai saham yang kita beli ternyata lebih tinggi dari nilai di pasar, berarti kita “berpotensial” rugi, sebaliknya jika nilai saham yang kita beli lebih rendah dari nilai di pasar, berarti kita “berpotensial” untung.
Misal kita membeli saham ABCD dengan nilai (Rp) 1.000 sebanyak 1 lot. Kemudian di pasar, harga sahamnya turun menjadi 900, maka kita “berpotensial” rugi. Jika harga pasar naik menjadi 1.100, maka kita “berpotensial” untung dengan capital gain 100.
Kenapa masih “berpotensial”? Karena selama kita tidak melepas atau menjual saham yang kita pegang, alias diuangkan, maka kita belum benar-benar untung atau rugi.
Para trader memanfaatkan selisih ini untuk mendapat keuntungan. Misal, saya beli saham ABCD dengan harga 1.000, kemudian saat harga di pasar, harga saham ABCD bernilai 1.500, saya menjualnya. Dari penjualan ini, maka saya mendapatkan keuntungan 500. Biasanya para trader akan membeli saham saat harganya turun, dan menjual saat harga naik.
Cara lain untuk mendapat keuntungan adalah dengan membeli saham, lalu menyimpannya sebagai bukti kepemilikan perusahaan. Keuntungan yang didapat adalah capital gain karena makin lama harga saham makin naik, juga akan mendapatkan dividen karena merupakan bagian dari perusahaan.
Simulasi transaksi di pasar modal ini sangat membantu untuk memahami bagaimana bertransaksi di pasar modal.
Galeri Sejarah Bursa Efek Indonesia (IDX)
Seusai pelatihan, peserta diajak ke museum Galeri Sejarah Bursa Efek Indonesia (IDX) yang terletak di belakang ruang Galeri Simulasi IDX. Museum ini diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 2 Januari 2012.
Museum ini dikemas dengan konsep modern. Alat-alat peraga banyak memanfaatkan teknologi, selain menampilkan beberapa benda koleksi.
Beberapa informasi tentang sejarah dan perkembangan Bursa Efek Indonesia ditampilkan dalam layar-layar interaktif. Di beberapa tempat terdapat gambar alas kaki di lantai, yang menjadi petunjuk tempat berdirinya pengunjung. Jika pengunjung berdiri tepat di atas gambar telapak kaki, beberapa panel akan menyala dan informasi akan terdengar jelas di tempat berdiri. Ruangan menjadi tidak begitu berisik.
Yang saya suka adalah buku pintar interaktif yang digerakkan menggunakan sensor. Alat peraga ini berupa pajangan buku terbuka dengan halaman kosong. Informasi pada buku ditampilkan melalui proyektor yang berada di atas. Saat tangan digerakkan di atas buku dengan gerakan seolah-olah membalik halaman buku, tampilan akan ikut berubah seperti layaknya halaman buku dibuka.
Di salah satu dinding, tertempel foto-foto Sejarah Pasar Modal Indonesia. Panel-panel ini menyala jika ada yang berdiri di hadapannya. Sungguh menghemat energi. Selain itu, saat berdiri di hadapan panel dan menginjak gambar telapak kaki, kita akan mendengar penjelasan dengan jelas.
Spot lain yang menarik perhatian saya adalah photo booth. Di sini, kita bisa berfoto menggunakan alat yang tersedia sebanyak 4 kali. Kemudian dari 4 kali hasil foto, kita memilih satu melalui layar yang terpasang di dinding. Foto yang kita pilih kemudian akan dipasang pada tema tampilan khas Bursa Efek Indonesia. Setelah memilih tema, kita diminta memasukkan alamat e-mail untuk dikirimi foto. Sayangnya hingga sekarang, saya belum menerima foto tersebut.
Wah kalau yg jauh didaerah macam mana mas…? Ada kah solusinya untuk bisa belajar tentang investasi saham