Menipisnya atmosfer bumi karena pemanasan global akhirnya terjadi. Negara-negara digdaya menemukan solusi untuk mengatasi ini, dengan menembakkan zat bernama CW-7 ke angkasa untuk mendinginkan suhu bumi.
Namun setelah sekian tahun, efek dari CW-7 justru memperburuk. Suhu bumi terlalu dingin dan membeku. Manusia tidak bisa bertahan dan akhirnya sirna. Bumi kembali ke zaman es.
Manusia-manusia yang bertahan hidup tinggal di dalam sebuah kereta yang terus bergerak mengelilingi bumi. Di dalam kereta semua fasilitas pendukung kehidupan manusia disiapkan. Persediaan air, makanan, kebun, bahkan ikan konsumsi pun tersedia. Mirip dengan kapal Nabi Nuh.
Layaknya kehidupan manusia di bumi, strata sosial pun diterapkan di dalam rangkaian gerbong yang sangat panjang ini. Kaum elit tinggal di bagian depan, lengkap dengan fasilitas mewah, sedangkan kaum miskin berada di bagian belakang lengkap dengan segala kekurangannya.
Problema muncul saat kaum tertindas di bagian belakang muak dengan perlakuan yang “tidak adil”. Mereka memberontak dan merangsek ke depan untuk mendapat “persamaan”. Mereka menginginkan revolusi.
Itulah sepenggal kisah yang diceritakan melalui film Snowpiercer arahan sutradara Korea Bong Joon-ho. Meski sutradaranya orang Korea, namun hampir keseluruhan film berbahasa Inggris.
Snowpiercer adalah debut pertama Bong Joon-ho film berbahasa Inggris.
Film berdurasi 2 jam ini dibintangi oleh Chris Evans yang membintangi film The Avengers, Captain America, dan Fantastic Four.
Ada juga John Hurt yang bermain dalam film V for Vendetta, Hellboy, dan Alien. Bintang Koreanya ada Kang-ho Song dan Ah-sung Ko.
Kisah Snowpiercer diangkat dari novel grafis Prancis, Le Transperceneige karya Jacques Lob dan Benjamin Legrand yang diilustrasikan oleh Jean-Marc Rochette. Bong Joon-ho menemukan kisah ini saat mengunjungi sebuah toko komik di daerah Hongdae, Seoul.
Dari film ini, saya membaca banyak pesan yang cukup filosofis. Beberapa di antaranya adalah bahwa manusia adalah makhluk yang selalu bisa bertahan dalam kondisi sulit. Ini digambarkan dengan bagaimana manusia bertahan hidup dalam kereta di tengah bekunya bumi.
Setiap hal punya peran dan posisi masing-masing. Saat peran dan posisi ini bertukar, bisa dipastikan akan terjadi kekacauan.
Keseimbangan terancam, lalu akan kembali lagi ke posisi seimbang. Pesan ini coba disampaikan dengan pembagian gerbong dan “logika sepatu dan topi”.
Namun keseimbangan saja tidak cukup. Manusia membutuhkan sesuatu yang menantang, sesuatu yang mendebarkan.
Manusia menginginkan pemberontakan, meski itu akan memakan banyak korban. Ada harga yang harus dibayar untuk itu.
Jika tidak ada, maka buatlah pemberontakan. Buatlah perang yang juga merupakan proses seleksi alam, menyisakan mereka yang kuat dan mampu bertahan.
Bahwa seburuk apa pun keadaan, pasti akan ada solusinya. Akan selalu ada harapan. Adegan suhu bumi akhirnya naik dan es mulai mencair setelah 18 tahun, menunjukkan pesan ini.
Jalan cerita Snowpiercer unik. Efek 3D yang ditampilkan juga memukau. Adegan-adegannya menguras emosi dan bisa membuat “gemas”.
Namun ada beberapa hal detil yang rasanya luput dari sentuhan. Misal, bagaimana Curtis, pemeran utama film ini bisa menembak dengan jitu padahal selama 17 tahun ia berada dalam kereta dan tidak pernah menyentuh senjata
Juga saat kereta menabrak halangan es, rel kereta masih bertahan dan tidak kolaps, sedangkan saat pada akhir adegan, ledakkan pintu kecil bisa meruntuhkan gunung es yang akhirnya menghancurkan kereta.
Tapi, yaah.. Namanya juga film. Masih bisa dimaklumi.